DPPKP Banjarnegara: Kenaikan harga cabai karena kebutuhan industri
Jumat, 2 Agustus 2024 13:21 WIB
Petani menanam benih cabai merah keriting di lahan Kelompok Tani Ngudirahayu, Desa Kutawuluh, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (22/7/2024). ANTARA/HO-DPPKP Banjarnegara
Cilacap (ANTARA) - Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan (DPPKP) Kabupaten Banjarnegara Firman Sapta Ady mengatakan kenaikan harga cabai di berbagai daerah terjadi karena tingginya kebutuhan industri dan sebagian besar petani komoditas tersebut belum memasuki masa panen.
"Kalau cabai di Indonesia sama kasusnya sama. Kalau Jakarta menyatakan harganya naik, seluruh Indonesia naik semua, walaupun sebenarnya ada 18 kabupaten di Indonesia yang menjadi sentra penghasil cabai," kata Firman di Banjarnegara, Jawa Tengah, Jumat.
Menurut dia, pemanfaatan cabai saat sekarang tidak hanya untuk skala rumah tangga guna dijadikan sambal dan sebagainya karena saat sekarang yang membuat harga cabai naik justru untuk kebutuhan industri di Jakarta.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan asosiasi petani cabai di Banjarnegara secara bergantian dengan sentra penghasil cabai lainnya setiap bulan memasok cabai ke pasar induk di Jakarta agar harga komoditas tersebut tetap stabil.
"Kenaikan harga sebenarnya menguntungkan petani, tetapi dari sisi inflasi tentunya tidak pas," kata Firman.
Sementara itu, Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan DPPKP Kabupaten Banjarnegara Erwien Indriatmoko mengatakan kenaikan harga cabai juga dipicu oleh minimnya pasokan karena sebagian besar petani termasuk di Banjarnegara masih pada masa olah tanah dan tanam yang diperkirakan akan selesai pada akhir bulan Agustus.
Menurut dia, Banjarnegara merupakan salah satu sentra penghasil cabai merah keriting dan saat ini petani di daerah itu masih dalam tahap olah tanah serta tanam sebagai persiapan untuk memenuhi kebutuhan komoditas tersebut pada masa Natal dan tahun baru.
"Kemarin pertanaman sekitar bulan November hingga Januari dan selanjutnya panen sekitar bulan Maret hingga Mei, langsung ke olah tanah, sehingga harga cabai naik karena belum panen dan ini juga terjadi di daerah lain," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui jika saat ini petani cabai menghadapi permasalahan dengan adanya virus gemini atau kuning yang berpotensi menyerang tanaman cabai sejak masih persemaian
"Virus ini kadang menyerang tanaman cabai sejak masih di persemaian. Tanaman yang terkena virus gemini cenderung stunting dan permukaannya kuning, masih bisa produksi tapi produktivitasnya turun," katanya menjelaskan.
Menurut dia, ada beberapa persemaian tanaman cabai di Banjarnegara yang sudah terkena virus gemini dan akan semakin terlihat di pertanamannya
Terkait dengan hal itu, Erwien mengatakan pihaknya bersama petani cabai melakukan penguatan tanaman melalui agen hayati seperti Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) berupa kelompok bakteri menguntungkan yang mengolonisasi rizosfir.
Dalam kesempatan terpisah, pegiat Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Kabupaten Banjarnegara, Teguh Suprapto mengatakan pihaknya bersama Champion Cabai binaan Direktur Jenderal Hortikultura bertugas mengatur pola tanam dengan mencari petani binaan yang bersedia menanam cabai pada bulan-bulan yang susah tanam komoditas tersebut.
"Kalau mereka mau menanam cabai pada bulan-bulan yang susah tanam atau off season (akhir musim, red.), tentunya tidak ada kekosongan pada masa tanam," katanya.
Ia mengakui saat sekarang merupakan bulan susah tanam cabai karena kurang air, namun petani di Banjarnegara tetap berupaya menanam dengan harapan bisa panen pada bulan Desember-Januari saat harga cenderung naik mengingat bulan-bulan tersebut juga susah tanam karena banyak hujan.
Bahkan saat ini, kata dia, ada wilayah di Banjarnegara yang tanaman cabai merah keritingnya sudah berusia sekitar 30-150 hari.
Terkait dengan pengiriman cabai dari Banjarnegara ke Jakarta, dia mengatakan hal itu dilakukan secara bergilir dan pihaknya mendapatkan giliran pada bulan November-Januari serta dilakukan setiap malam.
"Dua bulan ini, saya hanya memasok untuk pasar lokal. Namun untuk mengamankan pasokan, kemarin tanggal 25 Juli dan besok tanggal 8 Agustus, saya dapat giliran kirim cabai merah keriting dan cabai rawit merah ke Jakarta dengan kuota sedikit, masing-masing 2 kuintal," katanya.
Menurut dia, Jakarta selama ini menjadi barometer harga cabai, sehingga ketika harganya tinggi harus kirim komoditas tersebut ke Jakarta.
"Bagi saya selaku petani enggak ingin harganya mahal banget, yang penting jangan sampai harganya jatuh banget," kata Teguh.
