Batang (Antaranews Jateng) - Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu Universitas Gadjah Mada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, pada 2020 menargetkan mampu memproduksi 400 ton biji kakao per bulan.
     
General Manajer PPKIPKT UGM Nur Muhib Razak di Batang, Minggu, mengatakan bahwa saat ini, pihaknya hanya mampu memproduksi 300 ton hingga 350 ton biji kakao sebagai bahan baku cokelat.
     
"Oleh karena, untuk meningkatkan target produksi biji kakao, kami perlu bantuan dari petani kakao untuk memenuhi stok biji kakao. Kami juga ada upaya mendatangkan stok biji kakao dari Sulawesi apabila di daerah ini belum mencukupi," katanya.
   
 Ia mengatakan tujuan pembangunan PPKIPKT UGM ini antara lain 50 persen berorientasi komersial, 25 persen untuk uji kompetensi industri, dan 25 persen agrowisata. 
     
"Hal yang penting lagi adalah membangun wirausaha masyarakat berskala usaha kecil menengah (UKM)/ industri kecil menengah (IKM) melalui pemberdayaan (pelatihan) dalam pengembangan produk makanan dan minuman berbasis cokelat," katanya.
   
 Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM Hargo Utomo berharap PPKIPKT dapat menjadi rujukan industri kakao nasional.
     
Melalui misi integrasi hulu-hilir tersebut, kata dia, fasilitas ini menerapkan prinsip-prinsip pengalohan kako yang berkualitas dengan melibatkan petani dalam mengolah biji akao sesuai standar nasional Indonesia (SNI) dan proses pengolahan dengan produk "liquor, cake, butter, dan powder sesuai tuntutan kualitas pasar.
   
 "UGM melalui salah satu unit kegiatan usaha di bidang perkebunan yaitu PT Pagilaran selanjutnya akan menjalankan fasilitas ini sebagai industri profesional, "teaching industry', dan pengabdian masyarakat," katanya.
     
Ia mengatakan berdasar pengalaman PT Pagilaran dalam membina petani plasma selama 2-3 dasawarsa terakhir ini maka fasilitas ini dapat mendukung pendapatan petani kakao melalui peningkatan produktivitas tanama kakao baik volume, mutu, dan sisa hasil usaha BUMR.
     
"Perbaikan volume dicapai dengan pembinaan intensisifikasi, mutu biji kakao dengan fermentasi, dan sisa hasil usaha (SHU) hasil kerja sama di BUMR," katanya.