Beragam kesenian dari sekitar Gunung Slamet tampil di FGS VII
Minggu, 14 Juli 2024 6:42 WIB
Tari Carang Lembayung yang merupakan tarian khas Purbalingga ditampilkan dalam Gelar Budaya Lingkar Gunung Slamet pada rangkaian kegiatan Festival Gunung Slamet (FGS) VII di Desa Wisata Lembah Asri Serang (D'LAS), Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Sabtu (13/7/2024). ANTARA/Sumarwoto
Purbalingga (ANTARA) - Beragam kesenian dan budaya dari lima kabupaten di sekitar Gunung Slamet, yakni Purbalingga, Pemalang, Tegal, Brebes, dan Banyumas, Jawa Tengah, tampil di Festival Gunung Slamet (FGS) VII yang digelar di Desa Serang, Kabupaten Purbalingga.
Kesenian-kesenian tersebut ditampilkan dalam Gelar Budaya Lingkar Gunung Slamet pada hari kedua penyelenggaraan FGS VII di Desa Wisata Lembah Asri Serang (D'LAS), Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Sabtu.
Salah satu atraksi yang ditampilkan berupa tarian khas Purbalingga berupa Tari Carang Lembayung yang memberi pesan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan khususnya air.
Selain tarian, dalam kegiatan tersebut juga ditampilkan peragaan busana batik khas Purbalingga yang dibawakan oleh sejumlah peraga dari Asosiasi Fesyen dan Desainer Purbalingga (Afdega) yang merupakan binaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Purbalingga.
Ditemui di sela kegiatan, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Purbalingga Mukodam mengatakan Gelar Budaya Lingkar Gunung Slamet menjadi hal yang menarik sekali karena ada pertunjukan berbagai kesenian dan budaya yang ada di sekitar Gunung Slamet.
"Ini sangat beraneka ragam, dan menjadi atraksi tersendiri melengkapi kegiatan Festival Gunung Slamet, apalagi sekarang Festival Gunung Slamet sudah menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN)," katanya.
Ia mengharapkan dengan makin banyaknya atraksi yang digelar di D'LAS, FGS dapat kembali masuk dalam KEN pada tahun 2025 karena tim dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif masih ada di lokasi kegiatan untuk melakukan kurasi dan penilaian.
Selain itu, kata dia, kegiatan FGS juga diharapkan dapat menjadi motor penggerak kerja sama kabupaten-kabupaten di sekitar Gunung Slamet.
"Harapan kita tentu begitu, ini menjadi wahana bersama. Menampilkan berarti 'kan sama saja dengan mempromosikan, kalau itu menarik tentu masing-masing kabupaten yang menampilkan atraksinya, ini menjadi modal yang penting untuk saling mendukung," katanya menjelaskan.
Bahkan, kata dia, kegiatan FGS diharapkan tidak hanya berdiri sendiri tetapi menjadi media bersama untuk memasarkan bersama-sama pula.
Dengan menjadi bagian dari KEN, lanjut dia, FGS tidak hanya diinformasikan secara luas di Indonesia, juga ke mancanegara.
"Harapannya setelah masuk di KEN, tersebar luas, terpromosikan lebih bagus, lebih luas, mudah-mudahan pengunjungnya tidak hanya nasional, wisatawan mancanegara pun diharapkan bisa datang ke Festival Gunung Slamet termasuk ke daerah sekitar Gunung Slamet yang punya wahana wisata dan atraksi budaya yang beragam," kata Mukodam.
Baca juga: Kirab budaya FGS VII iringi prosesi pengambilan air di Tuk Sikopyah
Kesenian-kesenian tersebut ditampilkan dalam Gelar Budaya Lingkar Gunung Slamet pada hari kedua penyelenggaraan FGS VII di Desa Wisata Lembah Asri Serang (D'LAS), Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Sabtu.
Salah satu atraksi yang ditampilkan berupa tarian khas Purbalingga berupa Tari Carang Lembayung yang memberi pesan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan khususnya air.
Selain tarian, dalam kegiatan tersebut juga ditampilkan peragaan busana batik khas Purbalingga yang dibawakan oleh sejumlah peraga dari Asosiasi Fesyen dan Desainer Purbalingga (Afdega) yang merupakan binaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Purbalingga.
Ditemui di sela kegiatan, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Purbalingga Mukodam mengatakan Gelar Budaya Lingkar Gunung Slamet menjadi hal yang menarik sekali karena ada pertunjukan berbagai kesenian dan budaya yang ada di sekitar Gunung Slamet.
"Ini sangat beraneka ragam, dan menjadi atraksi tersendiri melengkapi kegiatan Festival Gunung Slamet, apalagi sekarang Festival Gunung Slamet sudah menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN)," katanya.
Ia mengharapkan dengan makin banyaknya atraksi yang digelar di D'LAS, FGS dapat kembali masuk dalam KEN pada tahun 2025 karena tim dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif masih ada di lokasi kegiatan untuk melakukan kurasi dan penilaian.
Selain itu, kata dia, kegiatan FGS juga diharapkan dapat menjadi motor penggerak kerja sama kabupaten-kabupaten di sekitar Gunung Slamet.
"Harapan kita tentu begitu, ini menjadi wahana bersama. Menampilkan berarti 'kan sama saja dengan mempromosikan, kalau itu menarik tentu masing-masing kabupaten yang menampilkan atraksinya, ini menjadi modal yang penting untuk saling mendukung," katanya menjelaskan.
Bahkan, kata dia, kegiatan FGS diharapkan tidak hanya berdiri sendiri tetapi menjadi media bersama untuk memasarkan bersama-sama pula.
Dengan menjadi bagian dari KEN, lanjut dia, FGS tidak hanya diinformasikan secara luas di Indonesia, juga ke mancanegara.
"Harapannya setelah masuk di KEN, tersebar luas, terpromosikan lebih bagus, lebih luas, mudah-mudahan pengunjungnya tidak hanya nasional, wisatawan mancanegara pun diharapkan bisa datang ke Festival Gunung Slamet termasuk ke daerah sekitar Gunung Slamet yang punya wahana wisata dan atraksi budaya yang beragam," kata Mukodam.
Baca juga: Kirab budaya FGS VII iringi prosesi pengambilan air di Tuk Sikopyah
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Pemkab Flotim sampaikan terima kasih bantuan LKBN ANTARA bagi korban erupsi
01 December 2024 16:34 WIB