Purwokerto (ANTARA) - Dosen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Muhammad Syah Fibrika Ramadhan menilai pengembangan keuangan digital yang inklusif akan membantu perekonomian Indonesia.

"Kalau dari aspek ekonomi pembangunan, itu bisa dilihat dari sisi makro dan mikro. Kalau dari sisi makro itu (keuangan digital, red.) akan sangat membantu pemerintah atau ekonomi kita secara keseluruhan," kata Fibrika di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.

Menurut dia, hal itu disebabkan pengembangan keuangan digital yang pesat dan inklusif pada akhirnya akan membuat masyarakat lebih melek digital serta lebih meningkatkan aktivitas ekonominya.

Dalam hal ini jika berbicara makro, kata dia, tentunya ditujukan untuk mengetahui bagaimana efek berganda dari keuangan digital tersebut.

"Bagaimana ketika ada suatu efek kemudian berdampak positif ke yang lainnya," kata dia menjelaskan.

Sementara dari segi mikro, kata dia, tentunya masyarakat terutama generasi muda akan menyambut baik pengembangan keuangan digital tersebut karena saat sekarang berbagai kegiatan usaha termasuk UMKM pun sudah mengarah ke digitalisasi keuangan.

Lebih lanjut, dia mengakui keuangan digital di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang luar biasa, salah satunya perbankan digital yang dikembangkan oleh bank pemerintah maupun swasta.

Menurut dia, hal itu berarti bahwa semua sudah beralih kepada perbankan seluler (mobile banking) yang digital.

Bahkan saat sekarang, lanjut dia, penggunaan kartu-kartu anjungan tunai mandiri (ATM) sudah mulai ditinggalkan karena masyarakat makin banyak yang menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). 

Kendati demikian, dia mengharapkan dalam pengembangan keuangan digital harus memastikan keamanan data penggunanya mengingat beberapa waktu lalu sempat terjadi peretasan pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2.

"Jadi menurut saya, pastikan jaga keamanan digitalnya dan pastikan masyarakat bisa menggaransi bahwa ini aman karena masalah keuangan 'kan sensitif," kata Fibrika.