Akademisi ingatkan jangan sembarang konsumsi obat-obatan untuk anak
Selasa, 14 Februari 2023 7:00 WIB
Dekan Fakultas Kedokteran Unissula Semarang Dr. dr. Setyo Trisnadi SH, Sp.KF. (ANTARA/Zuhdiar Laeis)
Semarang (ANTARA) - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang Dr. dr. Setyo Trisnadi SH, Sp.KF menyarankan masyarakat untuk tidak sembarang mengonsumsi obat-obatan, apalagi untuk anak-anak.
"Begini, perubahan penyakit, epidemiologi, perubahan obat itu akan terus mengikuti zaman," katanya di Semarang, Senin, menanggapi kembali maraknya penyakit gagal ginjal akut pada anak.
Menurut dia, penyebab munculnya penyakit tersebut bisa terjadi karena banyak faktor, di antaranya kemungkinan karena dampak penggunaan obat-obatan yang tidak tepat.
Namun, kata Setyo, untuk pengawasan obat-obatan sudah menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), terutama menyangkut regulasi.
Diakui Setyo, kala COVID-19 memang dimungkinkan muncul penyakit ikutan, tetapi masyarakat jangan lantas panik dan sembarang dalam mengonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter.
"Dulu COVID-19, bisa jadi gejala muncul karena sekuel penyakit yang lama. Namun, masyarakat harus saat hati-hati memang dalam mengonsumsi obat," kata Setyo.
Ia menganjurkan masyarakat untuk lebih mengonsumsi obat-obatan alami yang berasal dari alam yang berfungsi sebagai antioksidan, ketimbang sembarangan mengonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter.
Apalagi, Setyo mengingatkan bahwa pola hidup masyarakat yang kerap mengonsumsi makanan enak dan cepat saji membuat kesehatan menjadi rentan.
"Masyarakat kan terpacu, semua harus cepat, dikit-dikit obat, pengen cepat (sembuh, red.). Dari riset-riset kami, bahan-bahan alami lebih bagus, berfungsi sebagai antioksidan dan memperbaiki sistem sel-sel yang terganggu," katanya.
Sejauh ini, FK Unissula terus mengembangkan riset tentang berbagai manfaat buah dan sayuran bagi kesehatan, seperti seledri dan buah naga merah.
Kasus gagal ginjal akut atau Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak kembali mencuat belakangan ini, setelah pertama kali muncul pada Oktober tahun lalu.
Kemenkes mencatat dua warga DKI Jakarta yang berusia 1 dan 7 tahun dilaporkan mengalami GGAPA. Satu kasus terkonfirmasi meninggal dunia, sedangkan satu lainnya berstatus suspek dan masih menjalani perawatan intensif.
Pemerintah juga telah melakukan tindakan antisipatif dengan menyetop peredaran produk obat sirop bermerk Praxion, sembari melakukan penyelidikan epidemiologi terkait penyebab pasti dua kasus terbaru GGAPA yang terjadi di Jakarta.
"Kami bekerja sama dengan berbagai pihak terkait melakukan penelusuran epidemiologi untuk memastikan penyebab pasti dan faktor risiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut yang dialami pasien tersebut," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril.*
"Begini, perubahan penyakit, epidemiologi, perubahan obat itu akan terus mengikuti zaman," katanya di Semarang, Senin, menanggapi kembali maraknya penyakit gagal ginjal akut pada anak.
Menurut dia, penyebab munculnya penyakit tersebut bisa terjadi karena banyak faktor, di antaranya kemungkinan karena dampak penggunaan obat-obatan yang tidak tepat.
Namun, kata Setyo, untuk pengawasan obat-obatan sudah menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), terutama menyangkut regulasi.
Diakui Setyo, kala COVID-19 memang dimungkinkan muncul penyakit ikutan, tetapi masyarakat jangan lantas panik dan sembarang dalam mengonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter.
"Dulu COVID-19, bisa jadi gejala muncul karena sekuel penyakit yang lama. Namun, masyarakat harus saat hati-hati memang dalam mengonsumsi obat," kata Setyo.
Ia menganjurkan masyarakat untuk lebih mengonsumsi obat-obatan alami yang berasal dari alam yang berfungsi sebagai antioksidan, ketimbang sembarangan mengonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter.
Apalagi, Setyo mengingatkan bahwa pola hidup masyarakat yang kerap mengonsumsi makanan enak dan cepat saji membuat kesehatan menjadi rentan.
"Masyarakat kan terpacu, semua harus cepat, dikit-dikit obat, pengen cepat (sembuh, red.). Dari riset-riset kami, bahan-bahan alami lebih bagus, berfungsi sebagai antioksidan dan memperbaiki sistem sel-sel yang terganggu," katanya.
Sejauh ini, FK Unissula terus mengembangkan riset tentang berbagai manfaat buah dan sayuran bagi kesehatan, seperti seledri dan buah naga merah.
Kasus gagal ginjal akut atau Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak kembali mencuat belakangan ini, setelah pertama kali muncul pada Oktober tahun lalu.
Kemenkes mencatat dua warga DKI Jakarta yang berusia 1 dan 7 tahun dilaporkan mengalami GGAPA. Satu kasus terkonfirmasi meninggal dunia, sedangkan satu lainnya berstatus suspek dan masih menjalani perawatan intensif.
Pemerintah juga telah melakukan tindakan antisipatif dengan menyetop peredaran produk obat sirop bermerk Praxion, sembari melakukan penyelidikan epidemiologi terkait penyebab pasti dua kasus terbaru GGAPA yang terjadi di Jakarta.
"Kami bekerja sama dengan berbagai pihak terkait melakukan penelusuran epidemiologi untuk memastikan penyebab pasti dan faktor risiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut yang dialami pasien tersebut," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril.*
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP dalami peran bidan dalam pencegahan penyakit ginjal
17 February 2024 14:25 WIB
Cegah gangguan ginjal akut, RSUD Pekalongan hentikan resep obat sirop
07 November 2022 21:45 WIB, 2022
Ganjar Pranowo minta yankes proaktif laporkan indikasi gangguan ginjal akut
27 October 2022 8:11 WIB, 2022