Chicago (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) menjelaskan mengenai konsep Masjid Ramah Lingkungan yang tengah dikembangkan di Indonesia untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) dalam forum International Partnership on Religion and Sustainable Development (PaRD) di Berlin, Jerman.
 
"Tokoh agama di Indonesia mencoba mengelaborasi teks-teks agama yang mendukung pola hidup bersih dan sehat, termasuk di rumah ibadah," ujar Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
 
PaRD adalah organisasi kemitraan internasional yang terdiri dari 165 anggota dari 40 negara. PaRD fokus pada penguatan peran agama untuk pencapaian SDGs.
 
Keanggotaannya berasal dari perwakilan pemerintah (umumnya Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), organisasi multilateral, dan LSM, serta organisasi berbasis keagamaan. Saat ini tergabung delapan wakil pemerintah yakni Jerman, UK, Kanada, Denmark, Finlandia, Norwegia, USA, dan Indonesia.
 
Dari perwakilan organisasi multilateral, antara lain African Union, KAICIID, ECOSOCC, dan sebagainya. Adapun LSM dan ormas keagamaan, seperti Islamic Relief Worldwide, United Sikh, World Council of Churches, dan lainnya.
 
Menurut Kamaruddin, masjid di Indonesia tengah dikembangkan bukan hanya tempat sumber ajaran keagamaan tetapi juga soal isu kesadaran lingkungan.
 
Direktur Urusan Agama Islam Kemenag Adib mengatakan Kemenag dalam beberapa tahun terakhir telah mengembangkan program nasional Masjid Ramah.

Menurut Adib, pihaknya sedang mendorong masjid-masjid semakin ramah, mulai dari ramah anak, ramah difabel, dan termasuk ramah lingkungan.
 
"Masjid ramah lingkungan meniscayakan adanya cara pandang dan sikap ekosistem masjid yang menjaga kebersihan, hemat air bersih, pengaturan sanitasi air, anti plastik, manajemen sampah, dan lainnya," kata Adib.
 
Merujuk pada Sasaran dan Strategi SDGs 6 yaitu air bersih dan sanitasi, kata dia, upaya tersebut perlu diawali dengan edukasi dan menumbuhkan kesadaran publik. Karenanya penggunaan bahasa dan aktor agama, lanjut dia, akan dapat memperkuat promosi dan upaya pencapaian sasaran tersebut.
 
"Bagi masyarakat Indonesia yang agamis, kalau tokoh agamanya sudah menyerukan zero waste dengan annadhofatu minal iman, misalnya, maka gerakan masjid bersih bisa tereskalasi," katanya.
 
Sementara itu Kasubdit Kemasjidan Kemenag Akmal Salim mengaku banyak belajar dari pengalaman peserta lain ihwal rumah ibadah ramah lingkungan ini.

Ia mencontohkan konsep Eco-Synagogue di UK yang mengampanyekan zero emisi karbon di ekosistem rumah ibadahnya. Ada juga komunitas di Eropa dan Afrika yang menekankan penguatan kesadaran perubahan iklim dengan penelitian dan publikasi jurnal.