Demak (ANTARA) - Bupati Demak, Jawa Tengah, Eisti'anah mengajak para pelajar di wilayah itu untuk menggunakan gadget dengan bijak sesuai fungsi dan kebutuhan guna menghindari dampak negatifnya.

"Semua orang tentunya paham bahwa dampak negatif penggunaan gadget bisa mengakibatkan risiko depresi, gangguan kecemasan, serta perilaku bermasalah lainnya. Untuk itulah pada Hari Anak ini kami mengajak untuk mengurangi penggunaan gadget dan gunakan secara bijak," ujarnya saat pembukaan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) ke-40 tingkat Kabupaten Demak di Pendopo Kabupaten Demak, Rabu.

Ia mengakui gadget yang didukung kecepatan akses internet saat ini memberikan banyak manfaat dan peluang bagi anak-anak untuk belajar dan berkembang. Namun, penggunaan gadget yang tidak bijak dapat membawa dampak negatif bagi anak-anak.

Penyalahgunaan teknologi digital, khususnya dalam bentuk permainan (gim) daring dan judi daring masih ada anak-anak yang terpapar dan menjadi tantangan semua pihak.

Menurut dia, perlindungan terhadap anak merupakan fondasi utama dalam membangun bangsa yang kuat dan maju, sehingga semua pihak harus bersatu dan memastikan mereka tumbuh dan berkembang anak dalam lingkungan yang aman, sehat, dan mendukung.

Pemkab Demak, lanjut Eisti'anah, juga berupaya memenuhi hak dan perlindungan bagi anak-anak. Pada momen HAN pihaknya mengajak semua elemen bergerak bersama mewujudkan anak yang cerdas dan berinternet yang sehat.

"Pendidikan literasi digital dan pengawasan orang tua sangat penting untuk memastikan anak-anak dapat menggunakan internet secara aman dan sehat. Mari kita bimbing dan awasi anak-anak dalam menggunakan teknologi dan internet," ujarnya.

Ia berharap orang tua mengajari anak-anak menggunakan internet secara bijak dan selalu dampingi dalam aktivitas daring mereka.

Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P2PA) Kabupaten Demak Agus Herawan menambahkan berdasarkan laporan BPS anak Indonesia yang berjumlah 79,4 juta jiwa atau 28,82 persen dari total penduduk memegang peran strategis ketika 100 tahun Indonesia merdeka atau tahun 2045.

"Mereka calon pemimpin bangsa yang diharapkan menjadi generasi emas yang cerdas, sehat, unggul, berkarakter, dan dalam suka cita yang bersendikan nilai-nilai moral yang kuat," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, mereka harus dijamin pemenuhan hak dan perlindungannya, sebagai permasalahan seperti kekerasan, perkawinan anak, berhadapan dengan hukum, serta penyalahgunaan teknologi digital, khususnya dalam bentuk permainan, judi daring, dan masalah lainnya yang merupakan tantangan bersama dalam mencetak sumber daya manusia berkualitas.

Baca juga: Wamenag: Ponpes jadi solusi pendidikan anak di era digital