AK Tekstil Solo berkomitmen sediakan SDM berkualitas
Sabtu, 10 Agustus 2024 6:43 WIB
Penandatanganan kerja sama antara AK Tekstil Solo dengan mitra kerja di Solo, Jawa Tengah, Jumat (9/8/2024). ANTARA/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - AK Tekstil Solo yang berada di bawah Kementerian Perindustrian berkomitmen menyediakan sumber daya manusia (SDM) berkualitas untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor industri tekstil dalam negeri.
"Kami ingin meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi di AK Tekstil," kata Direktur AK Tekstil Solo Wawan Ardi Subakdo usai penandatanganan perjanjian kerja sama penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi AK-Tekstil Solo dengan mitra industri di Solo, Jawa Tengah, Jumat.
Ia mengatakan, saat ini industri tekstil sedang menghadapi tantangan besar, yakni terjadi penurunan produksi, penyusutan penjualan, dan ancaman PHK.
"Kondisi ini memerlukan intervensi pemerintah. Kami bagian dari pemerintah, tapi tugas kami adalah di bidang pendidikan untuk menghentikan tren PHK ini dan memulihkan kembali sektor industri tekstil dan produk tekstil," katanya.
Ia mengatakan, melemahnya pasar ekspor dan masuknya produk tekstil impor ke pasar domestik telah menekan pelaku industri sandang dari hulu hingga hilir.
"Akibatnya industri tekstil dan produk tekstil yang terpuruk telah memicu PHK ribuan bekerja," katanya.
Menurut catatan Asosiasi Pertekstilan Indonesia, dari Januari-Mei 2024 ada 20-30 pabrik berhenti beroperasi dengan PHK sekitar 10.000 pekerja.
"Angka ini melanjutkan PHK 2023 sebesar 7.200 pekerja industri tekstil di Jawa Barat dan Jawa Tengah," katanya.
Ia mengatakan, dampak PHK tersebut menimbulkan efek domino yang besar, salah satunya meningkatnya angka pengangguran terbuka di Indonesia.
"Ini juga menimbulkan masalah sosial, kemiskinan, angka kriminalitas. Padahal industri tekstil merupakan industri padat karya yang menyerap ribuan tenaga kerja," katanya.
Pihaknya mencatat secara total ada 3,98 juta tenaga kerja dari sektor ini. Tekstil dan produk tekstil juga memberikan kontribusi bagi industri manufaktur sekitar 19,47 persen.
"Terhadap produk domestik bruto, industri tekstil dan produk tekstil menyumbang sekitar 5,84 persen," katanya.
Melihat kontribusi tersebut, dikatakannya, industri tekstil merupakan salah satu pilar utama yang perlu didukung untuk kembali bangkit.
Sementara itu, terkait dengan penandatanganan kerja sama tersebut merupakan upaya untuk mengembangkan industri tekstil melalui pendidikan vokasi.
"Selain itu juga mendukung terciptanya lapangan kerja dan pekerja yang kompeten di sektor tekstil," katanya.
Penandatanganan kerja sama kali ini melibatkan 45 mitra kerja. Meski demikian, baru ada 17 mitra kerja yang melakukan penandatanganan.
"Sedangkan 28 lainnya akan kami lakukan menyusul rentang waktu Agustus-September. Penandatanganan ini memperbarui masa kerja sama mitra industri dengan AK Tekstil Solo, kemudian ada juga penandatanganan kerja sama baru, yang ketiga kami ingin melakukan sinergi antara dunia pendidikan dan dunia industri," katanya.
Baca juga: Ekspor Jateng selama Semester I 2024 meningkat, tekstil mendominasi
"Kami ingin meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi di AK Tekstil," kata Direktur AK Tekstil Solo Wawan Ardi Subakdo usai penandatanganan perjanjian kerja sama penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi AK-Tekstil Solo dengan mitra industri di Solo, Jawa Tengah, Jumat.
Ia mengatakan, saat ini industri tekstil sedang menghadapi tantangan besar, yakni terjadi penurunan produksi, penyusutan penjualan, dan ancaman PHK.
"Kondisi ini memerlukan intervensi pemerintah. Kami bagian dari pemerintah, tapi tugas kami adalah di bidang pendidikan untuk menghentikan tren PHK ini dan memulihkan kembali sektor industri tekstil dan produk tekstil," katanya.
Ia mengatakan, melemahnya pasar ekspor dan masuknya produk tekstil impor ke pasar domestik telah menekan pelaku industri sandang dari hulu hingga hilir.
"Akibatnya industri tekstil dan produk tekstil yang terpuruk telah memicu PHK ribuan bekerja," katanya.
Menurut catatan Asosiasi Pertekstilan Indonesia, dari Januari-Mei 2024 ada 20-30 pabrik berhenti beroperasi dengan PHK sekitar 10.000 pekerja.
"Angka ini melanjutkan PHK 2023 sebesar 7.200 pekerja industri tekstil di Jawa Barat dan Jawa Tengah," katanya.
Ia mengatakan, dampak PHK tersebut menimbulkan efek domino yang besar, salah satunya meningkatnya angka pengangguran terbuka di Indonesia.
"Ini juga menimbulkan masalah sosial, kemiskinan, angka kriminalitas. Padahal industri tekstil merupakan industri padat karya yang menyerap ribuan tenaga kerja," katanya.
Pihaknya mencatat secara total ada 3,98 juta tenaga kerja dari sektor ini. Tekstil dan produk tekstil juga memberikan kontribusi bagi industri manufaktur sekitar 19,47 persen.
"Terhadap produk domestik bruto, industri tekstil dan produk tekstil menyumbang sekitar 5,84 persen," katanya.
Melihat kontribusi tersebut, dikatakannya, industri tekstil merupakan salah satu pilar utama yang perlu didukung untuk kembali bangkit.
Sementara itu, terkait dengan penandatanganan kerja sama tersebut merupakan upaya untuk mengembangkan industri tekstil melalui pendidikan vokasi.
"Selain itu juga mendukung terciptanya lapangan kerja dan pekerja yang kompeten di sektor tekstil," katanya.
Penandatanganan kerja sama kali ini melibatkan 45 mitra kerja. Meski demikian, baru ada 17 mitra kerja yang melakukan penandatanganan.
"Sedangkan 28 lainnya akan kami lakukan menyusul rentang waktu Agustus-September. Penandatanganan ini memperbarui masa kerja sama mitra industri dengan AK Tekstil Solo, kemudian ada juga penandatanganan kerja sama baru, yang ketiga kami ingin melakukan sinergi antara dunia pendidikan dan dunia industri," katanya.
Baca juga: Ekspor Jateng selama Semester I 2024 meningkat, tekstil mendominasi
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024