Logo Header Antaranews Jateng

Unsoed-Blue Seed Indonesia ungkap potensi besar pengembangan tambak udang berkelanjutan di Berau

Minggu, 16 Februari 2025 13:29 WIB
Image Print
Foto dari udara kondisi tambak udang di Desa Suaran, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. ANTARA/HO-Unsoed
Temuan ini akan menjadi dasar rekomendasi kebijakan yang lebih tepat sasaran untuk pengembangan tambak udang...

Purwokerto (ANTARA) - Sebuah studi komprehensif yang dilakukan oleh Dr Muhammad Yamin, M.Si dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto bersama Tim Blue Seed Indonesia telah mengungkap potensi besar pengembangan tambak udang berkelanjutan di Desa Suaran, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Penelitian yang berlangsung pada tanggal 12-18 Januari 2025 itu tidak hanya mengkaji aspek teknis, juga menyoroti dinamika sosial yang menjadi fondasi penting bagi keberlanjutan usaha tambak udang di wilayah tersebut.

"Kami menemukan bahwa kekuatan modal sosial masyarakat Desa Suaran menjadi faktor kunci dalam pengembangan tambak udang berkelanjutan. Data menunjukkan tingkat keterhubungan sosial yang sangat baik, dengan skor rata-rata di atas 3,7 dari skala 4,0 untuk aspek keterhubungan sosial dan dukungan jaringan," kata Muhammad Yamin.

Menurut dia, penelitian menggunakan metodologi yang komprehensif itu mengukur lima dimensi utama daya dukung sosial, yakni akses terhadap layanan dan infrastruktur sosial, kesadaran dan respons terhadap isu lingkungan, keterhubungan sosial dan dukungan jaringan, keterlibatan dan partisipasi komunitas, serta livelihood assets (aset penghidupan).

Temuan penting penelitian tersebut mengungkap mozaik sosial yang unik di Desa Suaran, di mana 44 persen penduduk adalah Suku Bugis yang mayoritas menekuni usaha tambak, diikuti 14 persen Suku Manggarai, dan 11 persen Suku Dayak Basap. Keragaman etnis itu justru menjadi kekuatan dalam membangun ketahanan sosial masyarakat.

"Yang menarik, kami menemukan sistem kekerabatan yang sangat kuat dalam pengelolaan tambak. Model bisnis berbasis keluarga ini telah membuktikan efektivitasnya dalam transfer pengetahuan antar generasi dan menjaga keberlanjutan usaha tambak," katanya menjelaskan.

Ia mengatakan studi tersebut juga mengidentifikasi beberapa tantangan strategis yang perlu diatasi berupa perlunya penguatan akses terhadap layanan tertentu yang masih menunjukkan skor relatif rendah (2,65 dari 4,0).

Baca juga: Peran BIN dalam mengatasi ancaman mengatasi ancaman bioterorisme

Selain itu, pentingnya menciptakan ruang yang lebih luas bagi generasi muda untuk berkontribusi dalam pengembangan tambak, kebutuhan untuk menyeimbangkan dinamika sosial politik dalam pengelolaan sumber daya.

"Temuan ini akan menjadi dasar rekomendasi kebijakan yang lebih tepat sasaran untuk pengembangan tambak udang yang tidak hanya berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan, tetapi juga berkeadilan sosial," kata Muhammad Yamin.

Terkait dengan hal itu, perwakilan Blue Seed Indonesia menyambut baik hasil penelitian tersebut karena melihat potensi besar untuk mengembangkan model tambak udang berkelanjutan yang berbasis kearifan lokal di Desa Suaran. 

Kekuatan modal sosial yang terungkap dalam penelitian tersebut akan menjadi fondasi penting bagi program-program pengembangan ke depan.

Blue Seed Indonesia merupakan lembaga yang berfokus pada pengembangan akuakultur berkelanjutan di Indonesia melalui penelitian, pendampingan, dan inovasi teknologi. 

Lembaga ini berkomitmen untuk memajukan sektor perikanan budi daya yang ramah lingkungan dan memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat.

Baca juga: Juru bicara: Efisiensi anggaran belum berimplikasi terhadap UKT Unsoed
Baca juga: Pakar sebut lompatan luar biasa Indeks Persepsi Korupsi Indonesia
Baca juga: Pakar hukum Unsoed : Penegak hukum jaga wibawa pengadilan



Pewarta :
Editor: Sumarwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2025