Temanggung (ANTARA) - Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah menanam 650 pohon di kawasan wisata Botorono di Desa Petarangan, Kledung, memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024.

"Sebagai tema dari United Nations Environment Programme (UNEP), Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2024 difokuskan pada kegiatan pemulihan lahan, pengendalian desertifikasi, dan ketahanan terhadap kekeringan," kata Penjabat Bupati Temanggung Hary Agung Prabowo di Temanggung, Selasa.

Ia menyampaikan hal tersebut dalam gerakan menanam pohon dalam rangka puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Kabupaten Temanggung Tahun 2024.

"Presidensi G20 telah menghasilkan adopsi Global Land Restoration Initiative. Hal ini penting mengingat saat ini dunia menghadapi krisis yang perlu mendapatkan perhatian itu krisis perubahan iklim, krisis kerusakan alam dan kehilangan biodiversitas, serta krisis polusi dan limbah," katanya.

Agung menuturkan dari tema utama ini Kabupaten Temanggung mengusung tema lokal yang selaras, yaitu "Penyelesaian Krisis Iklim dengan Inovasi dan Prinsip Keadilan".

Dalam hal upaya penyelesaian krisis iklim, maka inovasi dan prinsip keadilan memegang peran penting. Inovasi teknologi dan kebijakan yang inklusif secara bersama-sama akan dapat menciptakan solusi yang berkelanjutan atas krisis iklim, sambil memastikan kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat.

Dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2024, katanya, Kabupaten Temanggung mengimbau masyarakat untuk melakukan aksi lingkungan mulai dari 5 Juni hingga 5 Juli 2024, melalui beberapa kegiatan di antaranya bersih sungai, penanaman pohon, edukasi gaya hidup berkelanjutan, dan aksi lingkungan lainnya.

Menurut dia peringatan Hari Lingkungan Hidup 2024 menjadi momentum penting untuk terus menumbuhkan, meningkatkan kesadaran dan kepedulian secara konsisten dalam upaya memperbaiki lingkungan secara keberlanjutan.

Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Prasojo menyampaikan kegiatan pada acara ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat sekitar 300 orang.

Ia menuturkan krisis iklim bukanlah fenomena lokal yang terjadi dalam waktu satu atau dua tahun, melainkan akibat yang lahir dari perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan di berbagai belahan benua selama puluhan bahkan ratusan tahun hingga sekarang.

"Meskipun demikian, akibat krisis iklim ini sangat bisa kita rasakan dalam skala lokal. Akibat ini sangat dekat dengan kehidupan kita di Temanggung yang notabene adalah wilayah pegunungan. Hawa panas semakin sering terjadi, angin dan intensitas hujan yang turun cenderung ekstrem, kekeringan di beberapa wilayah, hingga anomali El Nino dan La Nina yang makin sulit diprediksi," katanya.

Ia menyampaikan salah satu dampaknya bagi masyarakat Kabupaten Temanggung adalah petani sulit memprediksi musim tanam dan turunnya kuantitas maupun kualitas hasil panen.

"Krisis iklim memang sudah terjadi. Yang bisa kita upayakan bersama adalah bagaimana agar krisis iklim ini tidak semakin memburuk. Salah satunya adalah apa yang akan kita laksanakan hari ini, yaitu tanam pohon," katanya.

Baca juga: HLH, Bank Jateng dan DLH Blora tanam seribuan bibit pohon