Tegal (ANTARA) - Tim Pembelajar Merdeka merupakan bagian dari Fasda Perubahan 2.0 di Kabupaten Tegal yang diinisiasi oleh Tanoto Foundation.
Pada tahun 2024 ini, tim memfokuskan perhatian pada peningkatan kualitas pembelajaran numerasi berbasis teknologi. Melalui program Pintar Numerasi (Penerapan Inovasi Teknologi Pembelajaran Numerasi), tim mengajak 100 guru dari 49 sekolah di Kecamatan Lebaksiu dan Kecamatan Margasari untuk menerapkan strategi pembelajaran numerasi yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Hal ini didorong oleh capaian numerasi yang masih rendah berdasarkan hasil telusuran data Rapor Pendidikan 2024.
Proyek Pintar Numerasi bertujuan untuk mengubah pola pikir guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelas, khususnya dalam bidang numerasi. Teknologi pembelajaran, baik digital maupun non-digital, menjadi alat utama yang digunakan untuk meningkatkan kreativitas dan efektivitas pembelajaran numerasi. Guru-guru yang terlibat, terutama guru kelas 5, diharapkan mampu merancang dan menerapkan media pembelajaran berbasis teknologi, sejalan dengan kebutuhan peserta didik di sekolah masing-masing.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan guru kelas 5 sebagai peserta wajib adalah peran mereka dalam pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Dengan demikian, proyek ini diarahkan untuk memperbaiki capaian numerasi di sekolah-sekolah peserta yang diharapkan tercermin dalam peningkatan nilai rapor pendidikan tahun 2025.
Pendekatan utama dalam proyek ini adalah lesson study. Guru-guru diajak untuk berkolaborasi dalam kelompok belajar guna menyusun strategi pembelajaran yang lebih baik. Proses ini melibatkan tiga siklus perbaikan, dengan fokus pada refleksi dan peningkatan metode serta media pembelajaran. Tujuan utamanya adalah menghasilkan alat peraga pembelajaran numerasi yang kreatif dan relevan dengan kebutuhan peserta didik, serta menerapkan 75% pembelajaran numerasi berbasis teknologi digital.
Pada pelaksanaan siklus ketiga, para peserta diharapkan sudah mampu merancang alat peraga mereka sendiri dan menerapkannya dalam kelas. Minimal proyek ini menargetkan terciptanya 18 produk inovasi pembelajaran numerasi dari para peserta yang nantinya dapat diaplikasikan ke berbagai sekolah.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah penurunan motivasi peserta, yang disebabkan oleh durasi pelatihan yang cukup panjang, yaitu hampir satu bulan penuh. Selain itu, ketersediaan sarana di sekolah sering kali tidak sesuai dengan ekspektasi guru, sehingga menimbulkan kesulitan dalam menerapkan teknologi pembelajaran.
Jadwal pelatihan yang padat juga menjadi tantangan tersendiri, terutama karena berbarengan dengan kegiatan-kegiatan lain, seperti lomba POPDA dan pelatihan dari Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) serta Forum Tanoto Berbagi Inspirasi (FTBI), baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten. Hal ini menuntut peserta untuk bisa membagi waktu dan perhatian antara berbagai kegiatan yang sedang berlangsung.
Keberhasilan proyek ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal, Koordinator Wilayah Kecamatan (KWK) Lebaksiu dan Margasari, para pengawas, serta kepala sekolah di kedua kecamatan tersebut memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan proyek ini. Dukungan ini sangat penting dalam memastikan kelancaran pelaksanaan proyek, termasuk dalam memfasilitasi peserta untuk mengikuti setiap tahap pelatihan dengan baik. ***