"Inilah waktunya bagi kita yang tadinya diam ikut bersuara juga. Mereka (penyebar hoaks) ini hanya segelintir orang namun berkoar-koar supaya kesannya banyak, padahal kita jauh lebih besar. Nah sekarang saatnya kita yang memiliki pemikiran positif melakukan perlawanan dengan tidak diam, bagaimanapun dengan kreatifitas masing-masing," tuturnya di Jakarta, Minggu.
Dia lebih lanjut menjelaskan bahwa generasi muda bisa melakukannya di sosial media atau dimana pun yang mereka bisa.
"Kita harus bisa kritis terhadap apa-apa yang kita konsumsi mengingat kita hidup di zaman yang penuh paparan informasi, yang sebetulnya tinggal memilih saja," tambah pegiat perdamaian dari Pendidikan Damai Indonesia (PANDAI) Umamah Nisaul Jannah.
Dia menjelaskan lebih lanjut bahwa sikap kritis itu bisa dibangun dengan banyak membaca, mendengar dan memikirkan kembali konsekuensinya sebelum menyebar berita yang belum tentu benar.
"Minimal buat keluarga Anda, ketika keluarga Anda melihat bagaimana mereka akan bersikap ketika melihat Anda menyebarkan hal-hal seperti itu," tegas Umamah.
Baik Reza maupun Umamah sama-sama mengajak generasi muda agar lebih bijak menggunakan jempolnya ketika memakai sosial media atau platform apapun di dunia maya.
"Jempolnya lebih bijaklah," ujar keduanya dalam wawancara yang berlangsung santai. (Editor : Subagyo).