Optimisme publik melihat pertumbuhan ekonomi merosot
Minggu, 12 Juli 2020 18:08 WIB
Dokumentasi - Infografis pertumbuhan ekonomi diginal di Indonesia. ANTARA/Tim Infografik/aa.
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Alvara Research Center Hasanuddin Ali mengatakan optimisme masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi satu tahun ke depan menurun.
Ali mengatakan dalam diskusi daring di Jakarta, Minggu (12/7), optimisme masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi saat ini memang di angka 63,5 persen tapi persentase tersebut lebih rendah dibandingkan hasil survei optimisme masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi sebelumnya pada Oktober 2019 yang mencapai 71,0 persen.
"Angka ini sebenarnya tidak membuat kami senang, karena sebelumnya survei kami atau survei-survei teman-teman lembaga survei lain tentang tingkat optimisme publik Indonesia terhadap ekonomi Indonesia itu selalu di atas 70 persen. Bahkan pernah mencapai 80 persen begitu. Ini menurut kami perlu dijaga agar tingkat optimisme ini tidak turun," ujar Ali.
Menurut Ali, persentase tingkat optimisme publik semakin tinggi akan semakin berdampak baik bagi masyarakat.
"Karena itu lah indikator bahwa roda ekonomi pada akhirnya akan bergerak (dengan baik)," kata Ali.
Ali mengatakan masyarakat saat ini betul-betul dalam keadaan ekonomi yang penuh tekanan.
"Kami memiliki data alokasi pengeluaran publik 2012, 2015, 2019, 2020. Di situ ada temuan menarik, bahwa pengeluaran publik 2020 ini turun drastis," kata dia.
Ali mengatakan dari batas pengeluaran harian masyarakat pada 2019 di angka 49,8 persen, tahun 2020 menurun menjadi 38,1 persen.
"Lho, larinya ke mana (pengeluaran harian masyarakat)? Larinya ke pembayaran cicilan (meningkat), dan lain-lain dengan mengorbankan kebutuhan-kebutuhan primer," kata Ali.
Ali mengatakan dalam diskusi daring di Jakarta, Minggu (12/7), optimisme masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi saat ini memang di angka 63,5 persen tapi persentase tersebut lebih rendah dibandingkan hasil survei optimisme masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi sebelumnya pada Oktober 2019 yang mencapai 71,0 persen.
"Angka ini sebenarnya tidak membuat kami senang, karena sebelumnya survei kami atau survei-survei teman-teman lembaga survei lain tentang tingkat optimisme publik Indonesia terhadap ekonomi Indonesia itu selalu di atas 70 persen. Bahkan pernah mencapai 80 persen begitu. Ini menurut kami perlu dijaga agar tingkat optimisme ini tidak turun," ujar Ali.
Menurut Ali, persentase tingkat optimisme publik semakin tinggi akan semakin berdampak baik bagi masyarakat.
"Karena itu lah indikator bahwa roda ekonomi pada akhirnya akan bergerak (dengan baik)," kata Ali.
Ali mengatakan masyarakat saat ini betul-betul dalam keadaan ekonomi yang penuh tekanan.
"Kami memiliki data alokasi pengeluaran publik 2012, 2015, 2019, 2020. Di situ ada temuan menarik, bahwa pengeluaran publik 2020 ini turun drastis," kata dia.
Ali mengatakan dari batas pengeluaran harian masyarakat pada 2019 di angka 49,8 persen, tahun 2020 menurun menjadi 38,1 persen.
"Lho, larinya ke mana (pengeluaran harian masyarakat)? Larinya ke pembayaran cicilan (meningkat), dan lain-lain dengan mengorbankan kebutuhan-kebutuhan primer," kata Ali.
Pewarta : Abdu Faisal
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Pilkada Kota Semarang, Agustina-Iswar janji perluas layanan transportasi publik
02 November 2024 5:33 WIB