Semarang, ANTARA JATENG - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Tengah memprediksi inflasi Jateng pada bulan Juni dan Juli 2017 masih cukup tinggi.

"Jika inflasi pada bulan Mei 2017 di level 0,53 persen, untuk bulan Juni 2017 di kisaran 0,7-1 persen," kata Kepala BI Kanwil Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo di Semarang, Kamis.

Ia mengatakan prediksi angka inflasi tersebut hampir sama dengan inflasi pada jelang Lebaran tahun lalu yaitu di level 0,93 persen.

"Hasil dari `assessment` kami menunjukkan angka relatif tinggi. Ini merupakan dampak dari kenaikan tarif listrik. Di Jateng sendiri banyak pelanggan listrik yang pascabayar, meski tarif listrik prabayar naik di bulan Mei tapi pascabayar baru dibayar di bulan Juni sehingga memberikan dampak terhadap inflasi," katanya.

Selain tarif dasar listrik yang masuk dalam kelompok "administered price", untuk kelompok lain yaitu "volatile foods" juga mememberikan kontribusi yang cukup tinggi yaitu di kisaran 1,2-1,6 persen.

"Kalau dari sisi komoditas untuk `volatile foods` ini lebih ke sisi pangan, bisa holtikultura atau beras yang saat ini harganya sedikit mengalami kenaikan," katanya.

Sedangkan untuk prediksi inflasi pada bulan Juli 2017 berada di kisaran 0,5-0,9 persen. Ia mengatakan untuk faktor-faktor penyebabnya masih sama dengan bulan Juni.

"Karena Lebaran kan jatuh di akhir bulan Juni, sehingga efeknya masih terasa hingga bulan Juli," katanya.

Sementara itu, untuk angka inflasi di bulan Agustus diharapkan tidak setinggi bulan-bulan sebelumnya, seperti inflasi bulan Mei-Juli.

"Sudah dirilis juga oleh pemerintah bahwa tidak akan ada kenaikan harga BBM dalam waktu dekat. Pemerintah akan menunda rencana kenaikan harga BBM," katanya.