Motivator: Mau Jadi Miliarder Muda, Jangan Pacaran Dulu
Minggu, 26 Februari 2017 18:55 WIB
Motivator sekaligus pengusaha muda Syafii Efendi memotivasi ribuan pelajar di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang memadati Gedung Olahraga Wergu Kudus, Minggu (26/2). (Foto: ANTARAJATENG.COM/Akhmad Nazaruddin Lathif)
Kudus, ANTARA JATENG - Ribuan pelajar Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, dimotivasi untuk menjadi miliarder muda dengan bermodalkan karakter pribadi yang hebat.
Motivator sekaligus pengusaha muda Syafii Efendi di Gedung Olahraga Wergu Kudus, Minggu, menyarankan mulai hari ini jangan lagi berpacaran dan tinggalkan kebiasaan menonton sinetron untuk memiliki karakter yang hebat.
Pada seminar "Motivasi Nasional Entepreneur dan Pemuda Mandiri 2017 pada Era MEA", dia mengatakan bahwa pacaran bukanlah budaya Indonesia, melainkan budaya asing yang masuk ke Tanah Air yang lebih dominan mengarah hal-hal negatif.
Selain itu, lanjut dia, tontonan sinetron juga tidak mendidik serta menjerumuskan karakter generasi muda ke arah yang tidak baik. Pasalnya, melalui sinetron, generasi muda dilatih untuk berpacaran pada usia muda, berperilaku seks bebas, serta diajarkan hidup konsumtif dan hedonis.
Hal itu, lanjut dia, makin diperparah dengan teknologi informasi yang sangat mudah diakses, khususnya generasi muda, mulai dari informasi baik dan buruk.
Untuk mengontrol informasi yang bisa berdampak buruk terhadap mental generasi muda, termasuk tayangan sinetron hanya bisa dibentengi oleh karakter yang hebat agar tidak terhanyut oleh kondisi saat ini.
"Jika ingin sukses, lebih baik jangan berpacaran dahulu serta tinggalkan tontonan sinetron," ujarnya.
Waktu yang biasanya untuk berpacaran maupun menonton sinetron dan membaca informasi yang bisa merusak mental, lebih baik untuk memupuk karakter pribadi mulai dari mendekatkan diri kepada Tuhan dan berlatih berjualan.
"Jangan gengsi dengan berjualan karena gengsi tidak bisa membuat kaya," ujarnya.
Untuk memulai bisnis, menurut dia, tidak perlu pusing memikirkan modal karena ada bisnis yang bisa dimulai tanpa modal yang besar.
Kecanggihan teknologi yang ada sekarang, bisa dimanfaatkan oleh generasi muda yang ingin menjadi miliarder.
"Caranya, mulailah berjualan dari hal-hal yang kecil, seperti barang bekas secara daring atau `online`," ujar Syafii yang di usia 23 tahun berhasil mencetak penghasilan Rp1 miliar pertamanya.
Jika belum memiliki modal, Syafii menyarankan, bisa menjalin kerja sama dengan teman atau orang lain yang ingin menjual barang bekasnya untuk ditawarkan secara "online".
Setelah berkembang, kata Syafii yang bergelut di bidang properti dan pelatihan, usahanya bisa ditingkatkan dengan menyediakan barangnya secara mandiri.
Bisnis lain yang bisa ditekuni, yakni dengan mencari solusi dari permasalahan yang sering dialami masyarakat di lingkungan sendiri.
Untuk menjadi miliarder, selain harus berani tidak berpacaran serta meninggalkan sinetron, generasi muda juga harus memiliki mental miliarder.
Syafii menegaskan bahwa kehadirannya bersama jajaran dari Indonesia Enterpreneur Club (IEC) di Kota Kudus dalam rangka menciptakan satu juta miliarder baru pada usia kurang dari 30 tahun yang berakhlak baik untuk menghadapi integrasi pasar tunggal ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah berjalan selama 1 tahun.
Tujuan lainnya, yakni ingin menularkan virus positif mengajak generasi muda bangsa ini agar peduli dalam membangun karakter generasi muda yang baik.
