Semarang (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan untuk menurunkan angka stunting tidak sekadar faktor pangan, tetapi ada turunan lainnya yang harus secara sistematis ditangani bersama oleh banyak pihak.

"Tidak ada program yang mandiri (diselesaikan secara mandiri, tetapi harus diselesaikan bersama-sama,red.). Memberikan asupan gizi aja tidak cukup. Butuh edukasi yang panjang," kata Gubernur ditemui usai mengikuti peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) Tahun 2022 secara virtual, di Semarang, Kamis.

Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 Tahun 2022 yang berlangsung di Lapangan Merdeka, Medan, dihadiri Presiden Joko Widodo.

Dalam peringatan Harganas tahun ini, pemerintah mengajak seluruh pihak untuk ikut ambil bagian dan berperan aktif serta saling gotong royong menurunkan angka kekerdilan pada anak atau stunting sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Baca juga: DMI diharapkan bantu entaskan stunting di Wonosobo

Tahun ini, angka stunting ditargetkan turun 3,2 persen dan angka maksimum stunting di Indonesia menurun pada 2024 sebesar 14 persen. Tingkat prevalensi stunting di Indonesia telah menurun dari 27,7 persen pada 2019 menjadi 24,4 persen di tahun 2021.

Gubernur Jateng menjelaskan Pemerintah Provinsi Jateng telah menjalankan beragam program dan gerakan di antaranya Jo Kawin Bocah yang ditujukan kepada para remaja agar tidak menikah dini. 

Kalau mereka sudah usia menikah dan siap, lanjut Gubernur, maka juga harus diperiksa kesehatannya. Saat sudah menikah dan hamil, Pemprov Jateng juga telah memiliki Program Nginceng Wong Meteng yang memberikan perhatian kepada para ibu hamil baik itu asupan gizi hingga suami siaga.

Menurut Gubernur jika sejak awal terus ada perhatian, kasus stunting dapat ditekan. Sementara jika sudah telanjur terjadi stunting, maka diperlukan intervensi dari pemerintah baik itu asupan gizi hingga layanan kesehatan.

Baca juga: Kasus kekerdilan di Batang capai 5.182 balita

Gubernur juga mengapresiasi adanya Program Bapak Asuh Anak Stunting yang merupakan platform keterlibatan pemangku kepentingan secara terstruktur dan terukur dalam mempercepat penurunan stunting yang menyasar langsung kelompok sasaran yakni calon pengantin, ibu hamil, anak berusia 0-23 bulan.

Pemangku kepentingan tersebut berupa perseorangan, masyarakat, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha, media massa, organisasi masyarakat sipil, perguruan tinggi, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan mitra pembangunan.

Bentuk keterlibatan Bapak Asuh Anak Stunting tersebut berupa donasi uang dan donasi produk/barang dengan paket manfaat yang bisa diberikan antara lain komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kelompok sasaran; pemberian makanan tambahan (PMT) lokal kaya protein; pemberdayaan ekonomi keluarga; dan bantuan jamban sehat dan air bersih.

Jawa Tengah menjadi juara pertama tingkat nasional kategori donasi terbanyak dalam Gerakan Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) dengan total donasi sejumlah Rp398.859.500.

Mereka yang ikut terlibat sebagai Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) yang sudah terlibat antara lain Bank Jateng; Perum Bulog; BPBD Provinsi Jawa Tengah; PT Indofood; Hotel Safin Pati; Baznas Provinsi Jawa Tengah; dan PT Sarihusada Generasi Mahardika/Danone Indonesia.

Baca juga: Angka penurunan stunting Jateng lebih cepat dari nasional
Baca juga: Percepat penurunan, BKKBN gelar Gerak Stunting tingkat kab/kota