Kendalikan Inflasi, BI Kembangkan Klaster di Kabupaten/Kota
Rabu, 10 Agustus 2016 16:11 WIB
Bank Indonesia (BI)
Semarang, Antara Jateng - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Tengah berupaya mengembangkan klaster di beberapa kabupaten/kota untuk mengendalikan inflasi.
"Seperti pengembangan klaster pertanian dan peternakan, kalau stok banyak tentu harga relatif stabil, inflasi dapat rendah," kata Kepala BI Kanwil Jateng Iskandar Simorangkir di Semarang, Rabu.
Selain itu, ketika inflasi rendah maka kesejahteraan rakyat dapat meningkat. Selain itu, daya beli masyarakat juga relatif terjaga.
Pengembangan klaster tersebut juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor komoditas pertanian. Salah satunya komoditas pertanian yang masih diimpor yaitu jagung.
Padahal, konsumsi jagung di Indonesia salah satunya Jawa Tengah cukup besar mengingat jagung adalah pakan ternak.
"Salah satu yang menyebabkan neraca pembayaran kita defisit itu berasal dari impor jagung. Ketika nilai tukar kita depresiasi pakan ternak menjadi mahal," katanya.
Selanjutnya, ketika pakan ternak mahal harga daging sapi menjadi mahal.
"Oleh karena itu, kita tidak mau ketergantungan terhadap impor jagung tadi. Dalam hal ini, kami mencoba pengembangan klaster agar memiliki daya tahan pangan, bisa berdiri sendiri, tidak lagi bergantung dengan impor," katanya.
Pada pertanian tersebut, pihaknya juga lebih banyak merawat tanaman dengan sistem organik sehingga ketergantungan terhadap pestisida dapat dikurangi.
"Program-program ini setidaknya bisa dicopy oleh kelompok pertanian lain. Harapannya bisa swasembada jagung, tidak perlu impor lagi, ujung-ujungnya inflasi rendah," katanya.
"Seperti pengembangan klaster pertanian dan peternakan, kalau stok banyak tentu harga relatif stabil, inflasi dapat rendah," kata Kepala BI Kanwil Jateng Iskandar Simorangkir di Semarang, Rabu.
Selain itu, ketika inflasi rendah maka kesejahteraan rakyat dapat meningkat. Selain itu, daya beli masyarakat juga relatif terjaga.
Pengembangan klaster tersebut juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor komoditas pertanian. Salah satunya komoditas pertanian yang masih diimpor yaitu jagung.
Padahal, konsumsi jagung di Indonesia salah satunya Jawa Tengah cukup besar mengingat jagung adalah pakan ternak.
"Salah satu yang menyebabkan neraca pembayaran kita defisit itu berasal dari impor jagung. Ketika nilai tukar kita depresiasi pakan ternak menjadi mahal," katanya.
Selanjutnya, ketika pakan ternak mahal harga daging sapi menjadi mahal.
"Oleh karena itu, kita tidak mau ketergantungan terhadap impor jagung tadi. Dalam hal ini, kami mencoba pengembangan klaster agar memiliki daya tahan pangan, bisa berdiri sendiri, tidak lagi bergantung dengan impor," katanya.
Pada pertanian tersebut, pihaknya juga lebih banyak merawat tanaman dengan sistem organik sehingga ketergantungan terhadap pestisida dapat dikurangi.
"Program-program ini setidaknya bisa dicopy oleh kelompok pertanian lain. Harapannya bisa swasembada jagung, tidak perlu impor lagi, ujung-ujungnya inflasi rendah," katanya.
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Cabai kering dan bawang merah pasta solusi inovatif tekan inflasi di Jateng
03 December 2024 17:21 WIB
Terpopuler - Makro
Lihat Juga
Perum Bulog dan Kodam/IV Diponegoro bersinergi optimalkan penyerapan gabah
23 January 2025 17:50 WIB