Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah,  terus mengembangkan kerajinan batik berbahan nonkimia dan ramah lingkungan melalui Galeri Sentra Batik Pewarna Alam di wilayah Gunungpati Semarang.

"Alhamdulillah, hari ini kami meresmikan Sentra Batik Alam di Malon, Kecamatan Gunungpati. Ini adalah batik yang ramah lingkungan," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Semarang, Kamis.

Ita, sapaan akrab Hevearita menjelaskan bahwa Sentra Batik Pewarna Alam disediakan Pemkot Semarang untuk mendukung aktivitas ekonomi kreatif pembatik bahan alam, mulai proses produksi, promosi, hingga pemasarannya.



Dalam proses produksinya, ada dua teknik yang digunakan oleh pengrajin batik sebagaimana biasanya, yakni teknik cap dan tulis, sedangkan bahan pewarnanya menggunakan yang natural.

Untuk bahan pewarnanya, kata dia, pengrajin mengembangkan pewarna dari alam yang ramah lingkungan, di antaranya berasal dari kayu mahoni, daun indigo atau tanaman nila, hingga tanaman bakau.

"Prosesnya mulai dari pewarnaan, pencelupan, dan sebagainya menggunakan bahan nonkimia. Karena pakai bahan alam, seperti dari pepohonan untuk pewarnaan," kata perempuan pertama yang jadi Wali Kota Semarang itu.

Menurut dia, batik perlu dikenalkan kepada generasi muda, khususnya anak-anak sejak dini sehingga menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan terhadap batik yang merupakan budaya warisan leluhur.

"Perlu mengenalkan batik kepada anak-anak sedari dini. Anak-anak bisa belajar batik dengan edukasi sehingga batik tidak akan punah. Ini salah satu upaya melestarikan batik," imbuhnya.

Dengan pengembangan sentra batik alam tersebut, ia berharap batik pewarna alam dengan berbagai motif yang dikreasikan tersebut akan bisa menjadi ikon khas Kota Semarang.

"Kalau batik mangrove kan tidak dimiliki semua daerah karena tanaman jenis ini hanya ada di wilayah pesisir. Kemudian, batik alam di Gunungpati ini juga menunjang, karena motif alam belum banyak yang punya," katanya.



Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Kota Semarang Tri Supriyanto menjelaskan Sentra Batik Alam di Malon, Kecamatan Gunungpati tersebut terdiri dari tiga lantai, dengan lantai dasar sebagai tempat produksi dan edukasi cara pembuatan batik dengan pewarna alam.

Di lantai dua, terdapat galeri hasil produksi batik dengan pewarna nonkimia, baik berupa baju, kain, tas, topi, dan sebagainya, sedangkan lantai tiga terdapat aula pertemuan sebagai tempat seminar dan menyambut tamu dari luar daerah.

"Di sini ada 20 UMKM pembuat batik yang kami kurasi. Nantinya akan kami usulkan dibuat SK (Surat Keputusan) Wali Kota Semarang agar mereka bisa bergantian menempati ruang di sini. Karena keterbatasan tempat," katanya.

Bersamaan dengan itu, para pelaku UMKM di Galeri Sentra Batik Pewarna Alam itu akan ditata agar setiap hari ada beragam kegiatan batik, termasuk mentor yang menjelaskan jika ada yang ingin belajar membatik pewarna alam.

"Jadi, tidak hanya seremonial diresmikan terus sepi, tapi kami juga berikan informasi dan sosialisasi kepada OPD maupun masyarakat supaya bisa menggunakan gedung ini untuk pelatihan," katanya.

Baca juga: Pemkot Pekalongan siapkan 238 stan UMKM di PBN 2023