Koronavirus ketika menyentuh pertahanan
Senin, 27 Januari 2020 10:06 WIB
Obat Antiretroviral Fixed Dose Combination jenis Tenofovir, Lamivudin, Efavirens (ARV FDC TLE) untuk terapi pengobatan orang dengan HIV AIDS (ODHA). Tiongkok uji coba obat HIV untuk penyembuhan koronavirus baru. ANTARA/Anita Permata Dewi
Semarang (ANTARA) - Koronavirus, istilah ini belum ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI). Namun, jika kita cari di mesin pencari Google, maknanya adalah virus dari familia Coronaviridae yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia, termasuk manusia.
Publik pun disuguhi aneka nama virus ini karena masing-masing media menulisnya berbeda: virus corona, virus korona, dan ada pula yang menulis koronavirus (versi wikipedia.org).
Tidak hanya istilah yang penulisannya berbeda, warganet atau pembaca surat kabar/majalah juga menerima beragam informasi dari sudut pandang yang berbeda pula. Bahkan, ada yang mengaitkan virus mematikan ini dengan senjata biologis yang bocor di Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Baca juga: Obat HIV diujicobakan untuk pengidap virus corona baru
Ditambah lagi, prediksi ilmuwan di Johns Hopkins Center for Health Eric Toner. Jika Koronavirus ini mencapai skala pandemi, dalam tempo 18 bulan sekitar 65 juta orang meninggal gegara virus ini.
Pernyataan Eric Toner yang dikutip dari Daily Star, Sabtu (25-1-2020), ini membuat politikus PDIP Dr. Dewi Aryani, M.Si. meminta pemerintah jangan lambat mengatasi Koronavirus.
Lepas benar atau tidak prediksi Eric Toner, sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman tidak hanya fokus pada alat utama sistem persenjataan (alutsista), tetapi perlu pula menyiapkan antivirus guna menangkal pelbagai virus, termasuk Koronavirus yang kini lagi menjadi perbincangan di tengah masyarakat.
Penangkalan terhadap segala serangan perlu secara kontinu, atau tidak semata tengah menjadi wacana publik, tetapi perlu antisipasi secara menyeluruh dan berkelanjutan dengan melibatkan pemangku kepentingan di bidang pertahanan, kesehatan, dan teknologi informasi.
Pelibatan rakyat dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari segala bentuk ancaman juga merupakan suatu keniscayaan.
Kendati demikian, tidak perlu berlebihan dalam merespons munculnya wabah ini, apalagi sampai menimbulkan kepanikan dan ketakutan masyarakat serta mengeruhkan hubungan antara Indonesia dan RRT.
Baca juga: Korban tewas akibat virus corona jadi 52 orang
Baca juga: Dokter China di garis depan penanggulangan wabah virus corona meninggal
Publik pun disuguhi aneka nama virus ini karena masing-masing media menulisnya berbeda: virus corona, virus korona, dan ada pula yang menulis koronavirus (versi wikipedia.org).
Tidak hanya istilah yang penulisannya berbeda, warganet atau pembaca surat kabar/majalah juga menerima beragam informasi dari sudut pandang yang berbeda pula. Bahkan, ada yang mengaitkan virus mematikan ini dengan senjata biologis yang bocor di Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Baca juga: Obat HIV diujicobakan untuk pengidap virus corona baru
Ditambah lagi, prediksi ilmuwan di Johns Hopkins Center for Health Eric Toner. Jika Koronavirus ini mencapai skala pandemi, dalam tempo 18 bulan sekitar 65 juta orang meninggal gegara virus ini.
Pernyataan Eric Toner yang dikutip dari Daily Star, Sabtu (25-1-2020), ini membuat politikus PDIP Dr. Dewi Aryani, M.Si. meminta pemerintah jangan lambat mengatasi Koronavirus.
Lepas benar atau tidak prediksi Eric Toner, sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman tidak hanya fokus pada alat utama sistem persenjataan (alutsista), tetapi perlu pula menyiapkan antivirus guna menangkal pelbagai virus, termasuk Koronavirus yang kini lagi menjadi perbincangan di tengah masyarakat.
Penangkalan terhadap segala serangan perlu secara kontinu, atau tidak semata tengah menjadi wacana publik, tetapi perlu antisipasi secara menyeluruh dan berkelanjutan dengan melibatkan pemangku kepentingan di bidang pertahanan, kesehatan, dan teknologi informasi.
Pelibatan rakyat dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari segala bentuk ancaman juga merupakan suatu keniscayaan.
Kendati demikian, tidak perlu berlebihan dalam merespons munculnya wabah ini, apalagi sampai menimbulkan kepanikan dan ketakutan masyarakat serta mengeruhkan hubungan antara Indonesia dan RRT.
Baca juga: Korban tewas akibat virus corona jadi 52 orang
Baca juga: Dokter China di garis depan penanggulangan wabah virus corona meninggal
Pewarta : D.Dj. Kliwantoro
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
SOS hadirkan #BaktiSOSial dengan distribusikan 80ribu produk untuk bersih-bersih panti asuhan
22 March 2024 19:06 WIB
Direksi ANTARA tularkan "virus" bekerja di BUMN kepada mahasiswa Unsoed
23 August 2023 6:00 WIB, 2023
Dinas Pertanian dan Pangan Kudus bantu pengobatan sapi positif virus LSD
08 March 2023 22:39 WIB, 2023
Pemkab Batang sebut penyakit kulit berbenjol pada ternak sudah mewabah
01 February 2023 16:27 WIB, 2023
Upaya mencegah virus intoleransi di kawasan pariwisata super prioritas
06 November 2022 21:55 WIB, 2022