Namun, ada pula beberapa institusi pendidikan yang mencoba kegiatan lain yang tidak kalah asyik dilakukan untuk mengisi hari-hari liburan mereka, yakni dengan berziarah sebagai salah satu upaya memperkenalkan generasi muda terhadap beberapa makam wali (penyebar agama Islam) di Tanah Air.

Kesempatan tersebut juga menjadi ajang untuk memperkenalkan sejumlah benda cagar budaya yang merupakan peninggalan para wali serta adanya akulturasi antara budaya Hindu, Buddha dan Islam.

"Tentunya, berziarah juga tidak hanya sekadar menambah pengetahuan bagi anak, melainkan mereka juga belajar memanfaatkan waktu senggang dengan kegiatan yang positif dan bisa mendapatkan pahala," kata pengajar Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Purwodadi, Jawa Tengah Kumaidi, saat ditemui usai ziarah di Makam Sunan Kudus.

Selain itu, lanjut dia, berziarah juga mengajarkan anak untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga selalu terdorong untuk menjalankan aktivitas yang bisa mendatangkan pahala.

Dengan berziarah, katanya, semua orang akan diingatkan soal kematian, sehingga selalu dituntut untuk menjalankan tuntunan Islam melakukan kebaikan dan meninggalkan maksiat.

Generasi muda, katanya, juga perlu diperkenalkan atas keteladanan yang dilakukan para wali dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT dan menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas non-Islam.

Ia mengakui, mayoritas anak didik yang diajak ke beberapa makam wali, seperti Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Kalijaga, belum pernah berkunjung ke makam wali tersebut.

Padahal, lanjut dia, mereka juga mendapatkan pelajaran soal keteladanan para wali di sekolah.

Ziarah makam wali, katanya, menjadi agenda tahunan di sekolahnya, terutama para siswa yang sudah lulus, sekaligus "wisata pahala" pada saat musim liburan sekolah.

Ali, salah seorang siswa Madin Miftahul Ulum Purwodadi mengakui, baru pertama berkunjung ke makam Sunan Kudus.

"Saya juga berkesempatan mendoakan Sunan Kudus, sekaligus untuk mendapatkan pahala serta berkah," ujar Ali yang baru lulus Madrasah Ibtidaiyah tahun 2013 ini.

Selain itu, dia juga berkesempatan melihat peninggalan Sunan Kudus, yakni Menara Kudus yang berdiri kokoh sejak ratusan tahun.

Teman seusianya yang ikut serta dalam kegiatan ziarah memanfaatkan liburan sekolah, tercatat ada 50 anak dengan didampingi orang tuanya masing-masing.

Upaya memperkenalkan makam wali juga dilakukan oleh Pengelola Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Batealit, Kabupaten Jepara dengan mengunjungi Makam Sunan Kudus.

Kepala TPQ Mujawidil Qur'an, Munawaroh mengungkapkan, anak didiknya memang anak seusia taman kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Dasar (SD).

Akan tetapi, lanjut dia, mereka juga perlu diperkenalkan beberapa makam wali, seperti Makam Sunan Kudus maupun Makam Sunan Muria.

Untuk itu, kata dia, memanfaatkan musim liburan sekolah, mereka diajak berziarah ke makam Sunan Kudus dan Sunan Muria.

Dengan seusia mereka, kata dia, cukup diperkenalkan makam wali, sedangkan untuk memahami manfaat secara khusus dari kunjungan tersebut, tentunya ketika melanjutkan sekolah di tingkat lanjut.

Kegiatan tersebut, katanya, sudah menjadi agenda rutin setiap tahun di TPQ Mujawidil Qur'an.

Jumlah siswa yang diajak berziarah ke Makam Sunan Muria, katanya, sebanyak 15 orang dengan didampingi masing-masing orang tua.

Pelajar yang memanfaatkan musim liburan sekolah dengan berziarah tidak hanya didominasi kalangan anak seusia TK hingga SD, melainkan banyak pula pelajar tingkat MTs dan SMA serta orang tua.

Oki Saifudin, salah satu siswa kelas VIII MTs Amal Muslimin mengakui, sengaja menyempatkan diri berziarah ke Makam Sunan Kudus bersama teman-temannya pada saat musim liburan sekolah.

"Maklum, saya belum pernah berziarah ke Makam Sunan Kudus, meskipun di sekolah juga mendapatkan pengetahuan soal peran wali sembilan dalam penyebaran Islam," ujarnya.

Selain berziarah ke Makam Sunan Kudus, dia bersama teman-temannya juga menyempatkan diri berziarah ke Makam Sunan Muria untuk mendapatkan berkahnya.

Pada musim liburan sebelumnya, dia mengaku, tidak dimanfaatkan untuk aktivitas yang bisa mendatangkan pahala, melainkan hanya sekadar berkunjung ke sejumlah objek wisata untuk bersenang-senang.

Peziarah melonjak
Lonjakan kunjungan di sejumlah objek wisata tidak hanya didominasi oleh objek wisata umum, melainkan objek wisata religi juga mengalami hal serupa.

Salah satunya, tingkat kunjungan di objek Makam Sunan Muria dan Menara Kudus yang bertepatan dengan musim liburan sekolah.

Juru bicara Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, Deny Nur Hakim mengakui, peziarah makam Sunan Muria selama Juni 2013 memang mengalami lonjakan, dibanding dengan tingkat kunjungan pada Mei 2013.

Adapun jumlah peziarah yang terdata selama Juni 2013, katanya, mencapai 86.564 orang yang berasal dari berbagai daerah di Tanah Air.

Dari jumlah tersebut, lanjut dia, terdapat 20 peziarah asal Malaysia.

Sedangkan jumlah peziarah pada Mei 2013 sesuai hasil pendataan, katanya, tercatat sebanyak 56.000 orang.

Lonjakan peziarah selama Juni 2013, kata dia, salah satunya disebabkan karena bertepatan dengan musim liburan sekolah serta menjelang Bulan Puasa (Ramadhan).

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, lanjut dia, setiap memasuki musim liburan memang terjadi lonjakan jumlah peziarah, demikian halnya setiap menjelang bulan puasa.

Untuk antisipasi lonjakan peziarah tersebut, kata dia, pihak yayasan mengambil kebijakan dengan pola buka tutup pintu masuk ke lokasi makam.

"Artinya, jika di dalam makam sudah penuh peziarah, tentunya pintu masuk ke kompleks makam akan ditutup sementara, sementara peziarah lain diharapkan untuk bersabar menunggu," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, peziarah yang selesai ziarah juga sudah disiapkan pintu keluar yang memang dioperasikan setiap terjadi lonjakan jumlah peziarah.