Erdogan: Turki akan beli lebih banyak sistem rudal S-400 dari Rusia
Senin, 27 September 2021 10:47 WIB
Presiden Turki Tayyip Erdogan (kiri) dan Sekjen NATO Jens Stoltenberg di kantor pusat Aliansi, di Brussels, Belgia, Senin (14/6/2021). ANTARA FOTO/Pool via ReutersFrancois Mori/hp.
Washington (ANTARA) - Presiden Tayyip Erdogan mengatakan Turki akan membeli lebih banyak sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia.
Washington mengatakan S-400 menimbulkan ancaman bagi jet tempur F-35 dan sistem pertahanan NATO yang lebih luas.
Turki mengatakan tidak dapat memperoleh sistem pertahanan udara dari sekutu NATO mana pun dengan persyaratan yang memuaskan.
“Di masa depan, tidak ada yang bisa ikut campur dalam sistem pertahanan seperti apa yang kami peroleh, dari negara mana dan pada tingkat apa,” kata Erdogan, Minggu (26/9).
Baca juga: Turki disebut berminat pesan 5,2 juta dosis Vaksin Nusantara
"Tidak ada yang bisa mengganggu itu. Kami adalah satu-satunya yang membuat keputusan seperti itu."
Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap pimpinan Direktorat Industri Pertahanan Turki, Ismail Demir, dan tiga karyawan lainnya pada Desember setelah Turki memperoleh kiriman gelombang pertama S-400.
Pembicaraan berlanjut antara Rusia dan Turki tentang pengiriman gelombang kedua, yang berulang kali dikatakan Washington hampir pasti akan memicu sanksi baru.
“Kami mendesak Turki di setiap level pertemuan untuk tidak mempertahankan sistem S-400 dan menahan diri dari membeli peralatan militer tambahan Rusia,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS ketika ditanya mengenai Erdogan.
“Kami terus menjelaskan kepada Turki bahwa setiap pembelian senjata baru Rusia yang signifikan akan dikenai sanksi di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA),” tambah juru bicara itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS menganggap Turki sebagai sekutu dan teman dan mencari cara untuk memperkuat kemitraan mereka "bahkan ketika kami tidak setuju."
Erdogan akan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin di Rusia pada Rabu untuk membahas berbagai isu termasuk kekerasan di barat laut Suriah.
Erdogan juga mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden tidak pernah mengangkat masalah rekam jejak hak asasi manusia Turki.
Ditanya apakah Biden mengangkat masalah itu selama pertemuan di sela-sela KTT NATO di Brussels, Erdogan mengatakan: "Tidak. Kami tidak memiliki masalah seperti itu dalam hal kebebasan,"
Berdasarkan data dari Komite untuk Melindungi Jurnalis (CPJ), Turki merupakan salah satu negara yang memenjarakan jurnalis paling banyak.
Sumber : Reuters
Baca juga: Dubes Indonesia untuk Turki sebut Jateng diminati banyak investor
Baca juga: Korut tembakkan rudal balistik
Washington mengatakan S-400 menimbulkan ancaman bagi jet tempur F-35 dan sistem pertahanan NATO yang lebih luas.
Turki mengatakan tidak dapat memperoleh sistem pertahanan udara dari sekutu NATO mana pun dengan persyaratan yang memuaskan.
“Di masa depan, tidak ada yang bisa ikut campur dalam sistem pertahanan seperti apa yang kami peroleh, dari negara mana dan pada tingkat apa,” kata Erdogan, Minggu (26/9).
Baca juga: Turki disebut berminat pesan 5,2 juta dosis Vaksin Nusantara
"Tidak ada yang bisa mengganggu itu. Kami adalah satu-satunya yang membuat keputusan seperti itu."
Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap pimpinan Direktorat Industri Pertahanan Turki, Ismail Demir, dan tiga karyawan lainnya pada Desember setelah Turki memperoleh kiriman gelombang pertama S-400.
Pembicaraan berlanjut antara Rusia dan Turki tentang pengiriman gelombang kedua, yang berulang kali dikatakan Washington hampir pasti akan memicu sanksi baru.
“Kami mendesak Turki di setiap level pertemuan untuk tidak mempertahankan sistem S-400 dan menahan diri dari membeli peralatan militer tambahan Rusia,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS ketika ditanya mengenai Erdogan.
“Kami terus menjelaskan kepada Turki bahwa setiap pembelian senjata baru Rusia yang signifikan akan dikenai sanksi di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA),” tambah juru bicara itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS menganggap Turki sebagai sekutu dan teman dan mencari cara untuk memperkuat kemitraan mereka "bahkan ketika kami tidak setuju."
Erdogan akan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin di Rusia pada Rabu untuk membahas berbagai isu termasuk kekerasan di barat laut Suriah.
Erdogan juga mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden tidak pernah mengangkat masalah rekam jejak hak asasi manusia Turki.
Ditanya apakah Biden mengangkat masalah itu selama pertemuan di sela-sela KTT NATO di Brussels, Erdogan mengatakan: "Tidak. Kami tidak memiliki masalah seperti itu dalam hal kebebasan,"
Berdasarkan data dari Komite untuk Melindungi Jurnalis (CPJ), Turki merupakan salah satu negara yang memenjarakan jurnalis paling banyak.
Sumber : Reuters
Baca juga: Dubes Indonesia untuk Turki sebut Jateng diminati banyak investor
Baca juga: Korut tembakkan rudal balistik
Pewarta : Azis Kurmala
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Dwiyoko kalah dramatis di perempat final Para Badminton International
09 September 2023 7:00 WIB, 2023
Pengusaha asal Kota Batman lirik potensi investasi di Kota Pekalongan
21 February 2023 16:20 WIB, 2023
Pemprov Jateng siapkan bantuan untuk korban gempa di Turki dan Suriah
09 February 2023 12:24 WIB, 2023