Masalah tersebut juga dihadapi Provinsi Jawa Tengah, yang dalam beberapa waktu mengalami inflasi, antara lain dipicu oleh kenaikan harga komoditas musiman, terutama cabai dan bawang merah.
Pada bulan Juni 2022 dan November 2023, kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit menjadi penyebab utama inflasi di Jateng, kemudian pada Juli 2024 tercatat kenaikan harga cabai rawit menyumbang inflasi sebesar 0,07 persen.
Kenaikan harga cabai dan bawang merah biasanya memang disebabkan pasokan komoditas yang berkurang saat musim-musim tertentu, sementara permintaan relatif konstan bahkan lebih besar.
Oleh karena itu, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jateng, yang salah satunya beranggotakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng, terus berupaya menjaga laju inflasi agar tetap terkendali.
Kiat yang digunakan dengan mencoba mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi cabai dan bawang merah segar yang selama ini menjadi langganan penyumbang inflasi.
Dua komoditas musiman itu selama ini nyaris tidak pernah tertinggal sebagai bahan untuk memasak sehingga mustahil untuk meniadakannya di dapur keluarga.
Sebagai solusi, dibuatlah cabai kering dan pasta bawang yang diolah dari bahan dasar sama alami, yakni cabai dan bawang merah. Dengan dikeringkan dan diolah menjadi pasta, cabai dan bawang merah lebih tahan lama dan tak tergantung dengan musim.
Masyarakat pun sudah bisa dengan mudah mendapatkannya di pasar atau toko swalayan, tetapi sayangnya belum semuanya mengetahui tentang cabai kering dan pasta bawang karena mungkin belum terlalu familier.
Untuk itulah, BI Jateng terus menyosialisasikan mengenai cabai kering dan pasta bawang dalam berbagai kegiatan untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk menggunakannya.
Kampanye gencar BI
Beberapa kali BI Jateng menggelar beragam kegiatan yang bertujuan mengampanyekan penggunaan cabai merah dan pasta bawang kepada masyarakat.
Kegiatan itu, antara lain, lomba masak milenial sebagai rangkaian "Central Java Fish Market 2024" di halaman Gedung Bhakti Praja, Kompleks Gubernuran Jateng, Semarang, pada dua pekan lalu.
Tak main-main, lomba masak milenial itu diikuti para siswa dari 50 sekolah menengah kejuruan (SMK) yang memiliki jurusan tata boga di Jateng yang diberi tantangan memasak ikan menggunakan bahan cabai merah dan pasta bawang.
Beragam menu masakan pun sukses dikreasikan para siswa peserta lomba tersebut yang akhirnya dimenangkan oleh Tim SMKN Kedawung 1 Sragen sebagai juara satu, diikuti SMKN 1 Boyolali sebagai juara dua, dan SMKN 3 Sukoharjo sebagai juara tiga.
Tampil sebagai juara harapan satu, yakni SMKN 4 Surakarta, juara harapan dua SMKN 3 Pati, dan juara harapan tiga SMKN 1 Wonosobo.
BI Jateng bersama Pemerintah Provinsi Jateng kembali menggelar "Aksi ASN Peduli Inflasi" bersamaan dengan Peringatan HUT Ke-53 Korpri yang berlangsung di halaman Gedung Gradhika Bhakti Praja, Semarang, pada pekan lalu.
Pada kegiatan tersebut, para aparatur sipil negara (ASN) dapat menikmati contoh olahan nasi goreng yang dibuat menggunakan cabai kering dan pasta bawang secara gratis.
Bahkan, BI Jateng juga memfasilitasi para ASN untuk membeli cabai kering lewat tebus murah Rp1.000 per satu bungkus cabai kering dengan pembayaran menggunakan QRIS (QR Code Indonesia Standard).
BI Jateng sebelumnya juga menggelar "Jateng Halal Foodcamp 2024" yang di dalam rangkaian acaranya ada demo memasak dengan menggunakan bahan cabai kering dan pasta bawang.
Soal rasa tak ada beda
Chef Mili Hendratno pada acara itu didapuk untuk mendemonstrasikan memasak menu dengan bahan cabai kering dan pasta bawang.
Sebagai koki berpengalaman, Mili memilih menu kroket atau bitterballen yang cara memakannya dicocol dengan minyak cabai, pada demo memasak tersebut.
Hasilnya, lezat! Tidak ada yang menyadari jika bahan yang digunakan bukan komoditas segar, melainkan cabai kering dan pasta bawang karena rasanya memang sama.
Penggunaan cabai kering dan pasta bawang sebagai bumbu alternatif, diakuinya memang tidak memiliki perbedaan secara cita rasa dengan komoditas segar.
"Kalau untuk pengaruh rasa yang pasti enggak ada ya karena bahannya sama. Cuma lebih yang ke arah efisiensi dan penyimpanan. Kami selaku chef diuntungkan dengan pengemasan yang sudah siap dan penggunaannya juga lebih mudah," katanya.
Bahkan, Mili menyampaikan bahwa cabai kering dan pasta bawang merah bisa diaplikasikan pada semua masakan, baik masakan berat maupun makanan ringan.
Soal cita rasa yang sama juga diamini M Zwadeery dan Dimas Chesta S dari SMK Negeri 1 Jambu, Kabupaten Semarang, salah satu tim lomba masak milenial yang digelar BI Jateng dan Pemprov Jateng.
Meski menggunakan bumbu olahan, yakni cabai kering dan pasta bawang, mereka mengaku tidak mengalami kendala karena secara cita rasa tidak ada bedanya dengan cabai dan bawang segar.
"Kelebihan cabai kering dan pasta bawang itu mudah diolah, daya simpan lebih lama. Kalau soal cita rasa enggak begitu berpengaruh, enggak ada bedanya (dengan yang segar, red.)," ujar mereka saling menimpali.
Dari pengalaman mencecap masakan pakai cabai kering dan pasta bawang menunjukkan tidak ada beda rasa. Oleh karena itu, cabai kering dan pasta bawang menjadi pilihan rasional masyarakat yang tidak mau direpotkan oleh kenaikan harga komoditas musiman itu.
Dengan rasa sama, daya tahan yang lebih lama, efisiensi, dan kepraktisan, sudah saatnya masyarakat beralih menggunakan cabai kering dan pasta bawang untuk komoditas pelengkap dapurnya.
Apalagi beralih menggunakan cabai kering dan pasta bawang juga mampu mengendalikan kenaikan harga komoditas itu. Alhasil, daya beli masyarakat pun tidak tergerus inflasi.
Editor: Achmad Zaenal M
Baca juga: Pengolah makanan Boyolali olah cabai bernilai jual tinggi