Gubernur BI: Rupiah masuk terbaik di Asia
Jumat, 3 Januari 2020 17:34 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (3/1/2020). ANTARA/AstridFaidlatulHabibah
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menguat pada penutupan 2019 sebesar Rp13.880 per dolar AS menjadi salah satu yang terbaik di Asia.
“Itu merupakan nilai tukar yang terbaik kalau di Asia tentu saja di bawah Thailand tapi hampir sama dengan Filipina,” katanya di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Jumat.
Perry mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah yang menguat tersebut mendapat apresiasi sebesar 2,68 persen sehingga mengindikasikan adanya stabilitas eksternal.
Baca juga: Rupiah menguat jelang akhir 2019, di bawah Rp14.000
“Stabilitas eksternal terlihat dalam pergerakan nilai tukar rupiah kita sepanjang 2019. Itu mengalami apresiasi cukup besar,” ujarnya.
Di sisi lain, hari ini BI menargetkan kurs tengah rupiah di angka Rp13.899 per dolar AS yang artinya rupiah melemah tipis empat poin atau 0,02 persen dari posisi Rp13.895 di hari sebelumnya.
Sementara untuk kurs jual rupiah hari ini ditetapkan di angka Rp13.968 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di posisi Rp13.829 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah kembali perkasa, tembus di bawah Rp14.000 per dolar
Perry melanjutkan, stabilitas eksternal Indonesia juga bisa dilihat dari banyaknya aliran modal asing yang masuk sepanjang 2019 yaitu sebesar Rp224,2 triliun.
Ia merinci aliran modal asing itu terdiri dari obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) Rp168,6 triliun, pasar saham Rp50 triliun, obligasi koorporasi Rp3 triliun, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Rp2,6 triliun.
Tak hanya itu, ia menyebutkan indikator Credit Default Swap (CDS) yang berada di angka 60,6 bps juga merupakan level terendah dalam lima tahun terakhir.
Selanjutnya, laju inflasi Indonesia pada 2019 yang menyentuh angka 2,72 persen (year on year/yoy) merupakan paling rendah sepanjang 20 tahun terakhir sebab ketika 1999 inflasi berada di sekitar 1,9 persen.
“Ini adalah terendah selama 20 tahun terakhir bahkan lebih rendah dari perkiraan BI. Inflasi pada 1999 setelah krisis Asia, krisis Indonesia yang waktu itu kurang lebih 1,9 persen,” katanya.
Sementara itu, untuk cadangan devisa pihaknya memperkirakan akan lebih tinggi dari data sementara saat ini yaitu 127 miliar dolar AS sehingga mengindikasikan NPI kuartal IV 2019 akan mengalami surplus.
“Insya Allah minggu depan akan kita umumkan tapi data sementara cadev kita akan lebih tinggi dari 127 miliar dolar AS,” ujarnya.
“Itu merupakan nilai tukar yang terbaik kalau di Asia tentu saja di bawah Thailand tapi hampir sama dengan Filipina,” katanya di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Jumat.
Perry mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah yang menguat tersebut mendapat apresiasi sebesar 2,68 persen sehingga mengindikasikan adanya stabilitas eksternal.
Baca juga: Rupiah menguat jelang akhir 2019, di bawah Rp14.000
“Stabilitas eksternal terlihat dalam pergerakan nilai tukar rupiah kita sepanjang 2019. Itu mengalami apresiasi cukup besar,” ujarnya.
Di sisi lain, hari ini BI menargetkan kurs tengah rupiah di angka Rp13.899 per dolar AS yang artinya rupiah melemah tipis empat poin atau 0,02 persen dari posisi Rp13.895 di hari sebelumnya.
Sementara untuk kurs jual rupiah hari ini ditetapkan di angka Rp13.968 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di posisi Rp13.829 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah kembali perkasa, tembus di bawah Rp14.000 per dolar
Perry melanjutkan, stabilitas eksternal Indonesia juga bisa dilihat dari banyaknya aliran modal asing yang masuk sepanjang 2019 yaitu sebesar Rp224,2 triliun.
Ia merinci aliran modal asing itu terdiri dari obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) Rp168,6 triliun, pasar saham Rp50 triliun, obligasi koorporasi Rp3 triliun, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Rp2,6 triliun.
Tak hanya itu, ia menyebutkan indikator Credit Default Swap (CDS) yang berada di angka 60,6 bps juga merupakan level terendah dalam lima tahun terakhir.
Selanjutnya, laju inflasi Indonesia pada 2019 yang menyentuh angka 2,72 persen (year on year/yoy) merupakan paling rendah sepanjang 20 tahun terakhir sebab ketika 1999 inflasi berada di sekitar 1,9 persen.
“Ini adalah terendah selama 20 tahun terakhir bahkan lebih rendah dari perkiraan BI. Inflasi pada 1999 setelah krisis Asia, krisis Indonesia yang waktu itu kurang lebih 1,9 persen,” katanya.
Sementara itu, untuk cadangan devisa pihaknya memperkirakan akan lebih tinggi dari data sementara saat ini yaitu 127 miliar dolar AS sehingga mengindikasikan NPI kuartal IV 2019 akan mengalami surplus.
“Insya Allah minggu depan akan kita umumkan tapi data sementara cadev kita akan lebih tinggi dari 127 miliar dolar AS,” ujarnya.
Pewarta : Astrid Faidlatul Habibah
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Habibie Democracy Forum 2024, wadah strategis bahas masa depan demokrasi Indonesia
13 November 2024 15:34 WIB
Daftar nama pemain timnas hadapi Jepang dan Arab Saudi, Sayuri bersaudara kembali dipanggil
13 November 2024 12:18 WIB
Khong Guan Grup luncurkan "Sejuta Bola Superco Untuk Indonesia" tahun ketiga
11 November 2024 13:29 WIB