Semarang (Antaranews Jateng) - Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) Prof Masrukhi menyatakan Pancasila merupakan filter terhadap masuknya nilai-nilai budaya asing ke Indonesia.

"Nilai-nilai luhur yang tertuang pada Pancasila dapat menjadi daya saring terhadap masuknya nilai-nilai asing," katanya, di Semarang, Jumat, merefleksikan Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni.

Menurut dia, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang kian gencar memberikan dampak terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang selama ini berjalan.

Ia mengatakan nilai-nilai budaya asing yang tidak sesuai dengan keindonesiaan dan kebhinnekaan akan tertangkal dengan nilai-nilai luhur Pancasila jika masyarakat benar-benar mengimplementasikannya.

"Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni ini merupakan momentum untuk merenungkan dan membudayakan kembali nilai-nilai luhur Pancasila sebagai pedoman kehidupan bangsa," katanya.

Peran kalangan akademisi, civitas akademika, lanjut Masrukhi, juga harus bersama-sama membangun kehidupan yang harmonis dengan berlandaskan terhadap nilai-nilai luhur Pancasila.

Senada, Wakil Rektor I Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Dr Musahadi mengatakan Hari Lahir Pancasila semestinya bisa menjadi pengingat kembali terhadap sejarah lahirnya Pancasila.

Ketika itu, kata dia, terjadi perdebatan panjang dari para "founding father" terkait ideologi negara yang kemudian menemukannya dari penggalian nilai-nilai luhur bangsa yang selama ini sudah ada.

"Pancasila itulah yang menyatukan berbagai keragaman bangsa Indonesia. Ideologi luar biasa ini digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang selama ini ada dan memasyarakat," katanya.

Bahkan, kata dia, Pancasila sebagai ideologi dikagumi oleh banyak negara di dunia dan sudah tidak ada perbedatan lagi alias final sehingga sudah saatnya bangsa terus melaju ke depan, bukan mundur ke belakang.

"Alangkah baik, gunakan waktu dan energi bangsa untuk ke depan. Sejarah tidak boleh dilupakan, mungkin itu yang perlu dipahami kembali. Sejarah itu menjadi bekal untuk menatap masa depan yang lebih baik," katanya.