GKJ Purwokerto Membuat Pohon Natal Sapu Lidi
Rabu, 21 Desember 2016 21:26 WIB
Jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (21/12/2016), membuat pohon natal dari susunan sapu lidi untuk merayakan Hari Natal 2016 dan Tahun Baru 2017. FOTO: antarajateng.com/Sumarwoto.
Purwokerto, Antara Jateng - Jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purwokerto, Kabupaten Banyumas membuat pohon natal dari susunan sapu lidi untuk merayakan Hari Natal 2016 dan Tahun Baru 2017.
"Pohon natal dari susunan sapu lidi ini dibuat sejak satu minggu lalu dengan menggunakan sekitar 600 sapu lidi. Dalam pembuatannya, kami dibantu empat orang yang sesungguhnya mereka bukan seorang Nasrani," kata Pendeta Daniel Agus Haryanto di halaman GKJ Purwokerto, Rabu.
Menurut Daniel Agus Haryanto, ide pembuatan pohon natal dari sapu lidi yang disusun pada pohon pucuk merah di halaman GKJ Purwokerto itu berawal dari keprihatinannya atas aksi unjuk rasa 4 November 2016.
Daniel membayangkan betapa indahnya Indonesia jika semua elemen masyarakat bersatu tanpa membedakan keyakinannya masing-masing.
Oleh karena itu, kata Daniel, ide tersebut selanjutnya disampaikan kepada jemaat hingga akhirnya mendapat dukungan dari mereka dengan menyumbangkan sapu lidi.
"Sapu lidi memiliki filosofi sebagai pembersih. Selain itu, satu batang lidi akan mudah patah jika dibengkokkan. Namun, kalau sudah diikat menjadi sapu, tidak akan mudah dipatahkan, menjadi sebuah satu kesatuan," kata Daniel.
Dengan demikian, kata Daniel, sapu lidi juga dapat melambangkan persatuan dan kesatuan demi terpeliharanya kebinekaan di Indonesia.
Sapu lidi yang disusun sebagai pohon natal itu, menurut Daniel, secara simbolis nantinya akan dibagikan kepada perwakilan dari tujuh keimanan yang ada di Kabupaten Banyumas, yakni agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dan penghayat kepercayaan.
"Tujuh iman itu akan kami undang untuk bersama-sama membersihkan Kabupaten Banyumas dari kecurigaan, kebencian, dan sebagainya. Di samping untuk membersihkan, juga untuk menyatukan karena sapu lidi dikasih 'suh' atau ikatan," kata Daniel.
Bagi Nasrani, kata Daniel, "suh" merupakan ikatan cinta kasih, sedangkan di Indonesia berupa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam hal ini, Daniel ingin mengajak ketujuh iman itu untuk bersama-sama membangun persatuan dan kesatuan demi keutuhan NKRI serta Bhinneka Tunggal Ika.
"Jika seluruh agama yang ada di negara kita diikat dengan NKRI, kita akan kuat," tegas Daniel.
Warga yang turut membantu pembuatan pohon natal dari sapu lidi, Mulyanto, mengaku tidak ada perasaan apa pun meskipun dirinya beragama Islam.
"Tidak ada perasaan apa-apa, hanya untuk pekerjaan saja," kata Mulyanto.
"Pohon natal dari susunan sapu lidi ini dibuat sejak satu minggu lalu dengan menggunakan sekitar 600 sapu lidi. Dalam pembuatannya, kami dibantu empat orang yang sesungguhnya mereka bukan seorang Nasrani," kata Pendeta Daniel Agus Haryanto di halaman GKJ Purwokerto, Rabu.
Menurut Daniel Agus Haryanto, ide pembuatan pohon natal dari sapu lidi yang disusun pada pohon pucuk merah di halaman GKJ Purwokerto itu berawal dari keprihatinannya atas aksi unjuk rasa 4 November 2016.
Daniel membayangkan betapa indahnya Indonesia jika semua elemen masyarakat bersatu tanpa membedakan keyakinannya masing-masing.
Oleh karena itu, kata Daniel, ide tersebut selanjutnya disampaikan kepada jemaat hingga akhirnya mendapat dukungan dari mereka dengan menyumbangkan sapu lidi.
"Sapu lidi memiliki filosofi sebagai pembersih. Selain itu, satu batang lidi akan mudah patah jika dibengkokkan. Namun, kalau sudah diikat menjadi sapu, tidak akan mudah dipatahkan, menjadi sebuah satu kesatuan," kata Daniel.
Dengan demikian, kata Daniel, sapu lidi juga dapat melambangkan persatuan dan kesatuan demi terpeliharanya kebinekaan di Indonesia.
Sapu lidi yang disusun sebagai pohon natal itu, menurut Daniel, secara simbolis nantinya akan dibagikan kepada perwakilan dari tujuh keimanan yang ada di Kabupaten Banyumas, yakni agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dan penghayat kepercayaan.
"Tujuh iman itu akan kami undang untuk bersama-sama membersihkan Kabupaten Banyumas dari kecurigaan, kebencian, dan sebagainya. Di samping untuk membersihkan, juga untuk menyatukan karena sapu lidi dikasih 'suh' atau ikatan," kata Daniel.
Bagi Nasrani, kata Daniel, "suh" merupakan ikatan cinta kasih, sedangkan di Indonesia berupa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam hal ini, Daniel ingin mengajak ketujuh iman itu untuk bersama-sama membangun persatuan dan kesatuan demi keutuhan NKRI serta Bhinneka Tunggal Ika.
"Jika seluruh agama yang ada di negara kita diikat dengan NKRI, kita akan kuat," tegas Daniel.
Warga yang turut membantu pembuatan pohon natal dari sapu lidi, Mulyanto, mengaku tidak ada perasaan apa pun meskipun dirinya beragama Islam.
"Tidak ada perasaan apa-apa, hanya untuk pekerjaan saja," kata Mulyanto.
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Kliwon
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
UMP targetkan terima 6.000 mahasiswa baru program reguler pada tahun 2025
03 November 2024 14:03 WIB
Dukung agrowisata berkelanjutan, Tim Dosen Unsoed beri pelatihan produk olahan stroberi
31 October 2024 15:26 WIB
Akademisi Unsoed: Kampung Cibun siap menjadi ikon Kampung Cinta Budaya Nusantara Banyumas
29 October 2024 17:41 WIB
Terpopuler - Unik
Lihat Juga
Hari Sumpah Pemuda, Keraton Surakarta bentangkan bendera sepanjang seribu meter
28 October 2024 12:47 WIB
Generasi muda di Semarang dilibatkan dalam implementasikan program makan siang bergizi
18 October 2024 20:22 WIB
Aktivitas Presiden Joko Widodo jelang pensiun, napak tilas ke mantan sekolah
12 October 2024 13:28 WIB