BI: Industri Di Jateng Masih Hadapi Kendala
Kamis, 18 Mei 2017 19:08 WIB
Ilustrasi. Pekerja menyelesaikan pembangunan pabrik di kawasan industri
Semarang, ANTARA JATENG - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Tengah menyatakan sektor industri di Jawa Tengah masih menghadapi sejumlah kendala untuk dapat berkembang.
"Terutama untuk industri olahan karena selama ini perekonomian Jawa Tengah masih ditopang oleh industri pengolahan dengan pangsa di atas 30 persen," kata Kepala BI Kanwil Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo di Semarang, Kamis.
Dia mengatakan jika dilihat selama tujuh tahun terakhir, pertumbuhan industri pengolahan mengalami perlambatan.
Menurut dia, daya saing Indonesia yang tergambar dari "Global Competitiveness Index" pada 2016 mengalami penurunan, yaitu dari posisi 34 turun menjadi peringkat 37.
Salah satu penyebab penurunan peringkat tersebut, katanya, yaitu menurunnya penilaian terhadap komponen kebutuhan dasar berupa infrastruktur yang merosot enam peringkat.
Ponco mengatakan hal itu disebabkan hampir seluruh komponen penilaian mengalami penurunan, yaitu berupa jalan, jalur kereta, pelabuhan, bandar udara, dan ketersediaan listrik.
Dibandingkan dengan negara di kawasan ASEAN, Singapura menempati posisi tinggi, yaitu peringkat 2, diikuti Malaysia peringkat 18, dan Thailand peringkat 32.
Meski kalah dari ketiga negara tersebut, posisi Indonesia masih lebih unggul dibandingkan dengan Filipina yang di posisi 47 dan Vietnam peringkat 56.
Terkait dengan hal itu, pihaknya memberikan rekomendasi agar sektor industri dapat berkembang dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian di Jawa Tengah.
Ponco mengatakan salah satu yang harus dilakukan adalah pada aspek infrastruktur fisik, dapat dilakukan sejumlah hal pada jangka pendek, yaitu meningkatkan alokasi anggaran belanja modal pemda dalam pembangunan infrastruktur fisik, mempercepat proses deregulasi perizinan swasta khususnya dalam penyediaan infrastruktur jalan dan energi di daerah, serta mendorong penurunan biaya energi pada IKM unggulan.
Dalam jangka menengah dan panjang, katanya, dapat dilakukan sejumlah langkah, di antaranya mendorong "joint investment" pemerintah dengan pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur fisik.
"Selain itu adalah dengan mendorong kerja sama perusahaan BUMN dan perusahaan swasta dalam pembangunan infrastruktur pelabuhan dan bandara di daerah industri baru," katanya.
"Terutama untuk industri olahan karena selama ini perekonomian Jawa Tengah masih ditopang oleh industri pengolahan dengan pangsa di atas 30 persen," kata Kepala BI Kanwil Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo di Semarang, Kamis.
Dia mengatakan jika dilihat selama tujuh tahun terakhir, pertumbuhan industri pengolahan mengalami perlambatan.
Menurut dia, daya saing Indonesia yang tergambar dari "Global Competitiveness Index" pada 2016 mengalami penurunan, yaitu dari posisi 34 turun menjadi peringkat 37.
Salah satu penyebab penurunan peringkat tersebut, katanya, yaitu menurunnya penilaian terhadap komponen kebutuhan dasar berupa infrastruktur yang merosot enam peringkat.
Ponco mengatakan hal itu disebabkan hampir seluruh komponen penilaian mengalami penurunan, yaitu berupa jalan, jalur kereta, pelabuhan, bandar udara, dan ketersediaan listrik.
Dibandingkan dengan negara di kawasan ASEAN, Singapura menempati posisi tinggi, yaitu peringkat 2, diikuti Malaysia peringkat 18, dan Thailand peringkat 32.
Meski kalah dari ketiga negara tersebut, posisi Indonesia masih lebih unggul dibandingkan dengan Filipina yang di posisi 47 dan Vietnam peringkat 56.
Terkait dengan hal itu, pihaknya memberikan rekomendasi agar sektor industri dapat berkembang dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian di Jawa Tengah.
Ponco mengatakan salah satu yang harus dilakukan adalah pada aspek infrastruktur fisik, dapat dilakukan sejumlah hal pada jangka pendek, yaitu meningkatkan alokasi anggaran belanja modal pemda dalam pembangunan infrastruktur fisik, mempercepat proses deregulasi perizinan swasta khususnya dalam penyediaan infrastruktur jalan dan energi di daerah, serta mendorong penurunan biaya energi pada IKM unggulan.
Dalam jangka menengah dan panjang, katanya, dapat dilakukan sejumlah langkah, di antaranya mendorong "joint investment" pemerintah dengan pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur fisik.
"Selain itu adalah dengan mendorong kerja sama perusahaan BUMN dan perusahaan swasta dalam pembangunan infrastruktur pelabuhan dan bandara di daerah industri baru," katanya.
Pewarta : Aris Wasita Widiastuti
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kembangkan sektor industri dan pertanian, Forum Pusaka Jateng 2024 digelar
09 November 2024 22:33 WIB
Percepat digitalisasi, Bank Jateng dan BI luncurkan KKI QRIS di Banjarnegara
21 October 2024 9:54 WIB