Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu langsung turun ke lapangan menindaklanjuti genangan yang kembali muncul di Perumahan Dinar Indah. Rabu (1/2) dirinya didampingi Sekda dan kepala OPD meninjau kondisi Sungai Mluweh di Kabupaten Semarang. Kepala Dinas PU Kabupaten Semarang dan Perwakilan dari BBWS Pemali Juwana juga turut hadir mendampingi perempuan yang akrab disapa Ita tersebut.

“Sungai Mluweh merupakan induk Sungai Babon hujannya tinggi dari hulu pada saat di sini 150cm, tapi di Pucang Gading sudah 100cm. Sudah membuat peres tapi karena di Dinar Indah masih tanggul sementara jadi masih ada yang rembes mengakibatkan Dinar Indah menggenang,” kata Ita.

Ita menegaskan jika rencana penanganan banjir di hulu menjadi hal yang paling diupayakan saat ini mengingat penanganan banjir di hilir sudah berjalan eksekusinya seperti pengoptimalan rumah pompa, pembangunan tanggul laut, hingga pemasangan sheet pile.

Dirinya juga telah berkoordinasi dengan Bupati Semarang mengenai rencana penanganan banjir di hulu karena hal tersebut tidak cukup hanya dilakukan di perbatasan Semarang-Ungaran, tetapi juga di wilayah Kabupaten Semarang.

“Kemarin juga sudah berkomunikasi dengan Pak Dirjen SDA dan Kepala Balai (BBWS), kami menyampaikan bagaimana penanganan di hulunya. Kalau untuk proyek besarnya menunggu kebijakan BBWS, tapi untuk penanganan segeranya, kita rencanakan penghijauan karena di dekat perbatasan ada tanah bengkok dan Perhutani untuk ditanami tanaman yang bisa menahan gerusan air dan menahan erosi. Kedua kami akan mengeruk sedimen-sedimen yang ada di sungai Kota Semarang,” lanjut Ita.

Pihaknya juga telah menandatangani pengajuan pembangunan rusun dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Semarang yang rencananya menjadi tujuan relokasi warga Dinar Indah.

Ia juga telah meneruskan hal tersebut ke Kementerian PUPR. Rencananya rusun akan didirikan di wilayah Semarang atas. Ita berharap 35 KK yang akan direlokasi nantinya dapat hidup aman dan tenang.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Semarang, Iswar Aminuddin menambahkan Pemkot Semarang mengusulkan pembangunan groundsill di Sungai Mluweh untuk mengurangi besar energi arus sungai, sehingga meminimalisir daya kikisnya.

Groundsill atau ambang sendiri merupakan bangunan yang didirikan secara melintang di tengah sungai. Selain bertujuan mengurangi arus sungai, groundsill juga mencegah bagian bawah sungai tidak mengalami penurunan secara berlebihan.

“Kita sudah usulkan pada pemerintah provinsi dan pemerintah pusat karena sungai ini lintas wilayah bagaimana energi sungai ini dibagi. Jangan sampai langsung bablas ke bawah karena energinya (arusnya) sangat kuat dan daya rusaknya tinggi. Seperti konstruksi merapi jadi ada teknologi sapuan groundsill-groundsill untuk mengurangi energi. Setiap ada groundsill energi (arusnya) jadi nol,” tutup Iswar.