Nelayan Jepara Kuras Tabungan Untuk Bertahan Hidup
Minggu, 9 Februari 2014 11:20 WIB
Ilustrasi
Keterangan yang dikumpulkan dari sejumlah nelayan di dekat dermaga Pelabuhan Jepara, Minggu, menyebutkan bahwa seringnya cuaca berubah-ubah menyebabkan mereka kembali merapat ke pantai tanpa membawa hasil sepadan.
"Kemarin (8/2) pagi saya sempat melaut, namun belum sampai di lokasi biasa saya mencari ikan, tiba-tiba muncul gelombang tinggi sehingga kami kembali ke dermaga," kata Saban, nelayan asal Kelurahan Demaan.
Ia mengaku dalam perjalanan menuju tempat pencarian ikan di lokasi utama tersebut memang sempat mendapatkan ikan bandeng, tetapi hasilnya tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
"Hasil penjualan hanya Rp30.000. Padahal kalau cuaca bagus sehari bisa membawa pulang Rp300.000 hingga Rp500.000," katanya sambil merajut jaring nilon.
Nasib lebih apes dialami Suparto yang mengatakan pada saat yang sama tidak mendapat hasil setelah melabuhkan perahunya menuju lokasi pencarian ikan di dekat Pulau Panjang.
"Sama sekali tidak mendapatkan ikan," katanya sambil menguras air dari perahu kecilnya yang mengalami kebocoran.
Saban dan Parto menyatakan selama 20 hari terakhir ini nyaris tidak bisa melaut karena cuaca buruk disertai gelombang tinggi air laut. Puluhan perahu motor terlihat menganggur di dekat dermaga Pelabuhan Jepara.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup selama masa paceklik, kata Saban, sebagian besar nelayan harus mengambil dana cadangan biaya beli solar. "Itu berarti nanti kami harus cari pinjaman bila hendak melaut," katanya.
Hujan deras selama hampir tiga pekan terakhir ini di Jawa, khususnya di patai utara Jawa, bukan saja menyebabkan sebagina besar nelayan tidak bisa melaut, namun banyak daerah terendam banjir termasuk di Jepara.
Merosotnya jumlah tangkapan ikan nelayan menyebabkan pasokan ikan segar di pasar-pasar tradisional di Jepara merosot drastis. "Harganya pun lebih mahal dibanding pada saat cuaca normal," kata Suliyati, pedagang di Pasar Induk Jepara.
Pewarta : Achmad Zaenal
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024