Menteri Kelautan: Produksi tilapia digenjot untuk penuhi pasar dunia
Minggu, 19 Maret 2023 16:18 WIB
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono. (ANTARA/Zuhdiar Laeis)
Semarang (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebutkan produksi tilapia atau ikan nila bakal terus digenjot, mengingat besarnya permintaan pasar internasional terhadap komoditas perikanan tersebut.
"Kita ingin ada lima komoditas yang sangat kuat di internasional, yakni udang, lobster, kepiting, tilapia dan rumput laut," kata Trenggono, saat pencanangan Bulan Mutu Karantina di Semarang, Jawa Tengah, Minggu.
Kegiatan Bulan Mutu Karantina itu mengangkat tema Peran Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) dalam Penjaminan Ikan Sehat, Bermutu, dan Bebas Mikroplastik.
Diakui Trenggono, kebutuhan internasional terhadap tilapia memang sangat besar. Bahkan, pasar tilapia pada 2023 secara internasional mencapai setidaknya 13,9 miliar dolar AS.
"Kita akan genjot di sini untuk kemudian budidayanya menjadi lebih bagus," katanya.
Menurut dia, kawasan Pantai Utara Jawa Tengah juga memiliki prospek bagus untuk pengembangan tilapia, sebagai satu komoditas pengganti udang.
"Jalur Pantai Utara (Pantura) ini dulu kan udang ya. Tapi saya kira karena wilayah sudah tidak bagus akan kita geser, kita revitalisasi menjadi tilapia atau nila," katanya.
Sejauh ini, kata dia, pasar ekspor ikan masih terbilang bagus dan tidak terdampak resesi global, mengingat kebutuhan protein dunia yang disumbangkan dari sektor perikanan terus meningkat.
"'Demand' internasional terus meningkat. Ya, ada memang beberapa penurunan, seperti udang di Amerika ada penurunan sedikit. Tapi konsumsi dan kebutuhan protein kan terus meningkat," tegasnya.
Untuk komoditas perikanan ekspor, kata dia, sejauh ini masih seperti dulu, yakni udang, tuna, cakalang, sotong, gurita, dan kepiting.
Di sisi lain, Trenggono mengakui pihaknya ingin mengisi ceruk pasar terhadap kebutuhan lima komoditas perikanan yang kuat di pasar internasional yang sudah disebutkan.
"Negara yang paling besar (ekspor ikan), ya Amerika Serikat, Jepang, kemudian China. Tidak menutup kemungkinan wilayah Eropa ya yang secara spesifik sudah cukup bagus," pungkasnya.
Baca juga: Udang vaname Indonesia kalah saing di pasar internasional
"Kita ingin ada lima komoditas yang sangat kuat di internasional, yakni udang, lobster, kepiting, tilapia dan rumput laut," kata Trenggono, saat pencanangan Bulan Mutu Karantina di Semarang, Jawa Tengah, Minggu.
Kegiatan Bulan Mutu Karantina itu mengangkat tema Peran Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) dalam Penjaminan Ikan Sehat, Bermutu, dan Bebas Mikroplastik.
Diakui Trenggono, kebutuhan internasional terhadap tilapia memang sangat besar. Bahkan, pasar tilapia pada 2023 secara internasional mencapai setidaknya 13,9 miliar dolar AS.
"Kita akan genjot di sini untuk kemudian budidayanya menjadi lebih bagus," katanya.
Menurut dia, kawasan Pantai Utara Jawa Tengah juga memiliki prospek bagus untuk pengembangan tilapia, sebagai satu komoditas pengganti udang.
"Jalur Pantai Utara (Pantura) ini dulu kan udang ya. Tapi saya kira karena wilayah sudah tidak bagus akan kita geser, kita revitalisasi menjadi tilapia atau nila," katanya.
Sejauh ini, kata dia, pasar ekspor ikan masih terbilang bagus dan tidak terdampak resesi global, mengingat kebutuhan protein dunia yang disumbangkan dari sektor perikanan terus meningkat.
"'Demand' internasional terus meningkat. Ya, ada memang beberapa penurunan, seperti udang di Amerika ada penurunan sedikit. Tapi konsumsi dan kebutuhan protein kan terus meningkat," tegasnya.
Untuk komoditas perikanan ekspor, kata dia, sejauh ini masih seperti dulu, yakni udang, tuna, cakalang, sotong, gurita, dan kepiting.
Di sisi lain, Trenggono mengakui pihaknya ingin mengisi ceruk pasar terhadap kebutuhan lima komoditas perikanan yang kuat di pasar internasional yang sudah disebutkan.
"Negara yang paling besar (ekspor ikan), ya Amerika Serikat, Jepang, kemudian China. Tidak menutup kemungkinan wilayah Eropa ya yang secara spesifik sudah cukup bagus," pungkasnya.
Baca juga: Udang vaname Indonesia kalah saing di pasar internasional
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Pertamina Patra Niaga diganjar penghargaan Kementerian Kelautan dan Perikanan
29 April 2024 15:53 WIB
Indonesia-Korea Selatan kembangkan teknologi pengelolaan sampah ramah lingkungan
05 June 2023 9:50 WIB, 2023
Pakar Undip: Wujudkan poros maritim dunia, tingkatkan kemampuan produksi di daratan
30 September 2022 15:28 WIB, 2022
Payung hukum implementasi strategi ekonomi biru tengah disiapkan pemerintah
11 September 2022 20:53 WIB, 2022
DKP Jateng tingkatkan pengawasan distribusi BBM industri untuk kapal ikan
02 June 2022 16:43 WIB, 2022