Penyelidik Mulai Periksa Kotak Hitam EgyptAir
Senin, 20 Juni 2016 15:44 WIB
Sebuah pesawat Egyptair bersiap untuk mendarat di Bandara Kairo, Mesir, Kamis (19/5/2016). (REUTERS/Amr Abdallah Dalsh )
Kairo, Antara Jateng - Para penyelidik mulai memeriksa kotak hitam perekam data penerbangan pesawat EgyptAir yang jatuh ke Mediterania bulan lalu, berharap bisa mencari tahu penyebab bencana tersebut, kata otoritas Minggu (19/6).
Pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan MS804 dari Paris ke Kairo itu menghilang dari layar radar di antara Pulau Kreta di Yunani dan pantai utara Mesir pada 19 Mei bersama 66 orang di dalam pesawat itu.
Operasi pencarian besar-besaran dilancarkan, dan menemukan puing-puing dan potongan badan pesawat di dasar Laut Mediterania sebelum perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit didapatkan pekan lalu.
Komisi penyelidikan pimpinan Mesir mulai memeriksa kedua kotak hitam tersebut pada Sabtu di hadapan perwakilan dari Prancis dan Amerika Serikat, tempat mesin dibuat, kata otoritas penerbangan sipil Mesir.
Kedua kotak hitam rusak dan harus diangkat dari dasar laut dalam beberapa tahap, kata otoritas tersebut sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Menurut otoritas itu, unit memorinya dilepaskan di laboratorium Kementerian Penerbangan Sipil di Kairo dan sedang diuji.
Data di dalamnya akan diambil sebelum dianalisis dalam sebuah prosedur yang diperkirakan berlangsung beberapa pekan.
Jika rusak parah, kotak hitam akan dikirim ke luar negeri untuk diperbaiki, jika tidak proses itu bisa dilakukan di Mesir, kata otoritas.
Para penyelidik mengatakan terlalu dini untuk menentukan penyebab jatuhnya pesawat tersebut, meskipun serangan teror masih belum dikesampingkan.
Badan penerbangan Prancis menyatakan kiriman pesan-pesan otomatis dari pesawat itu mengindikasikan adanya asap di kabin dan masalah pada unit kontrol penerbangan beberapa menit sebelum pesawat menghilang.
Pada Senin, para penyelidik Mesir mengonfirmasi pesawat itu berbelok kiri 90 derajat lalu belok 360 derajat ke arah kanan sebelum jatuh ke laut.
Para penumpang terdiri atas 30 warga Mesir, 15 warga Prancis, dua warga Irak, dua warga Kanada, serta warga Aljazair, Belgia, Inggris, Chad, Portugal, Arab Saudi dan Sudan.
Di antara mereka ada seorang anak laki-laki dan dua bayi. Tujuh awak dan tiga personel keamanan juga ada dalam pesawat itu. (mr)
Pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan MS804 dari Paris ke Kairo itu menghilang dari layar radar di antara Pulau Kreta di Yunani dan pantai utara Mesir pada 19 Mei bersama 66 orang di dalam pesawat itu.
Operasi pencarian besar-besaran dilancarkan, dan menemukan puing-puing dan potongan badan pesawat di dasar Laut Mediterania sebelum perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit didapatkan pekan lalu.
Komisi penyelidikan pimpinan Mesir mulai memeriksa kedua kotak hitam tersebut pada Sabtu di hadapan perwakilan dari Prancis dan Amerika Serikat, tempat mesin dibuat, kata otoritas penerbangan sipil Mesir.
Kedua kotak hitam rusak dan harus diangkat dari dasar laut dalam beberapa tahap, kata otoritas tersebut sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Menurut otoritas itu, unit memorinya dilepaskan di laboratorium Kementerian Penerbangan Sipil di Kairo dan sedang diuji.
Data di dalamnya akan diambil sebelum dianalisis dalam sebuah prosedur yang diperkirakan berlangsung beberapa pekan.
Jika rusak parah, kotak hitam akan dikirim ke luar negeri untuk diperbaiki, jika tidak proses itu bisa dilakukan di Mesir, kata otoritas.
Para penyelidik mengatakan terlalu dini untuk menentukan penyebab jatuhnya pesawat tersebut, meskipun serangan teror masih belum dikesampingkan.
Badan penerbangan Prancis menyatakan kiriman pesan-pesan otomatis dari pesawat itu mengindikasikan adanya asap di kabin dan masalah pada unit kontrol penerbangan beberapa menit sebelum pesawat menghilang.
Pada Senin, para penyelidik Mesir mengonfirmasi pesawat itu berbelok kiri 90 derajat lalu belok 360 derajat ke arah kanan sebelum jatuh ke laut.
Para penumpang terdiri atas 30 warga Mesir, 15 warga Prancis, dua warga Irak, dua warga Kanada, serta warga Aljazair, Belgia, Inggris, Chad, Portugal, Arab Saudi dan Sudan.
Di antara mereka ada seorang anak laki-laki dan dua bayi. Tujuh awak dan tiga personel keamanan juga ada dalam pesawat itu. (mr)
Pewarta : Antaranews
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Gadget
Lihat Juga
Prancis: Keputusan Donald Trump "Risiko Serius" bagi Tatanan Perdagangan Global
01 February 2017 6:29 WIB, 2017