Purwokerto (ANTARA) - Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) kembali menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan di bidang kelautan dengan sukses menyelenggarakan forum kerja sama kelautan berupa "The 8th China-Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum". 

Acara yang dihelat bekerja sama dengan mitra internasional seperti First Institute of Oceanography, Kementerian Sumber Daya Alam Tiongkok (MNR), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI) ini berlangsung di Gedung BJ Habibie BRIN, Jakarta, 28-29 November 2024.

Forum tahun ini mengangkat tema "Strengthen Collaboration on Ocean and Climate to Accelerate Actions for the UN Decade of Ocean Science" yang bertujuan memperkuat kolaborasi di bidang kelautan dan perubahan iklim. 

Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya global untuk mendukung Dekade Ilmu Kelautan PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan (2021–2030).  

Sejak pertama kali digelar pada 2013, forum ini telah menjadi platform penting dalam mempererat kerja sama internasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan. 

Dalam tujuh edisi sebelumnya, berbagai solusi berbasis sains telah dihasilkan untuk menjawab tantangan lingkungan di kawasan Asia Tenggara.  

Komitmen pada masa depan laut yang berkelanjutan
  
Dekade Ilmu Kelautan PBB disepakati oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) sebagai langkah strategis untuk mengatasi krisis kesehatan laut global. 

Forum ke-8 ini dihadiri oleh para ahli, ilmuwan, dan pembuat kebijakan dari Asia Tenggara dan Tiongkok, dengan fokus pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta kebijakan kelautan.  

Dr. rer. nat Riyanti, M.Biotech, yang menjadi convenor dari Unsoed dalam sesi "Marine Ecosystem Protection, Biodiversity Conservation, and Biotechnology Development", menyatakan apresiasinya terhadap forum ini.  

"Melalui forum ini, kita dapat berbagi wawasan, membangun sinergi lebih kuat, dan menciptakan solusi konkret untuk menjawab tantangan kelautan dan perubahan iklim," ujarnya. 

Baca juga: Ini tip agar tetap sehat selama musim hujan

Dia juga menambahkan bahwa acara ini menjadi momentum untuk menciptakan laut yang bersih, damai, dan sejahtera, selaras dengan visi besar Dekade Ilmu Kelautan PBB.  

Sementara itu, Prof. Maria Dyah Nur Meinita, M.Sc, yang memimpin sesi "East Asia Summit Workshop on Coastal Economy Development" menyoroti pentingnya pengembangan ekonomi biru, terutama terkait rumput laut di Indonesia.  

“Acara ini memberikan perspektif baru dalam memahami tantangan dan peluang pengembangan ekonomi biru di tingkat regional,” jelasnya.  

Unsoed di kancah internasional  

Keberhasilan forum ini semakin mengukuhkan posisi Unsoed sebagai institusi pendidikan yang berkontribusi aktif dalam upaya pembangunan kelautan berkelanjutan di tingkat nasional maupun internasional. 

Dengan tema dan kolaborasi yang relevan, forum ini tidak hanya menjadi wadah diskusi, tetapi juga aksi nyata menuju masa depan laut yang sehat dan produktif.  


Baca juga: Unsoed-UHB bantu petani Desa Winduaji melalui budi daya jamur untuk atasi stunting dan kemiskinan
Baca juga: FEB Unsoed dorong daya saing global melalui EcoSociopreneurship
Baca juga: Laboratorium Ekspor-Impor Unsoed gelar pelatihan dan ujian kompetensi untuk cetak eksportir milenial