Kepala Dinas Kesehatan Boyolali dr Syamsudin, di Boyolali, Kamis mengatakan, pelaksanaan program tersebut sudah sebanyak 17 desa yang tersebar di 19 kecamatan di Boyolali yang dinyatakan ODF.

Menurut dia, program tersebut bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat yang masih buang air besar sembarangan yang sering terjadi terutama di perdesaan.

"Empat dari 19 kecamatan di Boyolali, yang cukup parah perilaku ODF. Program bebas buang air sembarang itu, dapat memutus mata rantai penyakit diare atau disentri," katanya.

Menurut dia, pihaknya dalam pelaksanaan program tersebut menargetkan paling tidak ada satu kecamatan yang seluruh desanya dinyatakan ODF.

Ia menjelaskan, empat kecamatan yang dinilai menempati posisi terendah tingkat kesadaran ODF antara lain Wonosegoro, Sawit, Ngemplak, dan Sambi.

Namun, kata dia, warga kecamatan yang kesadarannya tinggi, antara lain Cepogo, Selo, dan Ampel. Cepogo yang terletak di Lerang Merapi ini justru ODF tertinggi dibanding daerah lainnya.

"Cepogo ini, diproyeksikan sebagai wilayah kecamatan pertama ODF tahun ini yang tertinggi, yakni hampir sekitar 95 persen," katanya.

Menurut dia, aktifitas bebas buang air sembarangan tidak terpancang pada fasilitas maupun ketersediaan air bersih di lingkungan setempat, tetapi lebih merujuk pada perilaku dan budaya masyarakatnya.

Oleh karena itu, kata dia, upaya menekan perilaku tersebut dilakukan dengan program total sanitasi berbasis lingkungan, dengan komponen utama kesehatan keluarga dan ketersediaan air bersih.

"Perilaku hidup sehat dengan tidak bebas buang air sembarang, dapat memutus mata rantai penyakit disentri bagi warga sekitar," demikian Syamsudin.