SMF bantu pengembangan Homestay Desa Wisata Selo
Senin, 11 Februari 2019 17:14 WIB
Direktur SMF Trisnadi Yulrisman dan Ketua Badan Usaha Umum Desa (BUMdes) Samiran Widodo melakukan penandatangana kerja sama disaksikan Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo, Direktur SMF lainnya Heliantopo, dan sejumlah pejabat Kementerian Pariwisata, di Desa Samiran Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Senin. (Foto:Bambang Dwi Marwoto)
Boyolali (Antaranews Jateng) - PT Sarana Multiguna Finasial (SMF) Persero merupakan BUMN di bawah Kementerian Keuangan membantu pembiayaan pengembangan homestay di kawasan Desa Wisata Samiran Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, senilai Rp700 juta.
Pada program pembiayaan pengembangan homestay tersebut ditandai dengan penandatanganan kerja sama kedua belah pihak PT SMF diwakili oleh Direktur SMF Trisnadi Yulrisman dan Ketua Badan Usaha Umum Desa (BUMdes) Samiran Widodo, dan disaksikan oleh Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo, Direktur SMF lainnya, Heliantopo, dan sejumlah pejabat Kementerian Pariwisata, di Desa Samiran Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Senin.
Menurut Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo program pembiayaan homestay merupakan salah satu inisiatif yang dilakukan SMF pada 2019. SMF sebagai BUMN di bawah Kemenkeu, mendapat penugasan khusus dari Kemenkeu bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata untuk berperan dalam pembiayaan pengembangan destinasi wisata khususnya pembiayaan pengembangan homestay.
"Kami berperan dalam pemberian fasilitas pendanaan dan memberikan pendampingan kepada penyalur kredit serta menyediakan sistem pendukung penyaluran kredit," kata Ananta Wiyogo.
Menurut Ananta pembiayaan homestay bagian dari komitmen SMF membantu program pemerintah mengembangkan desinasi wisata nasional. SMF berharap masyarakat dapat memanfaatkan pembiayaan homestay untuk membangun atau memperbaiki kamar rumah yang akan disewakan kepada wisatawan, sehingga dapat mendatangkan penghasilan bagi pemilik dan menciptakan lapangan kerja.
Ananta mengatakan Kawasan wisata Selo Boyolali potensinya sangat besar yakni menawarkan pesona kearifan lokal dan bentang alam Gunung Merapi-Merbabu terus dikembangkan, salah satunya melalui pengembangan homestay atau penginapan.
"Pada program ini, SMF melalui BUMdesa Samiran bekerja sama untuk pengembangan sebanyak 50 penginapan dengan nilai Rp700 juta tanpa agunan," katanya.
Menurut dia, pembiayaan tersebut ditujukan agar kualitas penginapan di Desa Samiran Selo meningkat, sehingga jumlah kunjungan wisatawan juga meningkat. Mekanismenya, pembiayaan melalui BUMDes penyalurkan biaya ke pemilik penginapan sesuai kebutuhan, terutama untuk renovasi. Pembiayaan ini, tanpa agunan, sebab kerja sama dititik beratkan pada kemiteraan.
Selain di Selo, pihaknya juga mengembangkan kerja sama serupa di Desa Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Yogyakarta, dengan nilai Rp1,6 miliar. Kedua desa ini, menjadi percontohan dan dipilih karena mempunyai kelebihan masing-masing. Keduanya juga berada di salah satu di antaranya, 10 destinasi wisata prioritas di Indonesia.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Samiran Dayang Nevia Afriyansari, potensi wisata di kawasan Selo sangat luas, dimana rata-rata setiap tahun tercatat ada sekitar 5.000 okupansi homestay, baik wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Jumlah itu, jika ada event besar di kawasan ini, tidak mampu menampung pengunjung yang akan menginap.
Menurut Dayang penginapan di Selo lebih ditujukan untuk keluarga atau rombongan. Namun, pengembangan penginapan ke depan sangat menjanjikan untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini, karena kawasan ini, terus dikembangkan oleh pemerintah baik dari daerah maupun pusat.
Menurut Kepala Bidang Investasi Destinasi Prioritas Kementerian Pariwisata, Nurwan Hadiyono, untuk pengembangan kawasan wisata Selo, pihaknya berupaya mengenalkan destinasi tersebut ke lur negeri.
