Semarang (ANTARA) -
Dompet Dhuafa dengan menggandeng DD Volunteer dan Pesantren Lansia Raden Rahmat melalui Jaringan Nasional Volunteer Indonesia menginginkan agar kalangan lanjut usia bisa lebih berdaya di tengah masyarakat.

"Dengan dibekali ilmu, para lansia dapat memulai usaha yang mudah dan praktis sesuai dengan kategori usia mereka seperti yang dilaksanakan," kata Direktur Komunikasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa Bambang Suherman di Semarang, Selasa (29/3).

Upaya pemberdayaan lansia dilakukan Jaringan Nasional Volunteer Lansia Indonesia dengan memberikan pelatihan pertanian hidroponik.

Ia menjelaskan bahwa menjelang Ramadhan tahun ini menjadi kunci dalam meningkatkan peran lansia untuk berkolaborasi bersama menciptakan pemberdayaan melalui kerelawanan.

Dompet Dhuafa mengajak para lansia untuk bergabung melalui wadah Jaringan Nasional Volunteer Lansia Indonesia.

Menurut dia, acara yang digagas bersama Dompet Dhuafa, DD Volunteer, Dinas Sosial Jawa Tengah serta Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat berusaha tidak hanya memberdayakan lansia sebagai objek penerima manfaat, tapi juga mendorong mereka untuk tetap berdaya dan bermanfaat bagi orang lain maupun sesama.

"Kita meluncurkan Jaringan Nasional Volunteer Lansia Indonesia, menggabungkan seluruh peggiat dengan tema lansia sehingga berada dalam satu jaringan bersama agar saling berbagai pengetahuan," ujarnya.

Hal ini diwadahi dengan membuka kesempatan bagi para manula untuk menjadi sukarelawan dan turut aktif dalam gerakan kebaikan di sekitarnya.

Bambang menyebut populasi lansia di Indonesia sangat besar, apalagi ditambah dengan pralansia maka nilainya hampir 50 persen populasi milenial, meskipun isu lansia lebih sedikit daripada isu milenial.

"Isu lansia kita ekspansi gagasannya, tidak sekedar orang tuanya lemah tidak berdaya, namun isu lansianya lebih bagaimana menciptakan kebahagiaan dan memberdayakan," katanya.

Tentu konsepnya tidak sama dengan usia milenial sehingga dalam prespektif tersebut kita gandeng Pesantren Lansia Raden Rahmat yang dikenal sampai luar negeri atau pesantren lansia lain yang dengan satu jaringan bisa saling berbagi informasi dibantu peran pemerintah," katanya.

Direktur Pondok Pesantren Lansia Raden Rahmat ini sendiri Ustaz Solikhin menegaskan, tempat yang dikelolanya bukanbpanti jompo bagi lansia karena dalam hal pengelolaan ada tiga slogan yang digelorakan, yakni "olah rogo, olah roso dan olah jiwo".

"Olah rogo bagaimana raga dijaga supaya tidak menurun tetap sehat, olah jiwo yakni dimasa tuanya mendapatkan ketenangan dengan mengajak lansia mendekatkan diri pada sang Pencipta," ujarnya.

Kemudian, olah roso, walaupun lansia kita menganut preventif produktif sehingga lansia tidak menjadi beban.

"Caranya dengan mengajari mereka lebih produktif seperti membuat jahe instan, gula jahe, dan kerupuk. Kita namakan ini Tiga Ranah, sama dengan Pondok Pesantren lain tapi ini lansia," katanya.

Saat ini jumlah lansia di Jawa Tengah berdasarkan data Dinsos Jateng 2021, tercatat ada sekitar 91 ribu orang tersebar di Jateng. Jumlah ini tertinggi se Indonesia.