Kudus (ANTARA) - Sebanyak 12 mahasiswa dari sembilan perguruan tinggi di luar Pulau Jawa sebagai peserta pertukaran mahasiswa dalam program Modul Nusantara yang diprakarsai Kemendikbudristek mempelajari filosofi Gusjigang (Bagus, Mengaji, Berdagang) di Universitas Muria Kudus (UMK).

"Adapun tujuan program Modul Nusantara tersebut, untuk memberikan pemahaman tentang kebinekaan, wawasan kebangsaan dan cinta tanah air. Khusus mahasiswa yang ikut Modul Nusantara di UMK mempelajari filosofi Gusjigang," kata Dosen Pembimbing Modul Nusantara Syafiul Muzid di Kudus, Jumat.

Ia mengungkapkan kegiatan dalam Modul Nusantara ada empat kelas, yakni kelas kebinekaan, inspirasi, refleksi, dan kontribusi sosial, sedangkan pelaksanaannya secara "hybrid", daring dan luar jaringan.

Mereka berasal dari Universitas Nusa Cendana Kupang, NTT, Universitas Mulawarman Samarinda, Universitas Udayana Bali, Institut Teknologi Kalimantan Balikpapan, dan Universitas Muhamamdiyah Palangkaraya.

Selain itu, Universitas Katolik Widya Mandiri, Kupang (NTT), STKIP PGRI Banjarmasin, Universitas Cokroaminoto Palopo (Sulawesi Selatan), dan Universitas Pendidikan Ganesha (Bali).

"Dalam program ini, ada sistem alih kredit sebanyak 20 Satuan Kredit Semester (SKS)," terangnya.

Ia mengenalkan beberapa tempat yang menunjukkan kebinekaan dan toleransi, seperti Masjid dan Menara Kudus dan kelenteng yang berdekatan yang hingga saat ini masih berdiri karena toleransi yang kuat.

Para mahasiswa juga diberikan pemahaman tentang ajaran Gusjigang dari Sunan Kudus, baik pembahasan melalui sosok inspirasi, tempat, budaya, hingga kuliner khas Kudus.

Untuk kuliner seperti sate kerbau dan soto kerbau tidak menggunakan daging sapi karena menghormati pemeluk agama Hindu yang ada di Kudus saat itu.

"Kita kupas gus (bagus budi pekerti), ji atau mengaji atau belajar dan gang atau dagang dikupas semuanya," ujarnya.

Beberapa orang yang menginspirasi untuk Gusjigang juga diminta untuk mengisi kelas inspirasi, salah satunya pemilik PT Mubarokfood Cipta Delicia, Muhammad Hilmy. Perusahaan yang membuat jenang yang sudah dikenal sebagai makanan khas Kudus dan usaha jenangnya sudah berjalan tiga generasi.

"Kami juga mengajak ke Museum Gusjigang dan juga Museum Kretek, banyak hal yang ditanyakan mahasiswa, karena memang 12 mahasiswa itu memiliki latar belakang budaya berbeda," katanya.

Salah satu mahasiswa Modul Nusantara dari STKIP PGRI Banjarmasin, Wulan Jeniardita, mengaku senang bisa ikut program itu, karena banyak hal yang bisa diketahui, terutama tentang budaya.

"Seperti saat kunjungan ke Museum Gusjigang, banyak hal yang saya pelajari, banyak hal yang menarik," kata gadis Suku Dayak itu.