"Alat multigas dari Amerika, kemarin sudah diujicobakan namun ternyata memang 'ribet' (merepotkan, red.). Ini karena pada saat kita melakukan pengukuran, mestinya kita dilengkapi dengan alat pengamanan diri salah satunya tabung berisi oksigen atau 'breathing apparatus' dan harus dua orang," kata Tunut di PGA Dieng, Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Kamis.

Jika menggunakan alat pengukuran gas tersebut, kata dia, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur konsentrasi gas di satu titik ukur sekitar 15 menit.

Padahal, katanya, satu tabung oksigen hanya dapat dipakai untuk 30 menit.

"Berarti, satu tabung hanya efektif untuk mengukur gas di dua titik," kata dia.

Dia menyebutkan delapan tempat ukur pada radius 700 meter dari Kawah Timbang.

Selain itu, kata dia, alat pengukur gas dari Amerika itu membutuhkan peralatan lain berupa komputer jinjing.

Dengan demikian, katanya, alat ukur gas yang selama ini dipakai di Kawah Timbang lebih praktis penggunaannya.

"Oleh karena lama pengukuran di satu titik ukur mencapai 15 menit, tidak bisa menjamin keselamatan pengamat jika terlalu lama mengukur di satu titik. Padahal, pengamat butuh keselamatan, karena tidak menutup kemungkinan saat mengukur pakai alat multigas tersebut, datang gas beracun secara tiba-tiba, pengamat tersebut langsung menggunakan masker gas tanpa memperhatikan alat yang dibawa, sehingga alat itu bisa terinjak, terlempar, dan sebagainya," kata dia.

Dia mengakui tingkat ketelitian alat ukur multigas dari Amerika itu lebih bagus dibandingkan dengan alat yang selama ini digunakan untuk mengukur konsentrasi gas yang dikeluarkan Kawah Timbang.

Menurut dia, alat multigas tersebut akan lebih bagus jika dipasang secara stasioner di sekitar Kawah Timbang dan data ditelemetrikan ke PGA Dieng.