Seminar yang digelar di GOR Wergu Kudusitu diikuti sekitar 1.800 peserta dari 33 sekolah tingkat SMA dan sederajat serta sejumlah perguruan tinggi di Kudus.
Motivator sekaligus pengusaha muda Syafii Efendi di Gedung Olahraga Wergu Kudus, Minggu, menyarankan mulai hari ini jangan lagi berpacaran dan tinggalkan kebiasaan menonton sinetron untuk memiliki karakter yang hebat.
Pada seminar "Motivasi Nasional Entepreneur dan Pemuda Mandiri 2017 pada Era MEA", dia mengatakan bahwa pacaran bukanlah budaya Indonesia, melainkan budaya asing yang masuk ke Tanah Air yang lebih dominan mengarah hal-hal negatif.
Selain itu, lanjut dia, tontonan sinetron juga tidak mendidik serta menjerumuskan karakter generasi muda ke arah yang tidak baik. Pasalnya, melalui sinetron, generasi muda dilatih untuk berpacaran pada usia muda, berperilaku seks bebas, serta diajarkan hidup konsumtif dan hedonis.
Hal itu, lanjut dia, makin diperparah dengan teknologi informasi yang sangat mudah diakses, khususnya generasi muda, mulai dari informasi baik dan buruk.
Untuk mengontrol informasi yang bisa berdampak buruk terhadap mental generasi muda, termasuk tayangan sinetron hanya bisa dibentengi oleh karakter yang hebat agar tidak terhanyut oleh kondisi saat ini.
"Jika ingin sukses, lebih baik jangan berpacaran dahulu serta tinggalkan tontonan sinetron," ujarnya.
Waktu yang biasanya untuk berpacaran maupun menonton sinetron dan membaca informasi yang bisa merusak mental, lebih baik untuk memupuk karakter pribadi mulai dari mendekatkan diri kepada Tuhan dan berlatih berjualan.
"Jangan gengsi dengan berjualan karena gengsi tidak bisa membuat kaya," ujarnya.
Untuk memulai bisnis, menurut dia, tidak perlu pusing memikirkan modal karena ada bisnis yang bisa dimulai tanpa modal yang besar.
Kecanggihan teknologi yang ada sekarang, bisa dimanfaatkan oleh generasi muda yang ingin menjadi miliarder.
"Caranya, mulailah berjualan dari hal-hal yang kecil, seperti barang bekas secara daring atau `online`," ujar Syafii yang di usia 23 tahun berhasil mencetak penghasilan Rp1 miliar pertamanya.
Jika belum memiliki modal, Syafii menyarankan, bisa menjalin kerja sama dengan teman atau orang lain yang ingin menjual barang bekasnya untuk ditawarkan secara "online".
Setelah berkembang, kata Syafii yang bergelut di bidang properti dan pelatihan, usahanya bisa ditingkatkan dengan menyediakan barangnya secara mandiri.
Bisnis lain yang bisa ditekuni, yakni dengan mencari solusi dari permasalahan yang sering dialami masyarakat di lingkungan sendiri.
Untuk menjadi miliarder, selain harus berani tidak berpacaran serta meninggalkan sinetron, generasi muda juga harus memiliki mental miliarder.
Syafii menegaskan bahwa kehadirannya bersama jajaran dari Indonesia Enterpreneur Club (IEC) di Kota Kudus dalam rangka menciptakan satu juta miliarder baru pada usia kurang dari 30 tahun yang berakhlak baik untuk menghadapi integrasi pasar tunggal ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah berjalan selama 1 tahun.
Tujuan lainnya, yakni ingin menularkan virus positif mengajak generasi muda bangsa ini agar peduli dalam membangun karakter generasi muda yang baik.
Seminar yang digelar di GOR Wergu Kudusitu diikuti sekitar 1.800 peserta dari 33 sekolah tingkat SMA dan sederajat serta sejumlah perguruan tinggi di Kudus.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin L
Editor :
Copyright © ANTARA 2025