Ditemukan sisa bangunan beserta pekarangan di Situs Liyangan
Rabu, 26 Desember 2018 8:13 WIB
Pekerja membersihkan arang kayu bekas bangunan rumah kuno di situs Liyangan kawasan lereng Gunung Sindoro, Purbosari, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah. Tim Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan kerangka kayu bekas bangunan rumah jaman Mataram Kuno yang diperkirakan tertimbun material vulaknis erupsi gunung Sindoro pada abad IX Masehi. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/tom.
Temanggung (Antaranews Jateng) - Hasil penelitian Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta yang dilakukan bulan November 2018 menemukan sisa bangunan rumah beserta eksterior dan pelatarannya.
"Ekskavasi November kemarin hasilnya luar biasa. Kami menemukan bukan hanya sisa bangunan rumah yang bahannya dari bambu, kayu, ijuk, tetapi juga eksteriornya sekaligus pelatarannya," kata Kepala Balar Yogyakarta Sugeng Riyanto ketika dihubungi di Temanggung, Rabu.
Ia menjelaskan jadi halamannya ditemukan, kemudian di pelataran itu ada taludnya setinggi 1,5 meter, di bawahnya pelataran dan atasnya ada rumah dan rumahnya sangat besar.
Menurut dia, ada salah satu komponen diduga berbahan kayu dengan lebar hampir 0,5 meter dan tebalnya sampai 8 centimeter dan bambunya istimewa, tetapi semua dalam bentuk arang.
"Kalau itu nanti bagian dari era pemujaan pasti merupakan tempat yang sangat khusus untuk prosesi atau kalau itu nanti terbukti rumah hunian, yang menghuni itu pasti orang yang istimewa," katanya.
Ia mengatakan temuan kemarin itu istimewa, selain data komponennya organik kayu dan bambu lebih lengkap. Lokasi temuan tersebut berada di barat sungai.
"Dugaan kami bahwa Liyangan dulu luasannya 10 hingga 12 hektare memang terbukti dan kebetulan lokasi tersebut sudah dibebaskan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah jadi kami leluasa melakukan ekskavasi,"
Ia menuturkan sekarang temuan itu dilindungi dengan pagar pembatas, masyarakat bisa melihat dari luar, karena itu sangat rapuh.
"Kami sudah ambil sampelnya untuk mengetahui kronologinya kapan, namun kami menduga itu abad ke-9 karena di dekat situ ada guci keramik dari dinasti Tang abad ke-9," katanya.
Guna mengetahui jenis kayunya, pihaknya dibantu ahli dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada untuk diteliti di laboratorium.
Ia menyampaikan jenis kayu waktu itu menurut ahli dari Fakultas Kehutanan UGM ada sekitar 10 jenis, baik untuk bangunan maupun tanaman di sekitarnya.
"Khusus untuk bangunan saya punya mimpi suatu ketika kita punya hutan khusus untuk pohon-pohon yang dulu sering digunakan untuk bangunan rumah. Kita buat hutan khusus yang jenisnya hanya itu saja dan nanti kalau mau membuat replikanya maka kayu sama jenisnya, selain itu hutan itu juga bisa untuk wisata," katanya.
"Ekskavasi November kemarin hasilnya luar biasa. Kami menemukan bukan hanya sisa bangunan rumah yang bahannya dari bambu, kayu, ijuk, tetapi juga eksteriornya sekaligus pelatarannya," kata Kepala Balar Yogyakarta Sugeng Riyanto ketika dihubungi di Temanggung, Rabu.
Ia menjelaskan jadi halamannya ditemukan, kemudian di pelataran itu ada taludnya setinggi 1,5 meter, di bawahnya pelataran dan atasnya ada rumah dan rumahnya sangat besar.
Menurut dia, ada salah satu komponen diduga berbahan kayu dengan lebar hampir 0,5 meter dan tebalnya sampai 8 centimeter dan bambunya istimewa, tetapi semua dalam bentuk arang.
"Kalau itu nanti bagian dari era pemujaan pasti merupakan tempat yang sangat khusus untuk prosesi atau kalau itu nanti terbukti rumah hunian, yang menghuni itu pasti orang yang istimewa," katanya.
Ia mengatakan temuan kemarin itu istimewa, selain data komponennya organik kayu dan bambu lebih lengkap. Lokasi temuan tersebut berada di barat sungai.
"Dugaan kami bahwa Liyangan dulu luasannya 10 hingga 12 hektare memang terbukti dan kebetulan lokasi tersebut sudah dibebaskan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah jadi kami leluasa melakukan ekskavasi,"
Ia menuturkan sekarang temuan itu dilindungi dengan pagar pembatas, masyarakat bisa melihat dari luar, karena itu sangat rapuh.
"Kami sudah ambil sampelnya untuk mengetahui kronologinya kapan, namun kami menduga itu abad ke-9 karena di dekat situ ada guci keramik dari dinasti Tang abad ke-9," katanya.
Guna mengetahui jenis kayunya, pihaknya dibantu ahli dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada untuk diteliti di laboratorium.
Ia menyampaikan jenis kayu waktu itu menurut ahli dari Fakultas Kehutanan UGM ada sekitar 10 jenis, baik untuk bangunan maupun tanaman di sekitarnya.
"Khusus untuk bangunan saya punya mimpi suatu ketika kita punya hutan khusus untuk pohon-pohon yang dulu sering digunakan untuk bangunan rumah. Kita buat hutan khusus yang jenisnya hanya itu saja dan nanti kalau mau membuat replikanya maka kayu sama jenisnya, selain itu hutan itu juga bisa untuk wisata," katanya.
Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Balai Arkeologi Yogyakarta meluncurkan Rumah Peradaban Situs Liyangan
08 December 2021 14:57 WIB, 2021
BPCB Jateng janji pugar batur halaman satu dan dua Situs Liyangan Temanggung
20 November 2021 12:07 WIB, 2021
Studi sungai Liyangan Temanggung temukan struktur batu bermotif padma
15 November 2021 8:18 WIB, 2021
Menparekraf tertarik bangun pola perjalanan wisata Borobudur-Liyangan
07 October 2021 5:07 WIB, 2021