Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang mendorong Polrestabes Semarang untuk membangun posko lalu lintas dan penerapan Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) di tanjakan Silayur yang dikenal sebagai jalur tengkorak karena rawan kecelakaan.
"Dari kami memang sudah menyiapkan rambu-rambunya. Tetapi kalau untuk peraturan dan pelanggaran, ini sudah masuk ke dalam wewenang Polrestabes," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Senin.
Dari pengecekan kir kendaraan beberapa waktu lalu, kata Ita, sapaan akrab Hevearita, ditemukan banyak kendaraan yang sudah habis berlakunya, padahal kir wajib dimiliki kendaraan yang difungsikan sebagai angkutan.
"Kemudian yang kedua, juga jam masuknya, ya, jam-jam kendaraan boleh lewat atau tidak. Ambil contoh saja di Jakarta itu, kan, ada batasan-batasan untuk masuk ke sana jam berapa,” sambungnya.
Karena itu, kata dia, diperlukan semacam posko dan kamera ETLE guna mengawasi lalu lalang truk pengangkut barang di kawasan tersebut.
"Kemarin sudah saya rapatkan, yang pertama ini kan mereka truk-truk besar biasanya untuk transportasi ekspor, lalu lalang-nya tergantung kapan 'shipping'-nya. Makanya saya menyarankan coba dicarikanlah gitu parkir di sana,” jelasnya.
"Kemudian yang kedua, saya juga usul untuk dibuatkan semacam posko bersama atau mungkin pakai ETLE," kata wali kota perempuan pertama di Kota Semarang itu.
Menurut dia, keberadaan posko lalu lintas tersebut dapat menjaring kendaraan-kendaraan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan, terutama bagi kendaraan yang sudah habis masa KIR-nya.
Selain itu, Ita juga sudah meminta Dinas Perhubungan Kota Semarang untuk membuat rekayasa-rekayasa lalu lintas untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kalau saya, sih, untuk yang paling mudah, ya, membuat posko. Jadi di sana kan kalau lewat kalau ada posko, orang kan pasti takut gitu. Biarpun sebenarnya ini kan kucing-kucingan saja," pungkasnya.
Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang mengusulkan pembangunan jalur penyelamat di tanjakan Silayur, Ngaliyan, Semarang, yang selama ini rawan kecelakaan karena konturnya curam.
"Kami meminta adanya jalur penyelamat di sekitar Silayur. Ini kan masih jadi jalur tengkorak ya, rawan kecelakaan," kata Sekretaris Komisi C DPRD Kota Semarang Suharsono.
Penyediaan jalur penyelamat, kata dia, harus diimbangi juga dengan ketegasan pemberlakuan jam operasional untuk kendaraan angkutan atau truk dengan muatan besar.
"Jam operasional untuk angkutan dengan beban lebih dari 7 ton kan mulai jam 11 malam sampai empat pagi (23.00-04.00 WIB, red.). Itu harus diberlakukan tegas karena arus lalu lintas Ngaliyan di jam kerja sangat padat," katanya.
Alternatif lainnya, kata dia, kontur jalan yang semula menanjak dibuat landai agar tidak terlalu curam, sebagaimana dilakukan di persimpangan Jalan Hanoman, Semarang, yang juga rawan kecelakaan.
"Harus dikaji segera. Karena ini sudah jadi prioritas ya, berkali-kali, hampir setiap bulan ada kecelakaan. Karena jalur alternatif lain tidak ada, itu jalur satu-satunya," ujarnya.
Pemkot dorong Polrestabes Semarang terapkan ELTE di tanjakan Silayur
Selasa, 15 Agustus 2023 8:44 WIB
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu. (ANTARA/Zuhdiar Laeis)
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Hukum dan Kriminal
Lihat Juga
Kos-kosan di Kelurahan Mewek Purbalingga jadi lokasi prostitusi daring, polisi tangkap dua orang
13 November 2024 15:16 WIB