Demak (ANTARA) - Kehadiran Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) selama satu dekade ini telah dirasakan oleh ratusan juta masyarakat di seluruh Indonesia, tak terkecuali bagi Sriyati, 43 tahun.
Ibu rumah tangga yang berdomisili di Mranggen, Kabupaten Demak, merasa bersyukur di tengah keterbatasan ekonomi yang melingkupi kehidupan dirinya sekeluarga, Pemerintah Kabupaten Demak begitu memperhatikan kesehatan keluarganya dan banyak warga lainnya di Kabupaten Demak.
Ia tak menyangka. Meski kepesertaan ia sekeluarga dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) telah beralih ke Program JKN, keluarganya sampai saat ini masih dapat mengakses pelayanan kesehatan tanpa risau dengan berapa pun biaya yang harus dikeluarkan. Bahkan pelayanan kesehatan yang ia rasakan semakin berkualitas.
“Pelayanan yang diberikan rumah sakit, saat dulu saya menjadi peserta Jamkesmas dan saat ini menjadi peserta BPJS Kesehatan justru semakin bagus, bahkan tidak ada perbedaannya juga antara pasien umum dan peserta kelas tiga seperti saya,” imbuhnya. Selasa (06/08).
Terbukti, saat putrinya beberapa waktu lalu sudah terkulai lemas, serta terdiagnosis tipes dengan trombosit telah drop, Sriyati beserta suami segera melarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Pelita Anugerah Demak.
Sriyati mengatakan, putrinya langsung mendapat penanganan dari tenaga medis di rumah sakit, di pasang infus, diberikan obat dan dilakukan pemeriksaan laboratorium sembari ia mengurus administrasi. Menurutnya pendaftaran pasien di rumah sakit juga tidak berbelit-belit.
“Saya cukup menunjukkan kartu JKN, tanpa membawa berkas-berkas apapun lagi. Serba cepat pokoknya. Bahkan saya juga baru tahu jika dengan menunjukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) saja bisa dilayani,” ucapnya.
Sebelum kami mengetahui jika sekeluarga memiliki jaminan kesehatan yang dibayarkan oleh pemerintah daerah, ia merasa berkecil hati. Terlebih, beberapa tahun silam suaminya juga sempat menderita tumor usus dan membutuhkan perawatan intensif dari mulai operasi hingga kemoterapi.
Dalam benaknya Sriyati sempat mengeluh bagaimana ia harus membayar biaya pelayanan kesehatan di saat keuangan serba terbatas. Serta putra-putrinya masih berusia dini.
“Hati saya sakit dan menangis bagaimana saya membayar semuanya, harta yang kami miliki hanya tempat teduh saja, serta suami saya hanya mengais rejeki dari berdagang nasi goreng untuk memenuhi kebutuhan sekeluarga,” ucapnya.
Sriyati mengaku sebagai rakyat kecil, sedikitnya uang yang didapat pada hari itu sangat berharga untuk menopang hidup sekeluarga. Dengan adanya jaminan kesehatan yg dimiliki, ia sekeluarga merasa tertolong sekali, bahkan tak hanya beberapa anggota keluarganya yang didaftarkan oleh pemerintah daerah tetapi seluruh anggota keluarganya tanpa terkecuali telah memiliki jaminan kesehatan.
“Ya Allah saya bersyukur sekali, aparat desa yang juga mengetahui kondisi kami yang sebenarnya juga membantu kami saat itu. Mereka yang menyampaikan jika pemerintah daerah telah mendaftarkan kami ke program ini. Bagaimana jadinya jika kami tidak punya” ucapnya.
Ia mengaku, seluruh anggota keluarganya telah memanfaatkan layanan kesehatan ini secara gratis, tak hanya sekali dua kali namun seringkali baik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).
Tak mengharapkan jatuh sakit, tapi sakit itu bisa datang secara tiba-tiba di luar kendali. Sriyati ingin program jaminan kesehatan ini bisa terus langgeng, sehingga masyarakat kecil seperti dirinya bisa memanfaatkannya dan penghasilan yang ada bisa untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari.
“Saya beserta suami sangat berterima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Demak yang sampai saat ini telah mendaftarkan dan membayarkan iuran kami ke Program JKN. Kepada BPJS Kesehatan kami juga berterima kasih sehingga kami bisa berobat ke rumah sakit dengan tenang dan nyaman,” ucapnya. ***