Muhammadiyah:Tidak Perlu Kawatir ada Penguatan Kelompok Radikal Terkait Kunjungan Raja Salman
Rabu, 1 Maret 2017 10:32 WIB
Muhammadiyah id.wikipedia.org (Muhammadiyah (id.wikipedia.org))
Jakarta, ANTARA JATENG - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Abdul Muti mengatakan tidak perlu ada kekhawatiran adanya penguatan
kelompok radikal di Tanah Air seiring kunjungan Raja Arab Saudi Salman
bin Abdulaziz Al saud ke Indonesia.
"Dari sisi kerja sama pendidikan, ada kekhawatiran kehadiran Raja Salman ini memperkuat kelompok radikal di Indonesia. Saya pikir itu kekhawatiran yang berlebihan," kata Muti di Jakarta, Rabu.
Dia mencontohkan sejauh ini terdapat beasiswa pendidikan pemerintah Saudi yang dimanfaatkan pelajar Indonesia untuk menempuh studi di berbagai lembaga pendidikan negara kaya minyak itu.
Akan tetapi, kata dia, pelajar Indonesia tidak lantas menganut paham Islam aliran Salafi atau Wahabi setelah menamatkan studi di Saudi. Justru, pelajar Indonesia yang mendapat beasiswa studi di Saudi tetap saja menganut madzhab Syafii.
"Tidak kemudian setelah studi di sana menjadi penganut Salafi atau Wahabi. Maka jangan ada kekhawatiran berlebihan terkait kunjungan ini," kata dia.
Menurut Muti, Indonesia dan Saudi memiliki persoalan yang sama terkait tantangan menghadapi radikalisme dan terorisme. Dua negara berpenduduk mayoritas Muslim ini beberapa kali mengalami serangan orang atau kelompok terorisme.
Dengan menepis kekhawatiran terkait kunjungan Raja Salman, Muti berharap kunjungan orang nomor satu Saudi itu akan memperkuat kemitraan strategis dua negara dalam beragai kerja sama seperti ekonomi, pendidikan dan lainnya yang relevan.
"Dari sisi kerja sama pendidikan, ada kekhawatiran kehadiran Raja Salman ini memperkuat kelompok radikal di Indonesia. Saya pikir itu kekhawatiran yang berlebihan," kata Muti di Jakarta, Rabu.
Dia mencontohkan sejauh ini terdapat beasiswa pendidikan pemerintah Saudi yang dimanfaatkan pelajar Indonesia untuk menempuh studi di berbagai lembaga pendidikan negara kaya minyak itu.
Akan tetapi, kata dia, pelajar Indonesia tidak lantas menganut paham Islam aliran Salafi atau Wahabi setelah menamatkan studi di Saudi. Justru, pelajar Indonesia yang mendapat beasiswa studi di Saudi tetap saja menganut madzhab Syafii.
"Tidak kemudian setelah studi di sana menjadi penganut Salafi atau Wahabi. Maka jangan ada kekhawatiran berlebihan terkait kunjungan ini," kata dia.
Menurut Muti, Indonesia dan Saudi memiliki persoalan yang sama terkait tantangan menghadapi radikalisme dan terorisme. Dua negara berpenduduk mayoritas Muslim ini beberapa kali mengalami serangan orang atau kelompok terorisme.
Dengan menepis kekhawatiran terkait kunjungan Raja Salman, Muti berharap kunjungan orang nomor satu Saudi itu akan memperkuat kemitraan strategis dua negara dalam beragai kerja sama seperti ekonomi, pendidikan dan lainnya yang relevan.
Pewarta : Anom Prihantoro
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Agustina: Pemerintah perlu wadahi kreativitas remaja cegah maraknya gangster
26 October 2024 11:15 WIB