Magelang (ANTARA) - Episode puncak pergelaran jagat seni budaya Indonesia diselenggarakan pemerintah dengan menjangkau dan melibatkan berbagai elemen nilai dan keragaman kearifan daerah-daerah di Tanah Air, sedang berlangsung dalam rupa Pekan Kebudayaan Nasional 2021.

Ajang tersebut tidak lepas dari pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, sedangkan undang-undang yang disahkan pada 27 April 2017 itu, berkaitan erat dengan Pasal 32 Undang-Undang Dasar 1945, yakni "Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya".

Rangkaian agenda Pekan Kebudayaan Nasional untuk ketiga kalinya pada tahun kali ini telah dimulai sejak Juli lalu, sedangkan puncaknya selama 19-26 November 2021, antara lain ditandai dengan pidato Presiden Joko Widodo dan pergelaran sendratari secara virtual berjudul "Napas Jiwa".

Pekan Kebudayaan Nasional tahun ini dengan tema "Cerlang Nusantara Pandu Masa Depan". Penyelengaraannya secara daring karena harus menyesuaikan dengan situasi saat ini yang masih pandemi COVID-19.

Baca juga: Ditjen Kebudayaan tingkatan kapasitas pelaku budaya di Candi Borobudur

Publik bisa mengakses berbagai agenda Pekan Kebudayaan Nasional tersebut melalui kanal INDONESIA.tv dan laman PKN.id yang disajikan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Setidaknya 3.000 pelaku budaya dan 70 pemerintah daerah berpartisipasi dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2021, dengan berbagai agendanya, antara lain kompetisi budaya, lokakarya, simposium, pergelaran, pameran, dan konferensi.

Tema Pekan Kebudayaan Nasional 2021 nampak hendak mengajak generasi yang sedang diterpa pandemi ini mengungkap dan mengungkit semangat bersama-sama yang telah diwariskan nenek moyang dan alam Nusantara ini, untuk menginspirasi serta memberi multiefek bagi kebaikan dan perbaikan berbagai sendi kehidupan bangsa, dalam upaya keluar dari segala macam tantangan zaman.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengemukakan bahwa keanekaragaman budaya menjadi sarana untuk memecahkan berbagai ragam problem bangsa dan menjadi jaminan bagi seluruh warga bangsa ini untuk beroleh keselamatan hidup.

Dalam konteks persoalan pandemi COVID-19 saat ini, setiap orang makin diajak memperkuat kesadaran untuk menekan keinginan individu atau ego, karena terhindar dari penularan virus itu tak cukup hanya untuk kepentingan diri sendiri.

Upaya mengatasi pandemi sebagai jalan menyelamatkan sebanyak-banyaknya warga bangsa ini dari penularan virus tersebut. Daya besar dan usaha tak mudah untuk fokus mengakhiri pandemi, serta memenangi perlawanan terhadap penularan COVID-19 dengan variannya itu, untuk mencapai wajah keselamatan bersama.

Dalam tantangan pandemi, setiap orang diperkuat kesadarannya untuk saling memberikan jaminan keselamatan bagi orang lain. Pancaran cerlang cemerlang semangat saling memberikan jaminan itu untuk kepentingan mulia, berupa kelangsungan hidup bersama yang bahkan bukan hanya sebatas sesama bangsa, namun sebagai sesama warga global.



  Tangkapan layar pergelaran "Napas Jiwa" pada pembukaan puncak Pekan Kebudayaan Nasional 2021 (19-26 November 2021), Selasa (23/11/2021). (ANTARA/Hari Atmoko)



Segala macam cara ditempuh dalam menghadapi pandemi, seperti vaksinasi, penerapan protokol kesehatan, penanganan kasus, pencegahan penularan, kebijakan pembatasan secara dinamis atas aktivitas warga, dan penyaluran berbagai bantuan, baik oleh pemerintah maupun semua elemen kekuatan masyarakat.

Hal ikhwal tentang wujud yang ditempuh itu, mesti memperoleh pengakuan, rujukan, dan penyadaran terkait dengan nilai-nilai budaya yang tercatat secara turun-temurun dalam ingatan dan jejak-jejak peradaban bangsa ini, yang bisa berupa semangat solidaritas, kepekaan, keprihatinan, tanggung jawab, kewenangan, kepatuhan, disiplin, ketangguhan, dan rekam jejak atas daya lenting bangsa saat secara jitu keluar dari tantangan.

Berbagai macam tantangan, dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, telah dihadapi masyarakat, bahkan sebelum bangunan bangsa dan negara bernama Indonesia ada, sedangkan tantangan saat ini, termasuk pandemi dan segala dampaknya, bukan sebagai kali pertama dihadapi bangsa ini.

Warisan kebudayaan bangsa yang seperti berupa kesenian, tradisi, budaya, sumber daya pangan, sandang, papan tinggal, ilmu pengetahuan, dan kearifan lokal harus bisa diakui sebagai wujud yang tampak dari solusi nenek moyang bangsa dalam menghadapi tantangan zaman mereka.

Berbagai upaya menghadapi pandemi saat ini pun, baik secara wadak maupun elan vitalnya, menjadi jejak dan pusaka pengalaman berharga bagi generasi bangsa masa mendatang, dalam merampungkan persoalan dan tantangan zamannya.

Begitu pula tantangan jangka pendek dan kasat mata yang bakal dihadapi bangsa ini dalam lanjutan pandemi ke depan ini. Libur Natal dan Tahun Baru mendatang masih dihantui peristiwa buruk berwujud peningkatan secara signifikan kasus penularan COVID-19 saat masa serupa awal 2021 dan dampak musim libur Lebaran pertengahan tahun ini.

Indonesia disebut-sebut telah melalui gelombang pertama dan kedua penularan virus corona baru dengan variannya itu, untuk selanjutnya sedang berusaha keras mencegah sapuan gelombang ketiga awal tahun depan.

Peringatan dini kepada masyarakat untuk menghindari gelombang ketiga penularan COVID-19 telah digaungkan sejak beberapa waktu belakangan ini oleh pemerintah dengan berbagai elemen kekuatan bangsa.

Kalau hingga saat ini misalnya vaksinasi terus gencar dilakukan, kesadaran penerapan prokes makin diperkuat, dan kasus penularan virus cenderung landai, bukan berarti menempatkan masyarakat kepada pengertian dangkal bahwa pandemi akan berakhir sehingga mereka bisa beraktivitas sehari-hari secara normal.

Bahkan, para pakar mengemukakan tak ada kehidupan normal yang bakal dihadapi masyarakat seperti halnya sebelum pandemi. Namun, ikhwal yang terjadi berupa wajah baru kehidupan pascapandemi.

Tidak ada yang tahu kapan pandemi sirna. Jalan yang ditempuh dan energi yang dikeluarkan semua kekuatan bangsa dan negara hingga saat ini, tetap fokus menyikapi ketidakjelasan pandemi yang masih menorehkan catatannya itu.

Ke depan ini dan bahkan selanjutnya bisa dipastikan kiranya bahwa tetap saja dibutuhkan semangat dan kehendak bersama untuk masa depan keselamatan hidup bersama-sama.

Baca juga: Perkuat identitas kota budaya, Solo gelar Festival Jawa
Baca juga: Kegiatan seni dan kebudayaan perlu perhatian serius pemangku kepentingan