Solo (ANTARA) - Pemerintah Kota Surakarta mengajak pedagang melawan rentenir dengan memanfaatkan pinjaman berbunga murah dan tanpa agunan dari BPR Bank Solo.

"Rentenir ini sebetulnya sudah ada lama, namun tidak ada kata terlambat dalam kerja melawan rentenir," kata Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa pada acara Pencanangan Pasar Solo Bebas Rentenir di Pasar Nongko Solo, Senin.

Ia berharap dengan upaya tersebut dapat menuju kesejahteraan masyarakat yang lebih cepat. Ke depan ia berharap program tersebut bukan hanya menyasar pedagang kecil dan menengah di pasar tetapi juga di perkampungan.

"Karena dia potensi pinjam rentenir, butuh cepat langsung dapat tanpa proses panjang. Itu yang harus dilawan oleh BPR Bank Solo," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama Perumda BPR Bank Solo Agung Riawan mengatakan program Kredit Melati dari bank tersebut menyasar pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan pedagang pasar.

"Bedanya kalau pasar itu khusus pedagang tradisional yang ada di Kota Surakarta, kalau UMKM bedanya dia harus ber-KTP dan berdomisili di Kota Solo," katanya.

Ia mengatakan pedagang maupun pelaku UMKM ini juga bisa memanfaatkan kredit tanpa agunan sampai dengan Rp5 juta dengan bunga 4 persen/tahun dengan lama pinjaman maksimum lima tahun.

"Kalau Kredit Melati ini bisa sampai Rp50 juta (pinjaman yang diajukan), kalau yang tidak pakai jaminan bisa sampai Rp5 juta. Untuk Kredit Melati ini outstandingnya sudah Rp2,3 miliar," katanya.

Ia mengatakan sejauh ini proses pencairan untuk Kredit Melati tersebut membutuhkan waktu dua hari. Meski demikian, sesuai dengan arahan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pihaknya mengupayakan untuk mempercepat proses pencairan menjadi satu hari.

Pada kesempatan yang sama, Kepala OJK Surakarta Eko Yunianto mengatakan selama ini masyarakat masih banyak yang memanfaatkan jasa rentenir karena tergiur oleh faktor kecepatan.

"Rentenir satu hari terealisasi. Dengan program seperti ini (Kredit Melati) bisa meminimalisasi dampak rentenir kepada masyarakat Solo. Dengan bunga rendah, pinjaman sampai dengan Rp5 juta tanpa agunan, kami dorong proses lebih cepat. Tentu ini agar bisa bersaing dengan proses yang cepat yang diberikan rentenir," katanya.

Ia juga mengapresiasi terkendalinya angka kredit macet dari program tersebut. Dari data yang masuk ke OJK, untuk angka kredit macet atau NPL Kredit Melati masih di bawah 5 persen atau 3,29 persen.

"Ini kami apresiasi, dengan makin masifnya pemberian kredit harapannya bisa membantu perekonomian masyarakat. Harapannya program ini bisa meringankan pedagang pasar dan UKM dengan memanfaatkan fasilitas dari industri keuangan," katanya.