Bersama 'Bidadari Genit' Delapan Menit
Senin, 23 September 2013 6:48 WIB
Kelompok musik Noreum Machi asal Korea Selatan tampil pada malam pembukaan Solo International Performing Arts (SIPA) Festival 2013 di Benteng Vastenburg, Solo, Jateng, Jumat (20/9). Festival yang berlangsung 20-22 September itu menampilkan 16 delegas
Sepuluh penari perempuan dengan tata rias dan kostum didominasi wujud penari Bali itu melenggak-lenggok dengan enerjik memasuki panggung pementasan yang didukung tata lampu dan tata suara secara megah di Benteng Vasternburg Kota Solo.
Syair tembang itu, seakan mengingatkan agar pejabat tidak korupsi karena mengakibatkan kerugian negara.
Namun dua syair pantun tembang lainnya yang masih dengan irama sama, terkesan mengingatkan masyarakat untuk tidak berdusta agar hidup tidak celaka dan tidak loba agar terbebas dari petaka.
Memasuki tembang berikutnya yang karya Guruh Sukarnoputra dan Erwin Gutawa Orkestra itu, seorang penari laki-laki mengenakan topeng (Gusti Pangeran Haryo Paundrakarna Jiwo Suryonegoro), menyusup di antara para penari perempuan tersebut, melalui bagian belakang panggung.
Lelaki yang pekerja seni, penari, aktor, penyanyi, dekorator interior yang juga putra KGPAA Mangunegoro IX dengan Sukmawati Sukarnoputri itu, turut memperkuat konfigurasi gerakan tarian dinamis para penari perempuan, saat pementasan tarian mereka berjudul "Bidadari Genit" tersebut.
Syair-syair tembang berikutnya terdengar berisi pesan-pesan pentingnya terus dikembangkan semangat nasionalisme, kehidupan bersama dengan jiwa Pancasila, spirit Bhinneka Tunggal Ika, dan tekad mempertahankan kemerdekaan RI.
Paundrakarna yang akrab disapa Gusti Mas atau Popo menari di antara 10 penari perempuan berasal dari Grup Jawa (Sembadra) dan Grup Bali (Gandrung), dengan gerakan kocak didukung properti topeng hasil karyanya.
Tarian "Bidadari Genit", salah satu sajian pada hari terakhir Solo International Performing Arts (SIPA) 2013 yang berlangsung pada 20-22 September, di benteng yang dibangun pada 1745, zaman kolonial Belanda, atas perintah Gubernur Jenderal Baron van Imhoff.
Ribuan orang, khususnya publik Kota Solo, menyaksikan pergelaran SIPA 2013 dengan tema besar "The Legend, History of World Culture" tersebut, termasuk Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudiyatmo, dan Wakil Wali Kota Achmad Purnomo.
Pergelaran SIPA 2013 sebagai yang kelima kali itu, diikuti 16 delegasi berasal dari dalam dan luar negeri. Sebanyak tujuh delegasi luar negeri, antara lain berasal dari China, Jepang, Korea Selatan, India, Malaysia, Inggris, dan Swedia, sedangkan lainnya beberapa kota di Indonesia.
Pementasan lainnya pada Minggu (22/9) hingga menjelang malam itu, antara lain tarian tunggal "Bharatanatyam" (Kiran Rajagopal, India), "Serumpun Budaya Negeri" (University Malaysia Sabah, Malaysia), performa "The Rolling Stones" (Laura Kriefman, Inggris), karya musik "Dhukka" (Sanggar Seni Tarara Madura), ensambel musik "Sambrah Betawi" (Dinas Kebudayaan Jakarta Utara).
Tarian "Bidadari Genit" disebut Gusti Mas terinspirasi dari legenda masyarakat Jawa, "Jaka Tarub", yang terpatri dalam Babad Tanah Jawi. Cerita aslinya, tentang pemuda sakti bernama Jaka Tarub. Setelah dewasa dia bergelar Ki Ageng Tarub dan menjadi leluhur Dinasti Mataram.
Ketika berburu di gunung keramat yang ada telaganya, Jaka Tarub tidak sengaja mengamati tujuh bidadari sedang mandi. Tanpa diketahui para bidadari, dia mengambil selendang milik bidadari bernama Nawangwulan yang akibatnya bidadari tersebut tidak bisa kembali ke khayangan bersama lainnya.
Nawangwulang lalu menjadi isteri Jaka Tarub dan mereka memiliki anak perempuan bernama Nawangsih. Selendang yang disembunyikan di lumbung padi oleh Jaka Tarub, akhirnya ditemukan pemiliknya. Nawangwulan lalu kembali ke khayangan, meskipun dalam waktu-waktu tertentu turun ke bumi untuk menyusui Nawangsih.
Akan tetapi, sajian "Bidadari Genit" memang diakui Gusti Mas, bukan untuk menceritakan legenda Jaka Tarub.
"Memang idenya dari legenda Jaka Tarub, tetapi tarian itu untuk membikin orang terhibur," kata Gusti Mas yang juga mantan Anggota DPRD Kota Solo dari Fraksi PDI Perjuangan itu, usai pementasan.
Ia menjelaskan bahwa tarian itu menggambarkan para bidadari turun dari khayangan ke bumi, sebagaimana Nawangwulan dengan kawan-kawannya dalam legenda "Jaka Tarub" mandi di telaga.
Mereka menari dan menyanyi, sambil mengingatkan manusia melalui pesan-pesan kehidupan yang disampaikan lewat lirik lagu.
"Mereka ingin menyadarkan manusia tentang betapa pentingnya budi pekerti yang luhur dan jiwa nasionalis," katanya.
Kiranya, durasi sajian mereka yang hanya delapan menit, telah membuat penonton menangkap pesan para "Bidadari Genit" tersebut, melalui tanda aplaus mereka yang membahana.
Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - Spektrum
Lihat Juga
Inovasi sosial dalam industri perikanan, membangun kemitraan antara nelayan dan teknologi "cold storage"
30 December 2024 9:15 WIB