Praktik baik pemerintah selama pandemi perlu dilembagakan
Jumat, 10 Maret 2023 22:07 WIB
Pengamat kebijakan publik dari Unsoed Purwokerto Prof Slamet Rosyadi. ANTARA/Dokumentasi Pribadi
Purwokerto (ANTARA) - Pengamat kebijakan publik dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof Slamet Rosyadi menilai praktik baik yang dilakukan pemerintah selama pandemi COVID-19 perlu dilembagakan.
"Artinya, pengalaman di dalam memulihkan beban rakyat akibat pandemi sebaiknya dikembangkan untuk terus menjadi spirit pemerintah di dalam memberdayakan rakyat," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat malam.
Dengan spirit pemberdayaan masyarakat itu, kata dia, pemerintah tidak lantas membiarkan rakyat kembali seperti tidak ada pandemi.
Padahal, selama pandemi banyak praktik baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, di antaranya peningkatan semangat gotong royong dan meningkatnya kesadaran untuk menjaga kebersihan.
Bahkan, praktik-praktik baik yang telah dilaksanakan selama pandemi, terutama saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), banyak yang masih dapat diterapkan sampai kapanpun.
"Di era endemi, kebijakan PPKM tidak masalah dicabut asalkan berbagai fasilitas umum mendukung tetap dijaga. Misalnya, fasilitas cuci tangan sebaiknya tetap disediakan," kata Guru Besar Bidang Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed itu.
Ia mengaku melihat beberapa institusi pemerintah malah meniadakan sarana cuci tangan. "Padahal budaya cuci tangan sangat baik," tegasnya.
Terkait dengan persiapan menuju endemi, dia mengatakan hal itu perlu didukung kebijakan perlindungan kesehatan yang baik, khususnya masyarakat miskin dan perdesaan agar produktivitasnya terjaga.
"Kemudian, perlu dibarengi dengan kebijakan pemberdayaan ekonomi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan kualitas produk dan ekspansi pasar," kata Prof Rosyadi.
"Artinya, pengalaman di dalam memulihkan beban rakyat akibat pandemi sebaiknya dikembangkan untuk terus menjadi spirit pemerintah di dalam memberdayakan rakyat," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat malam.
Dengan spirit pemberdayaan masyarakat itu, kata dia, pemerintah tidak lantas membiarkan rakyat kembali seperti tidak ada pandemi.
Padahal, selama pandemi banyak praktik baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, di antaranya peningkatan semangat gotong royong dan meningkatnya kesadaran untuk menjaga kebersihan.
Bahkan, praktik-praktik baik yang telah dilaksanakan selama pandemi, terutama saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), banyak yang masih dapat diterapkan sampai kapanpun.
"Di era endemi, kebijakan PPKM tidak masalah dicabut asalkan berbagai fasilitas umum mendukung tetap dijaga. Misalnya, fasilitas cuci tangan sebaiknya tetap disediakan," kata Guru Besar Bidang Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed itu.
Ia mengaku melihat beberapa institusi pemerintah malah meniadakan sarana cuci tangan. "Padahal budaya cuci tangan sangat baik," tegasnya.
Terkait dengan persiapan menuju endemi, dia mengatakan hal itu perlu didukung kebijakan perlindungan kesehatan yang baik, khususnya masyarakat miskin dan perdesaan agar produktivitasnya terjaga.
"Kemudian, perlu dibarengi dengan kebijakan pemberdayaan ekonomi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan kualitas produk dan ekspansi pasar," kata Prof Rosyadi.
Pewarta : Sumarwoto
Editor : M Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kemenag: Rekrutmen petugas haji 2025 harus transparan, akuntabel, dan terhindar dari conflict of interest
07 November 2024 13:53 WIB
BEI Jateng 2 raih penghargaan dari OJK program pencegahan investasi bodong
01 November 2024 14:31 WIB
Kisah Warung Makan Selera Jenderal di Demak, berawal dari celetukan pelanggan
31 October 2024 10:27 WIB