Baca juga: Harga cabai rawit di tingkat petani Temanggung naik
"Kalau cabai di Indonesia sama kasusnya sama. Kalau Jakarta menyatakan harganya naik, seluruh Indonesia naik semua, walaupun sebenarnya ada 18 kabupaten di Indonesia yang menjadi sentra penghasil cabai," kata Firman di Banjarnegara, Jawa Tengah, Jumat.
Menurut dia, pemanfaatan cabai saat sekarang tidak hanya untuk skala rumah tangga guna dijadikan sambal dan sebagainya karena saat sekarang yang membuat harga cabai naik justru untuk kebutuhan industri di Jakarta.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan asosiasi petani cabai di Banjarnegara secara bergantian dengan sentra penghasil cabai lainnya setiap bulan memasok cabai ke pasar induk di Jakarta agar harga komoditas tersebut tetap stabil.
"Kenaikan harga sebenarnya menguntungkan petani, tetapi dari sisi inflasi tentunya tidak pas," kata Firman.
Sementara itu, Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan DPPKP Kabupaten Banjarnegara Erwien Indriatmoko mengatakan kenaikan harga cabai juga dipicu oleh minimnya pasokan karena sebagian besar petani termasuk di Banjarnegara masih pada masa olah tanah dan tanam yang diperkirakan akan selesai pada akhir bulan Agustus.
Menurut dia, Banjarnegara merupakan salah satu sentra penghasil cabai merah keriting dan saat ini petani di daerah itu masih dalam tahap olah tanah serta tanam sebagai persiapan untuk memenuhi kebutuhan komoditas tersebut pada masa Natal dan tahun baru.
"Kemarin pertanaman sekitar bulan November hingga Januari dan selanjutnya panen sekitar bulan Maret hingga Mei, langsung ke olah tanah, sehingga harga cabai naik karena belum panen dan ini juga terjadi di daerah lain," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui jika saat ini petani cabai menghadapi permasalahan dengan adanya virus gemini atau kuning yang berpotensi menyerang tanaman cabai sejak masih persemaian
"Virus ini kadang menyerang tanaman cabai sejak masih di persemaian. Tanaman yang terkena virus gemini cenderung stunting dan permukaannya kuning, masih bisa produksi tapi produktivitasnya turun," katanya menjelaskan.
Menurut dia, ada beberapa persemaian tanaman cabai di Banjarnegara yang sudah terkena virus gemini dan akan semakin terlihat di pertanamannya
Terkait dengan hal itu, Erwien mengatakan pihaknya bersama petani cabai melakukan penguatan tanaman melalui agen hayati seperti Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) berupa kelompok bakteri menguntungkan yang mengolonisasi rizosfir.
Dalam kesempatan terpisah, pegiat Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Kabupaten Banjarnegara, Teguh Suprapto mengatakan pihaknya bersama Champion Cabai binaan Direktur Jenderal Hortikultura bertugas mengatur pola tanam dengan mencari petani binaan yang bersedia menanam cabai pada bulan-bulan yang susah tanam komoditas tersebut.
"Kalau mereka mau menanam cabai pada bulan-bulan yang susah tanam atau off season (akhir musim, red.), tentunya tidak ada kekosongan pada masa tanam," katanya.
Ia mengakui saat sekarang merupakan bulan susah tanam cabai karena kurang air, namun petani di Banjarnegara tetap berupaya menanam dengan harapan bisa panen pada bulan Desember-Januari saat harga cenderung naik mengingat bulan-bulan tersebut juga susah tanam karena banyak hujan.
Bahkan saat ini, kata dia, ada wilayah di Banjarnegara yang tanaman cabai merah keritingnya sudah berusia sekitar 30-150 hari.
Terkait dengan pengiriman cabai dari Banjarnegara ke Jakarta, dia mengatakan hal itu dilakukan secara bergilir dan pihaknya mendapatkan giliran pada bulan November-Januari serta dilakukan setiap malam.
"Dua bulan ini, saya hanya memasok untuk pasar lokal. Namun untuk mengamankan pasokan, kemarin tanggal 25 Juli dan besok tanggal 8 Agustus, saya dapat giliran kirim cabai merah keriting dan cabai rawit merah ke Jakarta dengan kuota sedikit, masing-masing 2 kuintal," katanya.
Menurut dia, Jakarta selama ini menjadi barometer harga cabai, sehingga ketika harganya tinggi harus kirim komoditas tersebut ke Jakarta.
"Bagi saya selaku petani enggak ingin harganya mahal banget, yang penting jangan sampai harganya jatuh banget," kata Teguh.
Baca juga: Harga cabai rawit di tingkat petani Temanggung naik
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Unsoed-UHB bantu petani Desa Winduaji melalui budi daya jamur untuk atasi stunting dan kemiskinan
01 December 2024 14:58 WIB
Tim dosen Unsoed dampingi petani stroberi bikin pupuk-pestisida ramah lingkungan
12 October 2024 15:38 WIB
LPPM Unsoed gelar Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Perdesaan Berkelanjutan 2024
28 September 2024 16:31 WIB