Banyumas (ANTARA) - Warga Desa Dawuhan Kulon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang dimotori oleh Ervan Setiawan (34) sukses mengembangkan usaha pembibitan berbagai jenis tanaman karena bibit yang dihasilkan telah dikirim ke berbagai daerah di Indonesia.

"Jenis bibit tanaman yang kami kembangkan terdiri atas hortikultura, perkebunan, dan kehutanan. Mayoritas tanaman kayu hutan dan hortikultura," kata Ervan Setiawan di Desa Dawuhan Kulon, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Sabtu.

Ia mengatakan hal itu kepada wartawan di sela kunjungan Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono di lokasi pembibitan tanaman Desa Dawuhan Kulon.

Menurut dia, untuk pembibitan tanaman perkebunan baru dikembangkan oleh segelintir warga Desa Dawuhan Kulon meskipun kapasitasnya sudah banyak seperti kopi dan cengkih sudah hampir 500.000 batang.

"Jenis bibit tanaman perkebunan yang dikembangkan terdiri atas kopi arabika, kopi robusta, cengkih khas Gorontalo, lada khas Purbalingga, dan pala khas Bogor," jelasnya.

Ia mengatakan jenis bibit tanaman kehutanan yang dikembangkan di antaranya sengon, jabon, dan mahoni, sedangkan untuk hortikultura khususnya buah seperti alpukat, durian, jambu biji, jambu air, dan kelengkeng.

Menurut dia, bibit tanaman buah yang paling banyak dikembangkan adalah alpukat khususnya jenis kendil, cempedak, hijau panjang, dan hijau bundar.

"Kalau duriannya seperti musang king, kromo Banyumas, dan simimang," kata alumni Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Purwokerto (sebelum berubah menjadi Institut Teknologi Telkom Purwokerto, red.) itu.

Lebih lanjut, Ervan mengatakan kegiatan usaha pembibitan tanaman di Desa Dawuhan Kulon dimulai sekitar tahun 1990 dan hingga saat ini telah berkembang pesat karena masyarakat setempat saat ini banyak yang melakukannya di pekarangan masing-masing.

Bahkan, kata dia, kegiatan pembibitan tanaman itu juga berkembang ke desa tetangga, yakni Desa Dawuhan Wetan.

"Saat ini hampir setiap rumah di dua desa itu ada pembibitannya, sudah seperti home industry. Kalau saya penangkar, nanti warga yang pulang kerja di tempat saya, sampai di rumah merawat bibit yang dibudidayakan di pekarangan masing-masing," katanya.

Dalam hal ini, dia juga bekerja sama dengan petani-petani pembibit tanaman di Desa Dawuhan Kulon maupun Dawuhan Wetan.

Menurut dia, di wilayah itu saat sekarang ada dua kelompok pembibitan tanaman dan sekitar 50 petani pembibitan tanaman serta 30 penangkar bibit tanaman.

"Kalau saya selaku penangkar mempekerjakan sekitar 20 orang. Bahkan, sekarang anak-anak muda di sini mulai tertarik untuk jadi petani pembibitan tanaman," kata pemilik CV Cahya Tani itu.

Ia mengatakan bibit-bibit tanaman yang dihasilkan warga Desa Dawuhan Kulon sudah banyak dipasarkan secara daring dengan pembeli dari berbagai daerah di Indonesia seperti Gorontalo, Papua, dan Aceh.

Bahkan, kata dia, sebagian bibit tanaman buah yang dihasilkan dari daerah di kaki Gunung Slamet itu juga dipasok ke sentra penjualan bibit tanaman yang berada di Salaman (Kabupaten Magelang, Jawa Tengah), Rajagaluh (Kabupaten Majalengka, Jawa Barat), dan Nganjuk (Jawa Timur).

"Omzet saya rata-rata per bulan berkisar Rp10 juta hingga Rp20 juta. Puncak penjualannya pada bulan September sampai Desember, dan kalau dari dua desa digabung omzetnya bisa mencapai Rp1 miliar," jelas Ervan.

Sementara itu, Wabup Banyumas Sadewo Tri Lastiono mengatakan Pemerintah Kabupaten Banyumas sangat mendukung keberadaan pembibitan tanaman di Desa Dawuhan Kulon.

"Apalagi saya baru tahu ya. Sebenarnya tahu, tapi tidak tahu kalau sebenarnya Dawuhan Kulon sebesar ini pembibitannya, dan saya yakin ke depan bisa lebih dieksplorasi lagi supaya lebih besar," katanya.