Ganjar: Cari guru yang benar agar tak tersesat ke dalam radikalisme
Rabu, 12 Februari 2020 17:13 WIB
Sosialisasi terkait penguatan nilai-nilai kebangsaan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Pemkot Surakarta di SMKN 8 Surakarta. ANTARA/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta kepada generasi muda untuk mencari guru yang benar agar tidak sesat termasuk tersesat dalam paham radikalisme.
"Sumber radikalisasi datangnya dari mana, bagaimana cara masuknya. Untuk mengantisipasinya anak-anak perlu dilapisi dengan kekuatan," katanya pada kegiatan Penguatan Nilai-Nilai Kebangsaan di SMKN 8 Surakarta, Rabu.
Ia mengatakan penguatan ini di antaranya memberikan bekal ilmu pengetahuan dan ilmu agama yang cukup sehingga generasi muda khususnya siswa bisa menyaring ajaran apa saja yang sampai ke mereka.
Baca juga: Cegah radikalisme, 20 sekolah di Solo Raya dijadikan percontohan sekolah toleran
"Yang pasti penguatan nilai-nilai kebangsaan ini bisa memberikan pencerahan yang lebih mudah dipahami oleh anak-anak," katanya.
Eks napiter
Pada kesempatan tersebut, Ganjar juga berkesempatan melakukan dialog dengan eksnapiter atau mantan narapidana terorisme Joko Tri Harmanto alias Jack Harun di depan ratusan siswa sekolah tersebut.
"Menyesal atau tidak melakukan kejahatan itu (aksi terorisme)?," tanya Ganjar.
Baca juga: Analis: Pemahaman parsial picu sikap keras dan intoleran
Joko sendiri mengaku menyesal telah menciderai bahkan membunuh banyak orang akibat aksinya tersebut. Bahkan, dikatakannya, penyesalan terbesar adalah ketika melihat orang tuanya menangis saat dia akhirnya ditangkap polisi untuk mempertanggungjawabkan aksinya tersebut.
"Penyesalan yang amat sangat karena melihat orang tua menangis saat saya ditangkap. Yang pasti adalah kebaikan tidak harus mencederai orang lain, kebaikan harus membahagiakan orang lain. Tidak harus membunuh orang lain," katanya.
Pada kesempatan tersebut, salah satu pelaku Bom Bali I ini juga berpesan kepada para siswa untuk lebih bijak dalam memanfaatkan media informasi.
"Sebagai anak muda, waktu itu saya hanya melihat sebuah media. Lihat di internet ada pembantaian di Poso dan di belahan Bumi lain. Itu saya ikuti. Oleh karena itu, pesan saya kepada para anak muda adalah gunakan media secara bijak dari carilah guru yang tepat agar bisa mengarahkan ke jalan yang benar," katanya.
Baca juga: Pemkab Batang antisipasi keterlibatan ASN anti-Pancasila
"Sumber radikalisasi datangnya dari mana, bagaimana cara masuknya. Untuk mengantisipasinya anak-anak perlu dilapisi dengan kekuatan," katanya pada kegiatan Penguatan Nilai-Nilai Kebangsaan di SMKN 8 Surakarta, Rabu.
Ia mengatakan penguatan ini di antaranya memberikan bekal ilmu pengetahuan dan ilmu agama yang cukup sehingga generasi muda khususnya siswa bisa menyaring ajaran apa saja yang sampai ke mereka.
Baca juga: Cegah radikalisme, 20 sekolah di Solo Raya dijadikan percontohan sekolah toleran
"Yang pasti penguatan nilai-nilai kebangsaan ini bisa memberikan pencerahan yang lebih mudah dipahami oleh anak-anak," katanya.
Eks napiter
Pada kesempatan tersebut, Ganjar juga berkesempatan melakukan dialog dengan eksnapiter atau mantan narapidana terorisme Joko Tri Harmanto alias Jack Harun di depan ratusan siswa sekolah tersebut.
"Menyesal atau tidak melakukan kejahatan itu (aksi terorisme)?," tanya Ganjar.
Baca juga: Analis: Pemahaman parsial picu sikap keras dan intoleran
Joko sendiri mengaku menyesal telah menciderai bahkan membunuh banyak orang akibat aksinya tersebut. Bahkan, dikatakannya, penyesalan terbesar adalah ketika melihat orang tuanya menangis saat dia akhirnya ditangkap polisi untuk mempertanggungjawabkan aksinya tersebut.
"Penyesalan yang amat sangat karena melihat orang tua menangis saat saya ditangkap. Yang pasti adalah kebaikan tidak harus mencederai orang lain, kebaikan harus membahagiakan orang lain. Tidak harus membunuh orang lain," katanya.
Pada kesempatan tersebut, salah satu pelaku Bom Bali I ini juga berpesan kepada para siswa untuk lebih bijak dalam memanfaatkan media informasi.
"Sebagai anak muda, waktu itu saya hanya melihat sebuah media. Lihat di internet ada pembantaian di Poso dan di belahan Bumi lain. Itu saya ikuti. Oleh karena itu, pesan saya kepada para anak muda adalah gunakan media secara bijak dari carilah guru yang tepat agar bisa mengarahkan ke jalan yang benar," katanya.
Baca juga: Pemkab Batang antisipasi keterlibatan ASN anti-Pancasila
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Habibie Democracy Forum 2024, wadah strategis bahas masa depan demokrasi Indonesia
13 November 2024 15:34 WIB
SMOM Kilang Cilacap ajak Perwira Pertamina tak lelah teladani-warisi nilai pahlawan
10 November 2024 13:55 WIB