NASA Tangkap Citra Dua Suar Surya Kuat
Kamis, 7 September 2017 15:50 WIB
Animasi yang menunjukkan jilatan api matahari pada 6 September 2017. Citra ini ditangkap oleh Solar Dynamics Observatory dan menunjukkan cahaya dengan panjang gelombang 131 angstrom. (NASA/Goddard/SDO)
Washington, ANTARA JATENG - Dua jilatan api atau suar surya berintensitas
tinggi yang memancar pada Rabu merupakan yang kedua yang tercatat
paling kuat sejak awal siklus matahari ini pada Desember 2008 menurut
Badan Aeronautika dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Suar radiasi ini yang bisa mengganggu komunikasi satelit, GPS dan jaringan listrik karena mencapai atmosfer bumi bagian atas ini terdeteksi dan ditangkap oleh Solar Dynamics Observatory Badan Antariksa Amerika Serikat.
Menurut Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (SWPC), yang disebut sebagai erupsi kategori X ini mengganggu komunikasi radio frekuensi tinggi selama satu jam di sisi Bumi yang menghadap matahari dan komunikasi frekuensi rendah yang digunakan dalam navigasi.
Kedua letusan tersebut terjadi di daerah aktif matahari, tempat terjadinya letusan dengan intensitas rata-rata terjadi pada 4 September.
Siklus matahari saat ini, yang dimulai Desember 2008, menyaksikan penurunan tajam intensitas aktivitas matahari, membuka jalan untuk siklus "solar minimum."
Siklus surya rata-rata berlangsung selama sebelas tahun. Pada akhir fase aktifnya, letusan ini menjadi semakin langka, tetapi tetap kuat.
Badai surya akibat akumulasi energi magnetik terjadi di beberapa tempat.
Semburan-semburan materi terionisasi diproyeksikan --pada kecepatan tertinggi menuju dan melampaui mahkota matahari-- bisa mencapai ratusan ribu kilometer, demikian menurut warta kantor berita AFP.
Suar radiasi ini yang bisa mengganggu komunikasi satelit, GPS dan jaringan listrik karena mencapai atmosfer bumi bagian atas ini terdeteksi dan ditangkap oleh Solar Dynamics Observatory Badan Antariksa Amerika Serikat.
Menurut Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (SWPC), yang disebut sebagai erupsi kategori X ini mengganggu komunikasi radio frekuensi tinggi selama satu jam di sisi Bumi yang menghadap matahari dan komunikasi frekuensi rendah yang digunakan dalam navigasi.
Kedua letusan tersebut terjadi di daerah aktif matahari, tempat terjadinya letusan dengan intensitas rata-rata terjadi pada 4 September.
Siklus matahari saat ini, yang dimulai Desember 2008, menyaksikan penurunan tajam intensitas aktivitas matahari, membuka jalan untuk siklus "solar minimum."
Siklus surya rata-rata berlangsung selama sebelas tahun. Pada akhir fase aktifnya, letusan ini menjadi semakin langka, tetapi tetap kuat.
Badai surya akibat akumulasi energi magnetik terjadi di beberapa tempat.
Semburan-semburan materi terionisasi diproyeksikan --pada kecepatan tertinggi menuju dan melampaui mahkota matahari-- bisa mencapai ratusan ribu kilometer, demikian menurut warta kantor berita AFP.
Pewarta : AFP
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kos-kosan di Kelurahan Mewek Purbalingga jadi lokasi prostitusi daring, polisi tangkap dua orang
13 November 2024 15:16 WIB