Ratusan Umat Hindu Boyolali gelar "Mendak Tirta"
Sabtu, 2 Maret 2019 18:25 WIB
Umat HIndu saat menggelar doa bersama dalam upacara "Mendak Tirta" atau pengambian air suci dalam rangka menyongsong Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941, di Umbul Siti Inggil dan Guyangan Dukuh Karangduwet, Desa Bendang, Kecamatan Banyudono, Sabtu. (Foto:Bambang Dwi Marwoto)
Boyolali (ANTARA) - Ratusan umat Hindu di Kabupaten Boyolali mengikuti upacara ritual "Mendak Tirta" dalam rangka menyongsong Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941, yang digelar di Umbul Siti Inggil dan Guyangan Dukuh Karangduwet, Desa Bendang, Kecamatan Banyudono, Sabtu.
Sebelum ritual pengambil air suci tersebut, umat Hindu melaksanakan prosesi acara kirab dari Pura Buana Suci Saraswati menuju lokasi mata air di Karaduwet Banyudono yang berjarak sekitar 1 kilometer.
Umat Hindu melaksanakan prosesi kirab menuju mata air berjalan kaki dengan membawa dua gunungan yang berisi hasil bumi, KIrab diawali dengan barisan pasukan prajurit keraton.
Dua gunungan yang terbuat dari makanan tradisional diberi nama Gunungan Lanang dan Wadon, setibanya di Umbul Siti Inggil dan Guyangan Dukuh Karangduwet, mereka segera menggelar doa bersama sebelum melakukan mendak tirta atau mengambil air suci.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Boyolali Pinandito Sutanto mengatakan kegiatan mendak tirta dalam rangka menyongsong Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941.
Ia mengatakan karena di wilayah Boyolali tidak ada lautan, maka kegiatan mendak tirta dilaksanakan di sumber mata air Umbul Siri Inggil dan Guyangan Karangduwet yang dianggap sakral, dimana fibrasi dana getaran speritual sangat kuat sekali.
"Kami berharap dengan mengambil sumber mata air di umbul Karangduwet ini, memberikan kecerahan, kedamaian, kebahagiaan dan keselamatan seluruh manusia di muka bumi," kata Sutanto.
Dia mengatakan kegiatan tersebut didukung sepenuhnya oleh masyarakat di lingkungannya, di mana telah berkenan membantu dalam pelaksanaan upacara, sehingga berjalan dengan lancar.
"Kami menilai hal ini, bentuk toleransi yang sangat kuat, siapa tahu acara ini dilestarikan dan lokasi ini menjadi bumi toleransi di daerah ini," katanya.
Menurut dia kegiatan tersebut sebuah acara ritual terkait upacara pengambilan air suci, dimana air akan digunakan sebagai sarana untuk melaksanakan upacara tawur agung secara nasional yang dipusatkan di Candi Prambanan Yogyakarta.
Kendati demikian, umat Hindu di daerah juga terdapat tempat suci atau Pura Hindu untuk melaksanakan seperti yang digelar di Prambanan itu.
"Kami di setiap daerah sudah ada Ppra atau tempat suci bagi uat Hindu. Kami juga masuk dalam dunia penyepian atau meditasi dan yuga. Pada saat dalam nyepi itu segala kotoran dan dosa diharapkan mampu dihabus dengan air suci ini," katanya.
Kendati demikian, pihaknya berharap pelaksanaan brata Hari Nyepi berjalan dengan lancar dan membawa hikmah yang baik tidak hanya lingkup bagi umah Hindu saja, tetapi juga bagi masyarakat seluruh bangsa dan negara.
"Kami berharap seluruh masyarakat Indonesia penuh kedamaian, kebahagiaan, dan dijauhkan dari pertikaian, sehingga dengan hikmah Hari Nyepi ini, kami bisa mawas diri melangkah penuh kedamaian," katanya. ***3***
`
Sebelum ritual pengambil air suci tersebut, umat Hindu melaksanakan prosesi acara kirab dari Pura Buana Suci Saraswati menuju lokasi mata air di Karaduwet Banyudono yang berjarak sekitar 1 kilometer.
Umat Hindu melaksanakan prosesi kirab menuju mata air berjalan kaki dengan membawa dua gunungan yang berisi hasil bumi, KIrab diawali dengan barisan pasukan prajurit keraton.
Dua gunungan yang terbuat dari makanan tradisional diberi nama Gunungan Lanang dan Wadon, setibanya di Umbul Siti Inggil dan Guyangan Dukuh Karangduwet, mereka segera menggelar doa bersama sebelum melakukan mendak tirta atau mengambil air suci.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Boyolali Pinandito Sutanto mengatakan kegiatan mendak tirta dalam rangka menyongsong Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941.
Ia mengatakan karena di wilayah Boyolali tidak ada lautan, maka kegiatan mendak tirta dilaksanakan di sumber mata air Umbul Siri Inggil dan Guyangan Karangduwet yang dianggap sakral, dimana fibrasi dana getaran speritual sangat kuat sekali.
"Kami berharap dengan mengambil sumber mata air di umbul Karangduwet ini, memberikan kecerahan, kedamaian, kebahagiaan dan keselamatan seluruh manusia di muka bumi," kata Sutanto.
Dia mengatakan kegiatan tersebut didukung sepenuhnya oleh masyarakat di lingkungannya, di mana telah berkenan membantu dalam pelaksanaan upacara, sehingga berjalan dengan lancar.
"Kami menilai hal ini, bentuk toleransi yang sangat kuat, siapa tahu acara ini dilestarikan dan lokasi ini menjadi bumi toleransi di daerah ini," katanya.
Menurut dia kegiatan tersebut sebuah acara ritual terkait upacara pengambilan air suci, dimana air akan digunakan sebagai sarana untuk melaksanakan upacara tawur agung secara nasional yang dipusatkan di Candi Prambanan Yogyakarta.
Kendati demikian, umat Hindu di daerah juga terdapat tempat suci atau Pura Hindu untuk melaksanakan seperti yang digelar di Prambanan itu.
"Kami di setiap daerah sudah ada Ppra atau tempat suci bagi uat Hindu. Kami juga masuk dalam dunia penyepian atau meditasi dan yuga. Pada saat dalam nyepi itu segala kotoran dan dosa diharapkan mampu dihabus dengan air suci ini," katanya.
Kendati demikian, pihaknya berharap pelaksanaan brata Hari Nyepi berjalan dengan lancar dan membawa hikmah yang baik tidak hanya lingkup bagi umah Hindu saja, tetapi juga bagi masyarakat seluruh bangsa dan negara.
"Kami berharap seluruh masyarakat Indonesia penuh kedamaian, kebahagiaan, dan dijauhkan dari pertikaian, sehingga dengan hikmah Hari Nyepi ini, kami bisa mawas diri melangkah penuh kedamaian," katanya. ***3***
`
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Heru Suyitno
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Hari Raya Galungan dan Kuningan, Menag sapa umat Hindu Indonesia di Jepang
30 September 2024 13:12 WIB
Candi Prambanan dan Borobudur resmi jadi tempat ibadah seluruh dunia
11 February 2022 14:53 WIB, 2022
Istri pekerja Pertamina Cilacap salurkan paket sembako untuk umat Hindu
05 October 2021 14:38 WIB, 2021