Magelang, (Antara Jateng) - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan Badan Otorita Pariwisata (BOP) Borobudur jika nanti sudah terbentuk akan mengelola kawasan seluas 600 hektare.

"Saat ini saya belum bisa menyebut daerah tersebut, namun kawasan itu terbagi dua dan berada di luar zona tiga Candi Borobudur," katanya di Magelang, Kamis.

Ia mengatakan hal tersebut saat mengunjungi Omah Mbudur, di Jowahan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

Ia menuturkan dalam membangun pariwisata memerlukan atraksi, akses, dan amenitas. Kalau atraksinya sudah sepakat ikon Jogja, Solo, Semarang (Joglosemar) adalah Borobudur. Kemudian untuk akses salah satu yang besar adalah pembangunan Bandara di Kulonprogo, yang nantinya dibangun jalan dari bandara menuju Borobudur, termasuk juga dari Solo dan Semarang.

Ia mengatakan yang ketiga amenitas merupakan daerah otoritas seperti Nusa Dua di Bali.

"Otoritatif paling mudah membayangkan Nusa Dua, yaitu di daerah tertentu dengan luas 350 hektare yang dikelola oleh satu menejemen (ITDC). Di sini (Borobobudur) daerah otoritatif itu 600 hektere yang nantinya juga dikelola oleh satu menejemen," katanya.

Ia menyebutkan ada 10 prioritas pengembangan pariwisata, empat di antaranya merupakan kawasan ekonomi khusus (KEK), yaitu KEK Mandalika di Lombok, KEK Tanjung Kelayang di Belitung, KEK Tanjung Lesung Banten, dan KEK Morotai.

Sedangkan enam daerah yang belum punya kawasan ekonomi khusus dikelola oleh badan otorita pariwisata, contohnya Danau Toba dan yang kedua nanti adalah di Borobudur.

"Mudah-mudahan triwulan satu tahun 2017 badan otoritas tersebut sudah selesai dan ditandatangani presiden," katanya.

Ia mengatakan pembentukan BOP Borobudur yang mengelola kawasan 600 hektere tersebut diharapkan bisa mendorong pertumbuhan pariwisata.

"Pengelolaan satu menejemen itulah yang terjadi di Nusa Dua, begitu juga yang terjadi di Angkor Wat Kamboja," katanya.

Menurut dia Angkor Wat kalau dibanding Candi Borobudur masih menang Borobudur, yakni lebih besar, lebih tua, dan lebih dihormati. Namun dari sisi keekonomian jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Angkor Wat sebanyak 2,5 juta orang per tahun, sedangkan di Borobudur hanya 250 ribu wisman.

"Jadi jumlah wisaman yang berkunjung ke Borobudur hanya seper sepuluhnya, mengapa demikian karena Angkor Wat itu pengelolanya satu menejemen yang dibangun seperti badan otorita," katanya.

Ia menuturkan pengembangan pariwisata harus selalu melestarikan lingkungan dan melestarikan kebudayaan, karena prinsip dasarnya adalah semakin dilestarikan semakain menyejahterakan