"Kami siap membuat paket-paket wisata ke Selo Borobudur penyangga wisata di Solo-Yogyakarta. Wisatawan Borobudur dapat diarahkan untuk mampir ke Selo," kata Nurwan.
Pada program pembiayaan pengembangan homestay tersebut ditandai dengan penandatanganan kerja sama kedua belah pihak PT SMF diwakili oleh Direktur SMF Trisnadi Yulrisman dan Ketua Badan Usaha Umum Desa (BUMdes) Samiran Widodo, dan disaksikan oleh Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo, Direktur SMF lainnya, Heliantopo, dan sejumlah pejabat Kementerian Pariwisata, di Desa Samiran Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Senin.
Menurut Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo program pembiayaan homestay merupakan salah satu inisiatif yang dilakukan SMF pada 2019. SMF sebagai BUMN di bawah Kemenkeu, mendapat penugasan khusus dari Kemenkeu bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata untuk berperan dalam pembiayaan pengembangan destinasi wisata khususnya pembiayaan pengembangan homestay.
"Kami berperan dalam pemberian fasilitas pendanaan dan memberikan pendampingan kepada penyalur kredit serta menyediakan sistem pendukung penyaluran kredit," kata Ananta Wiyogo.
Menurut Ananta pembiayaan homestay bagian dari komitmen SMF membantu program pemerintah mengembangkan desinasi wisata nasional. SMF berharap masyarakat dapat memanfaatkan pembiayaan homestay untuk membangun atau memperbaiki kamar rumah yang akan disewakan kepada wisatawan, sehingga dapat mendatangkan penghasilan bagi pemilik dan menciptakan lapangan kerja.
Ananta mengatakan Kawasan wisata Selo Boyolali potensinya sangat besar yakni menawarkan pesona kearifan lokal dan bentang alam Gunung Merapi-Merbabu terus dikembangkan, salah satunya melalui pengembangan homestay atau penginapan.
"Pada program ini, SMF melalui BUMdesa Samiran bekerja sama untuk pengembangan sebanyak 50 penginapan dengan nilai Rp700 juta tanpa agunan," katanya.
Menurut dia, pembiayaan tersebut ditujukan agar kualitas penginapan di Desa Samiran Selo meningkat, sehingga jumlah kunjungan wisatawan juga meningkat. Mekanismenya, pembiayaan melalui BUMDes penyalurkan biaya ke pemilik penginapan sesuai kebutuhan, terutama untuk renovasi. Pembiayaan ini, tanpa agunan, sebab kerja sama dititik beratkan pada kemiteraan.
Selain di Selo, pihaknya juga mengembangkan kerja sama serupa di Desa Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Yogyakarta, dengan nilai Rp1,6 miliar. Kedua desa ini, menjadi percontohan dan dipilih karena mempunyai kelebihan masing-masing. Keduanya juga berada di salah satu di antaranya, 10 destinasi wisata prioritas di Indonesia.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Samiran Dayang Nevia Afriyansari, potensi wisata di kawasan Selo sangat luas, dimana rata-rata setiap tahun tercatat ada sekitar 5.000 okupansi homestay, baik wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Jumlah itu, jika ada event besar di kawasan ini, tidak mampu menampung pengunjung yang akan menginap.
Menurut Dayang penginapan di Selo lebih ditujukan untuk keluarga atau rombongan. Namun, pengembangan penginapan ke depan sangat menjanjikan untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini, karena kawasan ini, terus dikembangkan oleh pemerintah baik dari daerah maupun pusat.
Menurut Kepala Bidang Investasi Destinasi Prioritas Kementerian Pariwisata, Nurwan Hadiyono, untuk pengembangan kawasan wisata Selo, pihaknya berupaya mengenalkan destinasi tersebut ke lur negeri.
"Kami siap membuat paket-paket wisata ke Selo Borobudur penyangga wisata di Solo-Yogyakarta. Wisatawan Borobudur dapat diarahkan untuk mampir ke Selo," kata Nurwan.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Program TJSL Hari Listrik, PLN Icon Plus SBU Regional JBT bantu internet gratis
04 November 2024 13:39 WIB