Logo Header Antaranews Jateng

Unsoed-UHB bantu petani Desa Winduaji melalui budi daya jamur untuk atasi stunting dan kemiskinan

Minggu, 1 Desember 2024 14:58 WIB
Image Print
Uji coba alat kukus jamur di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. ANTARA/HO-Unsoed
Alat ini memungkinkan pengolahan jamur lebih cepat dan efektif, sehingga potensi hasil produksi dapat dimaksimalkan
Purwokerto (ANTARA) - Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, kembali menjadi fokus perhatian dalam program Kolaborasi Bersama Membangun Masyarakat (Kosabangsa) yang melibatkan Universitas Harapan Bangsa (UHB) dan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dalam upaya mengatasi stunting dan kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi berbasis budidaya jamur.  

Dalam kegiatan terbaru, Tim Kosabangsa menyerahkan baglog jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) kepada 25 penerima manfaat, terdiri atas 10 petani jamur tiram dan 15 keluarga miskin ekstrem dengan balita stunting. Selain itu, dilakukan uji coba alat kukus jamur untuk mendukung pengolahan hasil panen.  
  
Kepala Desa Winduaji H. Abdurrahman menyampaikan apresiasi tinggi atas pelaksanaan program ini. "Program ini menunjukkan perhatian nyata kepada masyarakat desa kami. Kami berharap kolaborasi ini memberikan dampak positif yang berkelanjutan, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi," ujarnya.  

Ketua Kelompok Tani Agro Tani Mandiri Dedi Riyadi, S.T. juga mengungkapkan rasa syukurnya. "Dengan bantuan baglog ini, kami optimistis bisa meningkatkan pendapatan keluarga sekaligus menyediakan sumber pangan bergizi bagi anak-anak kami," katanya.  

Uji coba alat kukus jamur menjadi salah satu sorotan kegiatan ini. Dipandu oleh Tim Unsoed yang diketuai oleh Prof. Dr. Nuniek Ina Ratnaningtyas, M.S., petani dikenalkan pada teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi pengolahan hasil panen. 

Baca juga: FEB Unsoed dorong daya saing global melalui EcoSociopreneurship

"Alat ini memungkinkan pengolahan jamur lebih cepat dan efektif, sehingga potensi hasil produksi dapat dimaksimalkan," jelas Prof. Nuniek.  

Selain itu, seorang pengusaha jamur berpengalaman, Taufiqqur Rahman, S.E. turut memberikan pelatihan tentang penggunaan baglog dan alat kukus. 

Sementara itu, Prof. Dr. Sri Lestari, S.E., M.Si. memberikan penjelasan mengenai potensi nilai ekonomi dari usaha jamur tiram.  
  
Ketua tim pelaksana dari UHB, Noor Yunida Triana, S.Kep., Ns., M.Kep. menekankan pentingnya keberlanjutan program ini. 

"Kami ingin masyarakat tidak hanya mampu membudidayakan jamur, tetapi juga mengolahnya menjadi produk bernilai tambah. Ini adalah langkah besar menuju kemandirian ekonomi desa," ujarnya.  

Program yang sumber pendanaan berasal dari Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) tahun 2024 ini juga mendapat dukungan dari Bidan Desa Winduaji, yang berperan aktif dalam memantau kesehatan keluarga stunting.  

Melalui sinergi antara akademisi, pemerintah desa, dan masyarakat, diharapkan Desa Winduaji dapat terus berkembang dan menjadi model pemberdayaan desa yang berkelanjutan untuk mengatasi tantangan kesehatan dan ekonomi.  

Baca juga: Laboratorium Ekspor-Impor Unsoed gelar pelatihan dan ujian kompetensi untuk cetak eksportir milenial
Baca juga: Unsoed-Pegadaian dukung pengelolaan TPST Rempoah untuk atasi sampah desa
Baca juga: Sosiolog: Isu kekerasan terhadap perempuan menjadi persoalan serius


Pewarta :
Editor: Sumarwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024